
Rekognisi Bali dan Pariwisata Berkelanjutan
12 Oktober 2024. Hal.11
Bali kembali mendapat pengakuan internasional sebagai pulau terbaik ketiga dunia. Kali ini, yang memberi penghargaan adalah majalah bergengsi berbasis di New York, Amerika Serikat, Travel + Leisure Magazine. Majalah dengan jumlah pembaca mencapai 4,8 juta orang itu melakukan survei destinasi wisata dunia dari berbagai negara terkait daya tarik wisata, aktivitas wisata yang ditawarkan, kualitas restoran dan makanan, serta keramahan warga lokal.
Rekognisi lain dari masyarakat internasional untuk Bali adalah sebagai salah satu dari 10 besar pulau terbaik di Asia 2024 (Top Islands: Readers’ Choice Awards 2024) dari 575.000 voters Conde Nast Traveler. Penghargaan dari situs perjalanan yang juga berasal dari New York, Amerika Serikat, ini menegaskan posisi Bali sebagai top of mind pada pasar wisata internasional. Namun, rekognisi itu juga menjadi tantangan untuk keberlanjutan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan di Bali, yang sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas alam, budaya, serta peradaban Bali di masa kini dan mendatang.
Baru-baru ini Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) merilis Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029. Di dalamnya jelas menyatakan permasalahan aktual di destinasi pariwisata. Yakni pertama, degradasi lingkungan dan hilangnya budaya lokal akibat pariwisata yang tidak terkendali (overtourism) dan akulturasi budaya dari wisatawan. Kedua, terbatasnya amenitas, aksesibilitas, dan atraksi yang melaksanakan kaidah pariwisata berkelanjutan.
Ketiga, pengelolaan dan kualitas layanan pariwisata yang tidak berfokus kepada pengalaman. Keempat, rendahnya pengelolaan wisatawan akibat rendahnya kesadaran pariwisata dan tingkat kegiatan wisata. Kelima, kurangnya keterampilan sumber daya manusia pariwisata dan rendahnya pemanfaatan ekonomi pariwisata oleh masyarakat lokal.
Kompleksitas permasalahan tersebut menjadi fakta yang harus dihadapi dengan menetapkan arah kebijakan transformasi ekonomi, salah satunya melalui pembangunan destinasi pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Bappenas mendefinisikan pariwisata berkelanjutan sebagai pariwisata yang berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat dan pelaku usaha, memenuhi kebutuhan pengunjung, pelestarian nilai luhur budaya, dan peningkatan kualitas ekologi. Harapannya, transformasi ekonomi tersebut mampu mencapai target di tahun 2029. Yakni, rasio produk domestik bruto (PDB) dari pariwisata naik menjadi sebesar 5% dan devisa pariwisata mencapai US$ 32 miliar.
Bersama dengan Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Bali berkontribusi dalam perekonomian Indonesia sebesar 2,7% pada 2022 dan diproyeksikan meningkat menjadi 3% di 2025, dengan tema besar sumber daya, pariwisata dan ekonomi kreatif global.
Paralel dengan hal itu, pertumbuhan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan dibali khususnya dan indonesia umumnya, untuk menyambut dan mempersiapkan Indonesia Emas 2045. Bappenas (2024) merumuskan Indonesia Emas 2045 dalam beberapa tahapan pembangunan transformasi sosial yang harus dicapai tiap periode sebagai berikut :
Tahap pertama (2025-2029), difokuskan pada pemenuhab kebutuhan pelayanan dasar, seperti kesehatan, pendidikan, dan perlindungan sosial. Tahap kedua, periode (2030-2034), menitikberatkan pada percepatan pembangunan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan inklusif. Pada tahap ketiga, periode (2035-2039), Indonesia mulai menitikberatkan pada penguatan daya saing SDM dan keberlanjutan kesejahteraan. Dan terakhir, di tahap keempat (2040-2045), transformasi sosial, memfokuskan pada perwujudan manusia Indonesia yang unggul.
Dalam 25 tahun ke depan, Indonesia telah membekali diri dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 yang memuat visi, misi, dan sasaran utama pencapaian Visi Indonesia Emas 2045. Di sana, Indonesia Emas 2045 digambarkan sebagai negara berdaulat, maju, dan berkelanjutan. Adapun sasaran visi Indonesia Emas 2045 adalah pendapatan per kapita Indonesia setara negara maju US$ 3.300 per kapita. Dalam periode ini, dibutuhkan rata-rata pertumbuhan ekonomi per tahun lebih dari 6%-7%.
Destinasi bernilai
Menjadikan Bali sebagai destinasi yang bernilai (value for money) bagi wisatawan mancanegara (wisman) tidaklah mudah. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan menghendaki Bali tetap bersih dengan kedatangan wisman yang berkualitas.
Definisi wisman yang berkualitas dapat diperjelas melalui dua aspek. Pertama, wisman yang datang membelanjakan uang (spend of money) dalam jumlah besar. Berikutnya tersebar di berbagai mata rantai industri pariwisata, mulai kedatangan hingga kepulangan. Fenomena zero dollar tour diharapkan tidak terulang di masa depan.
Aspek selanjutnya atau kedua adalah dari segi lama tinggal (length of stay), wisman berkualitas tidak berorientasi pada paham menikmati sebanyak mungkin destinasi untuk mendapatkan manfaat tur semaksimal mungkin, dan membeli paket tur dengan itinerary yang padat, maksimal, dengan durasi waktu pendek.
Pariwisata yang berkualitas mensyaratkan input, proses, dan output yang berkualitas. Dalam hal input, selain wisatawan yang berkualitas dengan dua parameter utama di atas, pariwisata yang berkualitas memungkinkan penyerapan sumber daya lokal seoptimal mungkin dalam mata rantai industri pariwisata. Yakni, mulai dari bahan baku, pemasok dan sumber daya manusia lokal, termasuk investor yang berorientasi pada idealisme kepariwisataan untuk peningkatan kualitas hidup manusia dan lingkungan, dan tidak semata-mata mengejar keuntungan jangka pendek.
Pada akhirnya, pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan di Bali mensyaratkan profil wisatawan yang berkualitas, destinasi yang memberikan pengalaman berharga yang tak terlupakan, sumber daya manusia yang profesional dan masyarakat yang ramah, serta pengelolaan bisnis pariwisata yang mengindahkan kelestarian alam budaya lokal.
Dengan demikian, rekognisi Bali dari berbagai lembaga dunia seharusnya dapat dikonversi ke dalam mutu wisman yang datang dan kualitas alam yang lestari serta budaya yang terjaga. Sektor pariwisata Bali, khususnya, dapat diandalkan untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.