Pemkot Surabaya melalui Dinas Koperasi dan UMKM Surabaya tahun 2015 tengah gencar melakukan relokasi PKL di sejumlah lokasi. PKL akan ditempatkan di satu tempat terpusat. Hal ini disebabkan karena Pemerintahan Kota Surabaya ingin membuat inovasi yang tidak biasa untuk dilihat masyarakat. Inovasi tersebut menjadi strategi Kota Surabaya untuk menarik turis ketika berkunjung. Pemerintah Kota Surabaya mengharapkan ini sebagai paket tur kunjungan ke Surabaya.
Pembangunan Sentra Wisata Kuliner (SWK) untuk para PKL yang direlokasi masih banyak membutuhkan evaluasi. Kurangnya minat masyarakat untuk berkunjung ke SWK membuat banyaknya SWK yang sudah dibangun menjadi sepi. Banyak lokasi pembangunan sentra kuliner di Kota Pahlawan ini tidak strategis dan terdapat sekitar 40 lokasi SWK di Kota Surabaya yang sepi pengunjung.
Sepinya SWK yang menampung PKL terjadi karena kurangnya perhitungan proses penataan PKL dalam menarik minat pembeli, seperti halnya penempatan lokasi pembangunan gedung. Salah satu contohnya ialah SWK Convention Hall di Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya yang nampak amburadul dan hampir tidak ada sarana penunjang untuk kebutuhan pedagang. Tempat bak sampah, wastafel dan toilet juga tidak tertata dengan baik.
Sejak setelah peresmiannya, terlihat bahwa kondisi SWK membutuhkan sentuhan agar dapat berkembang dan terkelola dengan baik. Maka pada tahun 2018, Universitas Ciputra Surabaya melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat melakukan inovasi dengan menyelenggarakan pendampingan kepada para PKL terkait wawasan kewirausahaan, literasi keuangan, dan pengolahan pangan tanpa MSG. Tidak hanya itu, juga dilakukan penataan ulang denah lokasi pedagang di SWK agar lebih strategis dan memudahkan konsumen untuk bertransaksi serta memperbaiki fasilitas umum yang ramah. Selain itu, juga dilakukan penataan dan pengelolaan sistem manajamen pusat jajanan serbaada (pujasera) yang lebih mudah.