Bangunan Benteng Prins Hendrik dibencurkan karena tak iagi memiliki fungsi di kawasan tersebut. Pemerintah kolonial Belanda memilih meratakannya lantaran kurang maksimai.

Ginanjar Elyas Saputra Wartawan Radar Surabeya

PADA zaman dulu, benteng berguna sebagai bentuk pertahanan militer.  Di era Perang Dunia II, benteng menjadi bangunan penting untuk menahan adanya serangan lawan.  Biasanya, letak benteng berada di dekat pesisir.

Seperti Bentang Prins hendrik atau Citadel Prins Hendrik đi Jalan Benteng, Benteng Kalidawir di Kalidawir kelurahan Bulak Banteng, Kecamatan Kenjeran, dan Benteng Kedung Cowek di kawasan pesisir Kedung Cowek, Kenjeran ini.

Sejarahwan sekaligus pustakawan Universitas Ciputra Surabaya Chrisyandi Trì Kartika, benteng  đi Jalan Benteng tersebut sudah tidak lagi berguna bagi tentara Belanda.  Maka dari itu bangunan diratakan dengan tanah hingga tak tersisa.

“Dianggap kerajaan Belanda sudah nggak berguna. Kemudian đihancurkan hingga tak tersisa,” ungkap Chrisyandi kepada Radar Surabaya.

Álasan lainnya, benteng bentuk persegi empat ini dibongkar lantaran Belanda masih mempunyai benteng pertahanan lain di pesisir utara Surabaya.  Yakni pembuatan atau tempat benteng Kalidawir dan Kedung Cowek.

Chrisyandi menjelaskan, fungsi daripaa benteng Prins Hendrikkala itu sebatas untuk peahanan dan fungsi militer lainnya.

“Alasan lainra dibongkar karena saat itu Surabaya hanya digunakankan sebagai pangkalan militer angkatan laut kerajaan Belanda saja. Dan Surabaya juga digunakan sebagai tempat pabrik perbaikan kapal,” jelasnya.  (bersambung / nur)

 

Sumber: Radar Surabaya. 6 April 2021. Hal.3.