[Ditulis oleh Hadjar Chanissa Nur Malika, FIKOM 2020]

TikTok [Dokumen Pribadi]
Masih ingat dengan Bowo TikTok? Bocah laki-laki yang menerima banyak hujatan dari warga net karena bermain TikTok. TikTok saat itu masih dianggap sebagai penyuplai konten sampah dan dicap sebagai suatu hal yang berpengaruh negatif. Tiktok saat itu sempat di-banned oleh Menkominfo dan diberi batasan usia pada 2018 lalu. Lantas, mengapa kini TikTok menjadi sangat populer terlebih ketika pandemi seperti ini?

TikTok layaknya aplikasi pada umumnya, seperti pisau bermata dua. Bisa membawa dampak positif maupun negatif tergantung dari si pengguna. Konten yang dihasilkan dari TikTok saat ini, juga tidak seperti konten TikTok pada awal-awal kemunculannya yang lebih negatif, seperti pornografi, ucapan kasar, dan kabar hoaks. Tidak bisa dipungkiri konten TikTok memuat banyak hal negatif, namun rasanya kreator konten TikTok di Indonesia banyak yang berbenah dan menghasilkan konten yang lebih positif dan berguna.

Pendiri TikTok adalah Zhang Yiming, seorang lulusan software engineer dari Universitas Nankai. Yiming membuat sebuah perusahaan bernama ByteDance lalu meluncurkan aplikasi video pendek bernama Douyin. Douyin adalah cikal bakal dari TikTok, lalu perusahaan ini melakukan ekspansi keluar Cina dengan nama yang lebih menarik dan mudah dikenal dengan nama TikTok. TikTok bisa sangat populer karena kemudahan dalam menggunakan aplikasinya. Target pasar dari TikTok adalah anak muda, maka desain aplikasi, cara penggunaan, dan filter yang ada di dalamnya dikemas untuk memudahkan pengguna namun bisa menghasilkan video berdurasi 15 detik yang sangat bagus.

Jika dilihat dari segi video editing, TikTok bisa dibilang mampu mengemas cara edit video hanya dengan sekali klik. Contohnya, di TikTok ada salah satu filter green screen, yang mana di filter tersebut kita bisa membuat foto latar belakang kita menjadi foto latar belakang yang kita inginkan. Kita tidak perlu repot harus memiliki kain hijau untuk mengedit videonya, dalam filter ini juga cukup rapi dan jelas untuk ukuran sebuah aplikasi.

Untuk filter lainnya, seperti pengubah suara, dan beautify juga tidak kalah menarik, TikTok selalu meng-update filter, stiker, maupun efek yang ada dalam aplikasinya. Semua lagu yang ada di dalam TikTok juga tidak serta merta merugikan si pembuat lagu. Angga Anugrah Saputra, Head of User and Content Operation, memberikan tanggapan terhadap hak cipta lagu yang ada di TikTok. “Kami sangat memperhatikan itu ya soal hak kekayaan intelektual termasuk di dalamnya hak cipta musik yang ada di TikTok, seperti yang tercantum dalam panduan layanan dan komunitas,” ucapnya dalam jumpa pers virtual pada 4 November 2020 lalu. Angga juga menegaskan tidak akan mengizinkan pengguna TikTok untuk mengunggah, berbagi, dan membuat konten apapun yang berpotensi melanggar hak cipta. Ia berujar bahwa TikTok adalah wadah kreativitas bagi para penggunanya.

Lantas, mengapa kini TikTok bisa dianggap lebih dari platform hiburan. Seperti yang kita ketahui, bahwa TikTok memang berawal sebagai aplikasi hiburan video berdurasi selama 15 detik. Pertama, TikTok adalah media empuk untuk marketing dan promosi. Meski TikTok dijegal di beberapa negara, nyatanya di Indonesia TikTok adalah salah satu aplikasi populer yang diunduh lebih dari  30,7 juta pengguna. Hampir semua perusahaan besar hingga usaha rumahan, menggunakan TikTok sebagai media promosinya. Algortima TikTok hampir sama seperti Youtube, tidak seperti Instagram yang harus mengikuti orang lain baru bisa melihat kontennya di beranda kita. Konten TikTok bisa muncul di beranda tanpa harus kita mengikuti orang tersebut. Cukup dengan menggunakan tagar yang sedang populer dan caption yang menarik, tentu akan sangat mudah orang akan menemukan video kita.

Lalu, dalam pencarian kerja, kini lowongan social media content creator banyak yang mencari kandidat yang bisa mengoperasikan TikTok untuk kepentingan promosi. Tentu bisa menggunakan aplikasi TikTok dengan baik akan menjadi nilai plus tersendiri bagi kandidat tersebut. HRD dari beberapa perusahaan banyak yang meminta kandidat untuk menjelaskan dirinya melalui TikTok, jadi CV para kandidat berupa video 15 detik, yang tentunya akan membuat screening menjadi lebih mudah dan singkat. TikTok juga bisa digunakan sebagai portofolio, misalnya seorang ilustrator yang membagikan hasil karyanya melalui TikTok.

TikTok juga sebagai sarana edukasi. Kita bisa melihat sekarang ini banyak tutorial yang dibagikan melalui TikTok, seperti memasak, berdandan, bahkan memperbaiki alat sekalipun. Tutorial yang ada di TikTok tentu akan sangat berguna bagi beberapa orang. Para ahli dan spesialis, seperti dokter, dosen, dan pejabat pemerintahan banyak yang memberikan edukasi melalui konten-konten TikTok.

Jadi, TikTok saat ini lebih dari sekadar aplikasi hiburan yang berisi orang menari-nari, tapi lebih dari itu. TikTok dapat membantu mendongkraknya penjualan suatu perusahaan, TikTok juga membantu seseorang untuk mem-branding dirinya, TikTok memberikan beberapa ilmu atau edukasi yang mungkin tidak kita dapatkan secara gratis.