Menyambut Tahun Baru Imlek 2574, pemerintah China melonggarkan warganya untuk melakukan perjalanan wisata pada masa liburan 21-27 Januari 2023. Namun, sebagaimana diberitakan sebelumnya, Indonesia tidak masuk dalam 10 tujuan wisata favorit wisatawan Tiongkok. Bahkan, di Asia Tenggara, Indonesia tidak menarik bagi wisatawan China.

Mereka lebih memilih ke Jepang, Thailand, Singapura, dan Malaysia. Karena itu semangat muhibah 1421 perlu didengungkan agar wisatawan Tiongkok berwisata ke Indonesia.

Pada 2006 beredar buku berjudul “1421: The Year Cina Discover the World” yang ditulis oleh Gavin Menzies (pensiunan angkatan laut kerajaan Inggris) dirilis ke dalam bahasa Indonesia. Dalam buku itu sejarah dunia seakan ditulis ulang.

Diceritakan dalam buku itu, pada 8 Maret 1421, armada laut terbesar yang pernah ada di dunia berlayar dari China. Panjang iring-iringannya sekitar lima ratus kaki, dibawah komando Kaizar Zhu Di (Raja ketiga dalam Dinasti Ming). Melalui para kasimnnya yang setia, Zhu Di berupaya melakukan muhibah berbagai suku bangsa untuk membangun citra bangsa China sebagai bangsa yang berbudaya.

Strategi itu diambil oleh karena China pada masa pendudukan Mongol anti kebudayaan. Tak hanya itu, muhibah tersebut aan mencatat sejarah baru dunia dengan digambarkannya peta dunia untuk pertama kalinya.

Laksamana kasim Cheng Ho, Hong Bao, Zhou Wen, Zhou Man, Yang Qing masing-masing armadanya yang sangat besar, adalah beberapa tokoh yang terlibat dalam pelayaran legendaris pada tahun 1421 – 1423. Pada pelayaran itu, mereka telah mencapai daratan benua Afrika, Amerika, Australia, South Island, Kutub Utara dan berbagai belahan bumi lainnya.

Mereka mengelilingi dunia seabad sebelum Magellan, sampai di Amerika tujuh puluh tahun sebelum Columbus, dan tiba ke Australia 350 tahun sebelum Cook.

Buku ini mencatat, Bahwa pada bulan Mei 1421, kota Terlarang di Beijing, tempat dimana Raja tinggal, terbakar oleh halilintar. Langit menjadi simbol persetujuan dan penolakan Sang Dewa atas kepemimpinan dan program kerja raja. Peristiwa ini menjadi titik balik sejarah China.

Raja dan Dinasti yang menggantikan Zhu Di tidak ada yang mau meneruskan visi besarnya. Sebaliknya, dengan cara kejam mereka menolak visi Zhu Di. Catatan perjalanan legendaris pada tahun 1421 – 1423 dibakar.

Laksamana Kasim dibubarkan. Kapal mereka dirusak. Prestasi besar Zhu Di tidak diakui dan dilupakan. Raja-raja baru yang menggantikan Zhu Di membenci orang asing. Seluruh perjalanan dan perdagangan ke luar negeri dilarang dan dihentikan. Tidak ada lagi sistem upeti China. Tidak ada lagi percobaan ilmiah dalam pelayaran-pelayaran legendaris.

Satu hal yang patut kita catat, berdasarkan dokumen sejarah dalam buku ini, adalah model muhibah yang dilakukan oleh para pelaut China pada 1421-1423 berbeda dengan pelayaran Eropa.

Pelayaran China secara berbudaya, sementara bangsa Eropa melakukannya dengan cara kejam dan sadis. Menzies mencontohkan, Francisco Pizarro misalnya, merebut peru dari suku Inca dengan membantai secara kejam lima ribuan orang. Ketika Vasco dan Gama sampai di Calcuta dia memerintahkan awak kapalnya untuk memotong tangan, telinga, dan hidung orang India.

Pada masa itu, bangsa China telah mengenal persahabatan dan persaudaraan sejati antar suku bangsa, dan bukan dengan cara barbar. Pada masa itu pula, mereka dikenal sebagai bangsa mari maritim yang hebat, mampu membuat kapal-kapal besar yang dapat bertahan selama beberapa bulan di lautan tanpa merapat ke daratan.

Mereka juga menemukan berbagai peralatan dan teknologi, serta berbagai jenis tanaman yang amat berguna bagi umat manusia. Dalam Buku Babad Putri Cina (Sindhunata, 2006) dan Putri Cina (Sindhunata, 2007), antara mitos dan sejarah, tampak bahwa bangsa China adalah salah satu leluhur tanah Jawa.

Adalah Jaka Prabangkara, seorang anak Raja Majapahit (Prabu Brawijaya) dari seorang selir, yang dibuang ke China oleh ayahnya sendiri setelah titah sang ayah melukis permaisurinya (Putri Cempa) terlihat begitu sempurna sampai kepada hitam di ujung pahanya.

Muhibah Wisata

Dalam surat yang ditulis oleh Prabu Brawijaya ketika melepas kepergian anaknya (Jaka Prabangkara) ke negeri China, Prabu Brawijaya memberi sabda bahwa anaknya itu akan menurunkan banyak cucu. Salah satu keturunan Prabangkara adalah Putri Cina. Anak cucunya akan pergi dari negeri China mengembara berkelana ke berbagai penjuru dunia. Kelak, anak cucu itu juga akan kembali ke tanah leluhurnya di Jawa.

Maka, bukan tidak mungkin jika muhibah besar-besaran itu akan terjadi lagi dalam kehidupan saat ini. Mungkin dua tahun lagi. Sejauh mana Indonesia menjadi salah satu destinasi kembali memikat wisatawan Tiongkok, amat bergantung dari kesiapan semua pihak untuk menjaga dan mengembangkan kelayakan Indonesia sebagai destinasi wisata.

Upaya yang telah dilakukan Kementrian Pariwisata RI patut didukung oleh semakin banyak pihak. Terutama, meningkatkan kerjasama strategis dengan pemerintah Tiongkok melalui China National Tourism Administration (CNTA) maupun otoritas lain.

Dibutuhkan kreativitas dalam mengemas paket-paket perjalanan wisata yang kompetitif dibandingkan destinasi lain di Asia Tenggara. Lantas menambah kapasitas penerbangan dan hotel, mendukung pengembangan wisata di Bali dan daerah lain di Indonesia. Serta melakukan promosi ke provinsi-provinsi di Tiongkok, serta memperkenalkan pariwisata Indonesia lewat situs berbahasa Mandarin

Sejarah dan peradaban selama ini telah menjadi modal yang kuat. Begitu pula kerjasam strategis RI. Tiongkok, selamat menyambut Tahun Baru Imlek 2574, semoga semangat muhibah 1421 berdampak strategis dan menguntungkan pariwisata Indonesia.