Moda Transportasi kereta api ketika itu menjadi primadona masyarakat. Selain digunakan untuk mengangkut logistik atau hasil bumi. Apalagi jalur rel kereta api sudah tersambung dari sisi selatan Surabaya.

 

DITAMBAH lagi pembangunan rel di sisi timur dari Bandung-Bogor-Jakarta-Yogyakarta-Semarang-Surabaya. Pemerintah Kolonial Belanda memerintahkan perusahaan swasta Naderlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) untuk lalu lintas rel sisi timur dan Staatsspoorwegen (SS) yang menguasai sisi selatan Jawa Timur bekerja sama.

Menurut Pustakawan Sejarah Chriyandi Tri Kartika, ebrhasilnya dua perusahaan swasta asal belanda itu menjadi pelecut perusahaan lain untuk masuk menawarkan untuk memperbaiki sistem transportasi maupun perbaikan rel kereta api.

“Jadi berhasil dua perusahaan itu membuat perusahaan lain ingin mengadu nasib yang sama dalam mengembangkan transportasi kereta api ketika itu,” katanya kepada Radar Surabaya.

Ia menyebut, awal abad 20 hampir semua kota di Jawa sudah terlintasi rel kereta api dan stasiun. Hal itu menandakan majunya perkeretaapian di Indonesia. Penempatan stasiun kereta api di kota besar dan kabupaten menjadi suatu pemikiran yang penting. “Stasiun juga merupakan objek Vital (obvit) yang dijaga hingga sampai saat ini,” Kata Chriyandi.

Bahkan perubahan SS yang membangun dan mengelola Stasiun Gubeng telah mengecek kondisi tanah dan karena rel kereta akan dipasang. Sehingga kondisi tanahnya juga harus baik.

Tak hanya itu, SS juga menangkap peluang ke depan sebagai salah satu tempat yang terpadat. Karena kawasan tersebut berdekatan dengan perumahan elit Eropa dan pusat pemerintahan.