Mencicipi masakan khas rumahan di Warung Pakde, Kebayoran Baru
Surtan Siahaan
Sederhana namun sedap dan akrab. Kata-kata tersebut mungkin tepat untuk menggambarkan warung tenda kakilima yang satu ini. Sebab, kedai bergaya warung tegal (warteg) ini memang sangat sederhana, hanya berupa tenda bongkar pasang yang berdiri di atas trotoar.
Aneka lauk pauk di Warung Pakde – begitu para pelanggan menyebut kedai tanpa nama ini – pun cukup dipajang di sebuah gerobak kecil tua berwarna merah. Sedang untuk tempat bersantap, cuma ada empat pasang kursi dan meja kayu panjang yang muat 20 orang.
Makanan yang ditawarkan kedai yang berdiri sejak 1979 ini sebenarnya biasa saja. Boleh dibilang, hampir semuanya makanan rumahan. Sebut saja, semur jengkol, petai sambal, orek tempe, sayur lodeh, sayur labu, cumi sambal, terong balado, dan bandeng goreng.
Enggak ada yang istimewa, selain jumlah kudapannya yang cukup banyak, hingga 27 macam. Tapi, saban hari, sekitar 3096 dari bermacam makanan tersebut diganti, agar para pengunjung tidak bosan.
Meski begitu, jangan remeh-kan kedai milik Adi Supanno ini sebelum mengudap masakannya. Soalnya, kedai tersebut memang menawarkan rasa masakan yang oke punya.
Misalnya, semur jengkol. Masakan racikan Warung Pakde ini memang top markotop. Dari tampilannya saja, sudah menggiurkan lantaran ukuran jengkolnya yang gede-gede. Kuah semurnya pun kental, dengan kelir coklat yang pekat .
Bagi penggemar makanan yang sering diplesetkan hati macan ini, menjajal semur jengkol di kedai tersebut wajib hukumnya. Biasanya, dalam sehari Wamng Pakde bisa menghabis-kan jengkol seberat tiga kilogram untuk semur.
Makanan lain yang tidak kalah cakep rasanya adalah bandeng goreng kering. Meski ukurannya kecil, bandengnya kering dan tidak berbau amis. Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, mi-saatnya, selalu makan dua bandeng goreng jika ke kedai ini. Kedai yang awalnya hanya menjual rujak cingur dan gado-gado ini memang punya segudang pelanggan, mulai dari sopir taksi, artis, perwira polisi, sampai pejabat tinggi. Dari kalangan artis, ada pesinetron Didi Riyadi dan Jane Shalimar yang hobi melahap semur jengkol buatan Adi yang akrab dipanggil Pakde.
kalau enggak percaya juga, ya, kudu sambangi kedai ini untuk menjajal rasa masakannya. Letak Warung Pakde ada di Jalan Istrandarsyah Raya, Kebayoran Baru, JalcartaSelatan, tak jauh dari Perguruan linggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Walau tidak ada spanduk atau papan nama, Anda pasti gampang mengenali kectai itu lika sudah ada di Jalan Laskandarsyah Raya, karena sangat ramai pengunjung. Kalau bingung, tanya saja tukang parkir di daerah situ, tanpa lama-lama pasti Anda langsung ditunjukkan lokasi persisnya.
Kedai ini baru buka jam lima sore dan tutup sekitar pukul satu malam. Tapi, sebaiknya Anda datang di awal kedai ini buka lantaran makanannya masih lengkap, sehingga bisa puas memilih yang diinginkan. Eddy, pemilik Roti Bakar Eddy, adalah salah satu pelanggan seda Warung Pakde. Bersama istri dan anaknya, Eddy rajin menyambangi kedai ini. “saya kalau ke sini cari semur ceker-nya. Cuma harus cepat datang agar tidak habis,” katanya. Hanya, jangan datang di hari Minggu, ya. Sebab, kedai yang sekarang dikelola Setya Budhi, anak Pakde, tutup.
