[Ditulis oleh: Monika Teguh, S.Sos., M.Med.Kom dan Renaldy Surya Farid Putra]
Public speaking atau kemampuan berbicara di depan publik saat ini telah menjadi hal yang krusial dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan seseorang untuk menyampaikan informasi kepada publik, dalam berbagai ranah kehidupan, telah menjadi fondasi penting dalam bermasyarakat. Maka dari itu keterampilan ini perlu untuk terus dikembangkan. Salah satunya melalui pelatihan seperti yang dilakukan oleh Sekolah Citra Berkat. Sekolah Citra Berkat bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis Media melakukan pelatihan jangka panjang guna meningkatkan keterampilan public speaking dari siswa-siswinya. Dalam pelatihan ini, para siswa diberikan berbagai materi untuk menunjang kemampuan mereka berbicara di depan publik. Salah satunya adalah kemampuan komunikasi nonverbal.

Perlu dipahami bahwa dalam public speaking seseorang dapat menggunakan komunikasi verbal maupun nonverbal. Umumnya banyak orang memperhatikan komunikasi verbal secara lebih mendalam. Mereka mempersiapkan materi yang akan disampaikan dan hal-hal yang harus dikatakan. Namun, banyak di antara para pembicara publik lupa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi nonverbal mereka. Padahal kemampuan komunikasi non-verbal ini sangat krusial. Komunikasi nonverbal memegang peranan besar agar audiens tetap tertarik untuk mendengarkan apa yang disampaikan oleh komunikator. Maka dari itu dalam pelatihan yang diberikan kepada siswa-siswi Sekolah Citra Berkat, materi ini juga disampaikan dan dipraktikkan. Ada berbagai teknik komunikasi nonverbal yang perlu diasah oleh pembicara publik, dalam artikel ini akan dijabarkan beberapa teknik yang penting untuk dipelajari sebagai berikut:
[1] Facial Expression[2] GestureKetika berbicara di depan publik, maka hal yang akan menjadi perhatian audiens tentu saja adalah ekspresi wajah pembicara. Maka dari itu pembicara dapat menggunakan ekspresinya ini dengan bijak untuk dapat menyampaikan informasi secara lebih menarik. Seorang pembicara dengan wajah yang datar atau muram tentunya akan kehilangan kemampuan untuk membuat audiens merasa “terhubung/relate” dengan pembicara tersebut. Maka dari itu menggunakan senyum dan tatapan mata adalah hal yang penting. Tersenyum secara ramah dan tulus saat membuka suatu pembicaraan publik akan membuat audiens merasa lebih nyaman mendengarkan apa yang disampaikan oleh pembicara. Selain itu menambahkan senyuman pada beberapa topik yang sesuai juga akan memperkuat apa yang sedang dibicarakan. Selain senyuman, hal lain yang mampu menarik audiens adalah tatapan mata pembicara. Pembicara harus mampu menatap mata publik untuk menjalin koneksi dengan mereka. Pandanglah secara merata ke berbagai sudut ruangan sehingga tidak ada audiens yang merasa diabaikan. Hindari menatap layar atau lantai terlalu lama, karena ini akan membuat pembicara terkesan takut dan tidak percaya diri. Selebihnya pembicara dapat menggunakan berbagai mimik wajah menyesuaikan dengan materi yang disampaikannya. Misalnya mimik wajah sedih untuk berita yang kurang menyenangkan, atau terlihat kaget dan tertarik saat ada sesuatu yang baru diluncurkan.
[3] VoiceBahasa tubuh atau gesture merupakan hal lain yang diperhatikan audiens saat sesorang menjadi pembicara publik. Seorang pembicara publik yang kaku seperti robot maupun yang terlalu banyak melakukan gerakan aneh, tentunya akan membuat audiens merasa tidak nyaman. Maka dari itu gunakan gesture dengan tepat menyesuaikan materi yang disampaikan. Sebagai contoh, Anda sedang ingin menyampaikan keunggulan suatu produk, maka Anda dapat mengangkat jempol Anda untuk memperkuat pesan yang Anda sampaikan. Demikian pula saat Anda ingin menunjukkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan agar sebuah produk menjadi awet, maka Anda dapat menggelengkan kepada Anda. Salah satu gesture yang dapat Anda hindari adalah menunjuk seseorang menggunakan telunjuk Anda. Hal ini bisa membuat audiens merasa tidak nyaman. Daripada menggunakan telunjuk, gunakanlah seluruh telapak tangan Anda secara terbuka untuk memberikan kesan menunjuk secara ramah.
[4] Standing Position/Space/MovementPengaturan suara juga menjadi salah satu bentuk komunikasi non-verbal yang sangat penting dalam berbicara di depan publik. Pembicara dengan intonasi suara yang datar-datar saja cenderung akan membuat pendengarnya bosan. Maka dari itu aturlah intonasi suara Anda sesuai dengan materi yang disampaikan. Anda bisa berbicara lebih keras ketika materi yang disampaikan ingin membangkitkan semangat. Atau dengan sengaja memelankan suara ketika menyampaikan sesuatu memprihatinkan. Demikian pula Anda dapat menggunakan jeda untuk memberikan kesempatan bagi audiens untuk berinteraksi dengan Anda. Sebagai contoh, Anda memberikan pertanyaan retoris dan dilanjutkan dengan jeda yang membuat audiens memikirkan jawaban dari pertanyaan Anda tersebut.
Cara Anda berdiri, di mana Anda berdiri, dan ke arah mana Anda bergerak menjadi sangat penting saat Anda menjadi pembicara publik. Luangkan waktu sejenak untuk mempelajari panggung sebelum acara dimulai. Perhatikan space tempat Anda bisa bergerak dan bagaimana tata letak audiens. Usahakanlah Anda menjangkau semua audiens, jangan hanya berhenti di satu sisi dan membuat audiens di sisi lain merasa terabaikan. Jika Anda perlu berpindah dari satu tempat ke tempat lain, pastikan ritme perpindahan Anda tidak terlalu cepat, namun sesuaikan dengan penyampaian materi Anda. Kemudian pastikan juga Anda tidak membelakangi audiens Anda saat harus berpindah posisi. Lakukan gerakan mundur atau berjalan menyamping perlahan sebagai gantinya.
Keseluruhan komunikasi nonverbal dan verbal jika dilatih dan digunakan secara efektif di panggung, akan memberikan kesan yang kuat pada pembicara publik. Keberadaan kedua jenis komunikasi ini tidak terpisahkan dan tidak dapat diabaikan salah satunya. Maka dari itu penting bagi pembicara publik untuk secara seimbang mempraktikkan kedua jenis komunikasi ini ketika sedang melakukan public speaking.