MENGGALI lagi ingatan tentang Srimulat, grup lawak legendaris, seperti menghadirkan sekelompok orang yang memiliki dedikasi tinggi terhadap seni panggung. Nama Srimulat menjadi jaminan tontonan yang menghibur.

Ada yang tidak kenal Srimulat? Mereka yang lahir antara 1960-1990-an yang mengalami masa kejayaan grup lawak itu. Panggung hiburan Taman Hiburan Rakyat di Surabaya menjadi tempat mereka tampil. TVRI yang pada masa itu menjadi satu-satunya televisi yang bisa dinikmati oleh sebagian besar rakyat adalah panggung yang membuat mereka terkenal hingga ke pelosok.

Lawak Srimulat menjadi tayangan yang ditunggu. Selalu ada yang bisa dijadikan bahan tawa. Mereka menggali kekhasan diri untuk ditampilan di panggung, Kekhasan diri itulah yang membuat masing-masing personelnya tetap diingat hingga lama.

Srimulat merupakan grup lawak yang didirikan oleh Teguh Slamet Rahardjo yang berasal dari Surakarta pada 1953, Srimulat diambil dari nama istri Teguh Slamet Rahardjo, yaitu Raden Ayu Srimulat. Banyak orang mengira, setelah kepergian. Teguh Slamet Rahardjo menghadap Yang Maha Kuasa, grup Srimulat bubar. Perkiraan itu keliru karena Srimulat tidak pernah tamat.

Zura Nurja Ana, Direktur Museum Gubug Wayang menjelaskan, Museum Gubug Wayang Mojokerto sebagai pemerhati dan pelestari budaya berperan aktif dalam melestarikan seni dan budaya yang penuh dengan kearifan lokal. Mereka melakukan kegialan dengan Srimulat yang bergerak untuk melestarikan sekaliguş memperkenalkan kesenian Srimulat kepada generasi muda. Itu supaya anak-anak muda dapat kembali mengenal Srimulat serta memiliki semangat melanjutkan perjuangan Aneka Ria Srimulat.

Kegiatan itu dibungkus secara apik di Museum Keris Nusantara Kota Surakarta, Solo selama dua hari. Hari pertama yaitu Peresmian dan Pembukaan Pameran Wayang Golek Srimulat Abadi yang digelar Selasa (8/8/2023). Hari kedua adalah bedah buku dengan judul buku “Berpacu Dalam Komedi & Melodi Teguh Srimulat” yang diadakan Rabu (9/8/2023). Acara pameran dan peluncuran buku ini mempunyaitagline yang penuh akan semangat dan keyakinan yaitu “Srimulat Tak Pernah Tamat”. Itu sejalan dengan nama Abadi di dalam nama bertema Pameran Wayang Golek Srimulat Abadi.

Yang unik dari pameran wayang golek itu adalah kemiripan sosok-sosok pemain Srimulat seperti Gepeng, Asmuni, Tarzan, Basuki, Nunung, Tessy, Paimo, Timbul, Bambang Gentolet, dan lainnya yang dipahat dalam wayang golek. Nama-nama itu adalah personel Srimulat. Mereka memiliki gaya unik yang tidak selalu diingat penontonnya. Kekhasan itu bukan hanya pada penampilan, melainkan juga pada aksen, gerakan, celetukan, bahkan peran yang melekat karena gampang diingat.

Gepeng dikenang karena celetukan “untung ada Gepeng’. Tessy dengan gaya unik mengenakan cincin akik yang memenuhi seluruh jari tangan. Basuki yang tampil lugu sekaligus sok keren dan menyebalkan. Paimo yang namanya dikenang karena peran drakula yang dibawakan dalam salah satu episode dan akhirnya peran itu melekat padanya. Masing-masing mengembangkan kekhasan itu sehingga mereka tetap dapat bertahan ketika sepanggung dengan teman main lainnya.

Tidak hanya itu, ada sederet koleksi kaset pita penampilan Srimulat, beberapa kostum drakula yang biasa diperankan oleh Paimo dan kostum-kostum lainnya. Tidak ketinggalan juga pemutaran video Srimulat yang mampu membawa pengunjung pameran seakan-akan terlempar di zaman itu menambah kerinduan akan mereka.

Mengikuti bedah buku “Berpacu Dalam Komedi & Melodi Teguh Srimulat” tanpak Herry Gendut Janarto sang penulis buku itu dan salah satu putra Teguh Slamet Rahardjo yaitu Eko Saputra yang akrab dipanggil Koko. Herry Gendut Janarto dengan tekun mencari data tentang Srimulat dan mengemasnya menjadi buku yang terbit beberapa tahun lalu. Dari buku itulah, catatan penting tentang Srimulat dikumpulkan dengan rapi. Herry Gendut Janarto berhasil menyajikan kisah Srimulat di balik layar.

Ada perjuangan dari seluruh personel, bukan hanya pemain yang tampil di atas panggung. Mereka yang akan tampil di panggung pun harus melalui proses yang tidak gampang. Jika personel di atas panggung tidak bisa menghadirkan kekhasan dirinya, sudah bisa dipastikan dia akan dilupakan penonton. Itu sebabnya Teguh sebagai pimpinan selalu mendorong setiap orang untuk tampil dengan ciri yang akan dikenang. Itu yang membuat mereka bertahan di panggung mana pun. Apa yang disampaikan Teguh terbukti hingga saat ini.

Koko menceritakan perjuangan untuk mempertahankan Srimulat. la sangat menyayangkan jika cikal bakal Srimulat yang sudah melegenda itu harus tutup.

“Tidak mudah mempertahankan Srimulat. Sampai saat ini Srimulat tetap ada Srimulat sudah berjuang sejak 1953 hingga selama-lamanya. ltu sebabnya, Srimulat tidak pernah tamat. Srimulat tidak pernah mati di hati masyarakat,” kata Koko.