
Asam Kandis Bukan Sekadar Bumbu Rendang
Dapat Memperbaiki Sensitivitas Insulin
21 Desember 2024. Hal.19
Asam kandis adalah bumbu masak yang dipakai di berbagai masakan Nusantara. Misalnya, rendang, pindang ikan, atau daging. Hasil riset mengisyaratkan terdapat zat kandungan yang ditengarai berperan menjaga kesehatan organ tubuh yang vital. Secara tradisional, asam kandis dimanfaatkan untuk mengatasi gangguan saluran cerna, termasuk diare, disentri, mual, dan muntah.
BAHAN asal asam kandis adalah buah kandis matang yang diiris tipis dan dijemur di bawah sinar matahari sampai benar-benar kering. Asam kandis yang kering dan baik berwarna merah kecoklatan.
Asam kandis berbeda dari asam Jawa meskipun sama- sama bumbu masakan. Asam kandis dibuat dari buah tanaman Garcinia xanthochymus keluarga Clusiaceae. Yaitu, tanaman tropis yang berasal dari Asia Tenggara, Polynesia, Afrika, Australia, Thailand Utara, Myanmar, dan Yunnan di Tiongkok. Nama lainnya sour mangosteen atau yellow mangosteen yang berarti buah manggis masam atau kuning. Memang buah kandis mirip buah manggis, hanya beda warnanya.
Pohon kandis bisa setinggi 15-18 meter. Dia memiliki banyak cabang dan daun serta bunga berwarna putih. Buahnya kuning setelah masak. Bentuk buah bulat dengan lebar sekitar 2-3,5 cm, lunak dengan kulit tebal, daging buah berwarna kuning dengan 2-8 biji berwarna cokelat di dalam buah.
Penduduk Thailand dan India memakai buah tanaman itu untuk aneka masalah kesehatan saluran cerna. Termasuk memperbaiki nafsu makan, obat cacing, dan pe- nawarracun. Juga, dipercaya sebagai tonikum. Pada sistem pengobatan tradisional China, buah dipakai secara luas untuk mengatasi cacingan dan keracunan makanan. Untuk makanan, buah dipakai secara luas sebagai pengawet, pembuatan selai, cuka, atau penambah rasa pada berbagai makanan.
Selain kaya kandungan serat, vitamin, mineral, ada zat fito dalam buah kandis, yaitu senyawa xanthones, benzophenones, flavonoid, dan isocoumarin.
Kaya Asam Amino Esensial
Sebuah publikasi hasil kerja peneliti India (2022) mempelajari potensi seluruh bagian buah, yaitu kulit, daging, dan biji buah. Ketiganya memang sudah dipakai di India, yaitu setelah dikeringkan di bawah sinar matahari. Pengeringan untuk penelitian ini menggunakan cara vakum dan sinar matahari. Yang diperiksa adalah keberadaan kandungan serat, protein, lemak, mineral, gula, vitamin C, senyawa golongan flavonoid, tanin, polifenol, dan karotenoid.
Hasilnya menunjukkan bahwa semua hasil pengeringan itu kaya asam amino esensial, yaitu histidine, tyrosine, threonine, valine, phenylalanine, dan arginine. Asam lemak jenuh capric, lauric, palmitic, dan stearic acids, sedangkan asam lemak tidak jenuh oleic, linoleic, dan a-linolenic acids.
Kandungan mineral makro dan mikro yang perlu bagi sel tubuh adalah kalium, kalsium, magnesium, tembaga, zat besi, manganum, dan zinc. Hasil pengeringan vakum menunjukkan kadar lebih tinggi dibandingkan yang dengan sinar matahari. Walau berbeda kadar, seluruh bagian buah mengandung zat bioaktif polifenol, yaitu flavonoid dan tanin, karotenoid, dan asam organik. Kekayaan kandungan inilah yang membuat buah kandis dapat dipertimbangkan masuk ke dalam kelompok makanan fungsional, yaitu kaya zat kandungan yang menyehatkan.
Antioksidan dan Antidiabetik
Studi menunjukkan bahwa gangguan metabolik seperti diabetes, obesitas, kanker, serta gangguan pada jantung dan pembuluh darah bermula dari adanya peradangan kronis dan stres oksidatif dalam sistem tubuh. Kebanyakan orang tidak menyadari penyebab peradangan kronis seperti gangguan infeksi yang tidak kunjung sembuh, reaksi imun yang tidak normal, dan kegemukan.
Kalau kondisi itu dibiarkan, bisa terjadi kerusakan inti sel yang memicu kanker. Stres oksidatif akibat tidak imbangnya prooksidan dan antioksidan dalam tubuh adalah penyebab utama kerusakan sel pada saat ini, termasuk sel otak. Untuk itu, diperlukan pemberian antioksidan.
Saat ini berbagai antioksidan sintetis terus diproduksi untuk membantu menyelesaikan problem tidak seimbangnya antioksidan dan prooksidan di dalam tubuh. Namun, mungkin ada efek samping pada penggunaannya. Dalam kondisi itu, antioksidan alami yang jauh lebih aman bila digunakan dengan benar banyak diburu.
Buah kandis adalah salah satu herbal berkhasiat antioksidan yang menarik perhatian peneliti, termasuk peneliti India. Sebab, kandis memang digunakan dalam sistem pengobatan tradisional Ayurveda India.
Studi dilakukan untuk mempelajari efek antioksidan ekstrak berbagai bagian buah kandis secara in vitro. Hasilnya menunjukkan ekstrak metanol kulit buah yang dikeringkan secara vakum menunjukkan aktivitas menetralkan radikal bebas tertinggi. Hasil itu pun mengindikasikan terdapat nya hubungan antara kuatnya daya antioksidan dan tingginya kadar senyawa fenolik total ekstrak.
Dari studi terdahulu diketahui bahwa selain potensi antioksidan, senyawa polifenol juga punya khasiat antidiabetik. Artinya, bisa mengendalikan peningkatan kadar gula dalam darah. Kalau kadar gula darah diatur, kemungkinan timbulnya komplikasi akibat diabetes dapat diantisipasi. Dan, pada riset ini terbukti khasiat antidiabetes ekstrak kulit buah terjadi melalui penghambatan enzim a-amylase. Yaitu, enzim yang memecah polisakarida menjadi glukosa dan molekul kecil lain. Penghambatan itu menyebabkan hambatan pembentukan glukosa sehingga tidak terjadi peningkatan kadarnya dalam darah.
Ada laporan menarik terkait hasil studi tentang hubungan antara peran mineral zinc buah dan kelancaran produksi insulin pada sel pankreas. Insulin berperan pada penyerapan gula dari dalam darah. Keberadaan asam lemak tidak jenuh buah kandis juga diketahui memperbaiki sensitivitas insulin. Jadi, sinergisitas kandungan buah kandis, termasuk asam amino, berkontribusi pada kemampuan buah kandis sebagai antidiabetes. (*)