Enggan Prasmanan
Sejak berubah dari warung rujak cingur menjadi kedai bergaya warteg, tidak terhitung pelanggan yang meminta agar Adi Suparmo alias Pakde, sang pemilik, mengubah konsep menjadi kedai prasmanan. Alasannya, pengunjung jadi bisa lebih bebas menambah dan mengurangi porsi. Meski begitu, Pakde tidak pernah menuruti permintaan pelanggan tersebut. Selidik punya selidik, sejak awal Pakde
beranggapan rezeki kedainya justru datang dari interaksi di antara pengunjung dan dirinya. Dengan berganti menjadi prasmanan, komunikasi itu menjadi hilang sehingga sisi pelayanan jadi tidak terasa. “Jadi, lebih akrab kalau dilayani sendiri,” kata Setya Budhi, anak Pakde yang kini mengelola kedai. Bahkan, saking akrabnya, Budhi mau membuatkan pesanan masakan khusus untuk pelanggan lamanya. Salah satunya, tempe benguk khas Jawa Timur. Dia pun rela berkeliling pasar tradisional di Jakarta untuk mencari bahan, meski masakan itu hanya diorder oleh satu pelanggan. Padahal, kalau dihitung-hitung, Budhi mengungkapkan, nilai jual tempe benguk sama ongkos bensin dan tolnya tidak nutup. Tapi, “Karena saya sudah akrab, saya malah senang kalau dipesan masakan khusus seperti ini,” ujar Budhi.
Sesuai standar
Nah, biar makin yakin, yuk, icip-icip sajian andalan Warung Pakde satu per satu. Dimulai dari semur jengkol. Tekstur jengkolnya kenyal tapi empuk. Sepertinya kedai ini hanya memilih jengkol dengan tingkat kematangan yang tua. Ketika masuk mulut, saat pertama kali digigit, jengkol yang kenyal masih memberikan perlawanan sebelum lumat terkunyah. Rasanya yang getir bercampur serasi dengan kuah-nya yang manis dan gurih. Dari kuahnya yang kental, orang yang sedang menjajah semur jengkol seperti sedang menikmati banyak bumbu yang bertebaran di dalamnya tidak berlebihan rasanya jika makanan ini masih mampu menggugah selera, meskipun hanya disantap dengan nasi hangat. Kalau mau lebih seru, tambah sayur labu siam. Siraman kuah sayur yang wangi tumisan bawang putihnya langsung menguar begitu disantap. Apalagi, kalau Anda beruntung dapat yang masih hangat. Dan, nggak ada salahnya menambahkan lauk yang punya rasa pedas, agar santap malam Anda di kedal ini maldn menantang. Sekadar rekomen chsi, Anda bisa pilih ayam bumbu bali. Bentuknya mirip dengan ayam cabe ijo, potongan ayam penuh luluran sambal hijau ulek yang mencolok mata. Begitu sesuap masuk mulut, lidah langsung merasakan pedas yang menyengat. Walau pedas, rasanya tidak mengganggu, lo, karena Anda masih bisa me-nilanati tone gurih di dalam serat-serat daging ayam. Jangan keburu puas, ya. Lan-taran makanan yang enak-enak masih banyak. Sepotong bandeng goreng cocok untuk membuat piring makan Anda kian semarak. Dilihat sekilas, memang tidak ada yang istimewa. Tapi, coba sesuap dan Anda akan menemukan rasa ikan yang begitu kering. Pinggiran dagingnya pun terasa garing begitu dikunyah, padahal lingkar isinya cukup tebal. Cuma, Budhi bilang, untuk sajian anda lan seperti semur jengkol tidak bisa Anda temukan tiap hari. Pasalnya, kedai ini hanya bisa menghadirkan semur jengkol jika bahan baku-nya sesuai dengan standar. Menurut Budi, seenak apapun bumbu semur diracik, akan tenggelam jika jengkolnya tidak bagus. Dan, jengkol yang bagus adalah jengkol tua yang berasal dari Pati, Rembang, dan Blora, Jawa Tengah. Sebab, jengkol muda yang sudah direbus biasa-nya akan pecah begitu ditumbuk Jadi, “kalau saya tidak dapat jengkol yang bagus, ya, tidak masalah” tijar Budhi. Selain itu, Budhi menambah-kan, dirinya tidak pernah memasak makanan secara asal. Itulah yang membuat pengunjung selalu kembali. Untuk menikmati masakan Warung Pakde tidak sampai membuat dompet Anda jebol, kok. Sepiring nasi dengan lauk pauk, mulai ayam bumbu bali, bandeng goreng, tahu bacem, sambal kentang, semur jengkol, hingga sayur labu hanya Rp 27.000. Untuk minuman, Anda bisa pesan segelas es teh manis seharga Rp 3000
Sumber: Tabloid-Kontan.-29-Desember-2014-4-Januari-2015

