Merangkai buket bunga membutuhkan insting dan skill. Hal itu terus dipelajari Renata Regina, seorang florist. Dengan usahanya, Renata menyediaan buket bunga berbagai bentuk dan warna. Karakteristiknya penataan bunga yang dibuatnya mengacu pada gaya buket bunga dari negeri Korea Selatan. Seperti apa?
KATAKANLAH dengan bunga jadi benar adanya jika melihat kebiasaan orang Korea yang sering sekali memberi buket bunga. Tak hanya untuk kekasih, namun kepada siapa saja dalam berbagai kesempatan termasuk untuk menyampaikan rasa duka.
Gambaran itu menginspirasi Rere -panggilan Renata-membuat buket bunga dengan Korean style. “Bentuk umum akhirnya sangatlah feminin. Bunganya cenderung kecil kecil. Kalau pun dicampur, besaran bunganya bisa dibuat tidak rata. Justru itulah yang membuatnya menjadi sangat cantik,” terangnya.
Salah satu ciri lainnya adalah warna. Mayoritas kelopak bunga yang dirangkal diarahkan Rere dalam warna-warna pastel. Kepopuleran pilihan gaya ini meningkat bersamaan dengan industri hiburan K-Pop. “Kalau mau menyasar selera anak muda, inspirasi Korea Selatan cocok. Saya sengaja mengikutinya,” katanya.
Jika mengacu pada rangkaian Korea style, kesederhanaan ditonjolkan untuk menciptakan harmonisasi yang baik. Jarak ruang antara bunga dan cabang-cabang kecil dari bunga ditata untuk kesan yang tenang, anggung dan elegan. Memahami karakter bunga sangat penting. Misalnya bisa memilih bunga krisan putih simbol dari ratapan dan kesedihan saat merangkai buket bunga untuk kemation.
Salah satu yang menjadi point of interest-nya adalah penggunaan alas buket yang tak cuma plastik biasa seperti di Indonesia. Menguasai teknik wrapping yang baik sangat diperlukan. Bisa memadukan wrapping paper, kertas samson dan kertas roti atau kertas tisu putih dengan layer dan aksi bertumpuk yang cantik.
Sebelum mempelajarinya lebih jauh, merangkai bunga buat Rere diakuinya seperti sudah panggilan jiwa. Dia bahkan menyadari bila dirinya mulai memperlihatkan ketertarikan sejak SD. “Saya ingat pernah nonton telenovela berjudul Rosalinda. Peran utamanya seorang perempuan yang punya toko bunga. Saya membayangkan berada di posisi Rosalinda pastilah seru, ungkapnya.
Namun untuk menjadikan ketertarikannya pada bunga itu sebagai usaha serius, Rere tak ada nyali. Dorongan itu timbul sejak masa skripsi. Ketika seorang temannya di kampus membutuhkan buket bunga untuk sebuah acara. Tanpa bekal apa-apa Rere mengambil kesempatan itu. Dia memberanikan dengan tekad akan mempelajarinya dengan cepat.
“Sebab saya yakin ada modal insting yang kuat pada bunga pasti saya bisa. Saat itu, ketika melihat buket bunga yang sudah terangkal, w wow rasanya luar basa. Tapi sejak itu saya percaya, untuk merangkainya-meskipun tampak sesederhana itu harus ada skill Kalau mau serius plus memahami alur produksi juga,” paparnya.
Setelah sekian lama bergelut menjalankn Lacer Florist, Rere sadar bahwa untuk mengasah insting, seorang florist butuh jam terbang. Caranya ya terus berkarya dan berkarya. Rere bahkan butuh waktu tiga tahun mempelajari semua hal terkait seni merangkai bunga hingga insting itu muncul.
Mempelajari permintaan klien juga sarananya belajar. Karena itu, Rore selalu menyempatkan berdiskusi dengan kliennya dulu. Guna mengetahui karakter. “Biar ada bayangan yang tepat ketika memadukan satu bunga dengan yang lain. Enggak cukup main kira-kira tanpa pemahaman yang cukup,” ujarnya.
Selama Ini, Fiere berusaha cepat memahami permintaan idiennya. Biasanya setelah menemukan arah bentuk yang diinginkan, dia mencari jenis bunga yang tepat. Bisa memakai bunga lokal seperti mawar dan anyelir. Kadang bunga impor jika dibutuhkan seperti tulip, daisy, dan lain sebagainya. Barulah menentukan warna kertas wrapping dan pitanya.
Kalau insting jalan, maka mudah memadupadankan jenis bunga, warna, memilih kertas pembungkus (wrapping paper) dan tambahan aksesori lain sesuai perencanaan. “Semua proses enggak bisa sembarangan, Harus menyesuaikan dengan rangkaian. Bila salah pilih, nuansanya bisa berantakan,” kata lulusan Universitas Brawijaya itu.
Sejauh ini, semua order Lacey Florist masih dikerjakan sendiri. Itulah mengapa Rore hanya menerima pra posan. Waktu terlama yang dia butuhkan biasanya untuk menemukan varian bunga yang sesuai. “Jarang sekali saya menemui penjaja bunga dalam sekali kunjung. Seringnya sampai tiga kall tho,” kata perempuan 28 tahun itu.
Ketersediaan jenis bunga itulah yang menentukan lamanya dia mengerjakan. Sebenarnya jika semua bahan ada, hanya butuh waktu satu sampai dua jam untuk satu buket bunga. “Dulu bisa lebih lama dari itu. Maklum, sempat minder karena ilmunya sambil jalan, jam terbangnya terbatas. Sekarang bisa lebih cepat dan presisi,” lanjutnya.
Tanpa punya studio khusus, semua pesanan ternyata cukup digarap Rere di kamar pribadinya. Selain menjadi ruang workshop dia memaksimalkannya sebagai ruang menyimpan stok bunga. “Agar awet, saya harus pintar menghitung cahaya yang masuk, sirkulasi udara yang baik, persediaan air bersih, hingga menyediakan pendingin ruangan,” ujarnya.
Untuk menambah skill, Rere sering mengikuti kelas khusus bersama florist senior dari Jakarta, Surabaya, hingga Bali. Pengetahuan yang bertambah itu mendorong Rere Rore berkreasi. Di antaranya memproduksi produk bunga kering dalam bingkai yang tengah disukai. “Istimewanya, kalau dirawat dengan baik, usia bunga di dalamnya bisa sampai lima tahun tho,” paparnya.
Bahkan dia berani memulai bisnis baru. “Saya baru me-launching Lacey Decoration, Perluasan bisnis yang melayani dekorasi bunga untuk pernikahan, lamaran, ulang tahun, dan lain sebagainya,” katanya. Menurutnya, trend dekorasi bortoma rustic sedang digandrungi, Cirimanya ada pada penempatan bermacam bunga di area pusat. Plus sejumlah omen lain di sekitar venue.
Dengan Lacey Florist dr Lacey Decoration, Rere yak dia bisa bangkit lagi di ten pandemi. Maklum permint n buket bunga sempat menurun drastis. Seiring larangan membuat acara. “Sekarang masyarakat mulai bisa melaksanakan agenda dengan mematuhi protokol kesehatan. Meskipun belum pulih sebesar dulu tapi ada saja kok yang butuh buket bunga dan dekorasi. Yang penting saya tetap berkreasi,” tegasnya. (Heti Palestina Yunani-Ajib Syahrian Nor)
Sumber: Harian Disway.11 Mei 2021.Hal.42-43

