Oleh F Rahardi (Pengamat Agribisnis)
Jika berkunjung ke Pasar Allahabad, Uttar Pradesh, India Utara, Anda akan menemui pedagang jambu biji yang memajang dagangannya menggunung. Jambu biji itu berkulit merah. Itulah jambu biji merah Allahabad yang disebut Allahabad Surkha. Meskipun berkulit merah, jambu biji ini berdaging buah putih.
Beda dengan jambu biji Australia (red Malaysian guava) yang ranting, daun, dan kulit buahnya berwarna cokelat gelap, dengan daging buah benar-benar merah. Umumnya jambu biji, guava, Psidium guajava, berkulit hijau, berdaging buah putih atau merah.
Sebenarnya warna daging buah jambu biji merah bukan benar-benar merah, tapi pink. Kulit buah jambu biji Allahabad ini pun sebenarnya tidak benar-benar merah tapi pink, bahkan sebagian masih hijau kekuningan atau kemerahan.
Allahabad merupakan nama sebuah kota sekaligus distrik di negara bagian utara Uttar Paradesh berbatasan dengan Nepal. Wilayah ini lereng selatan Pegunungan Himalaya.
Di distrik Allahabad ada sekitar 1000 hektare (ha) kebun jambu biji kulit merah. Harga eceran jambu biji Allahabad antara 30-40 ruppe atau setara Rp. 6.000-Rp. 8.000 per kg. Harga ini relatif murah sebab harga jambu biji kristal di tingkat petani di Indonesia berkisar Rp. 10.000-Rp. 15.000 per kilo. Di konsumen harga jambu kristal di atas Rp. 20.000 per kg. Jambu biji Allahabad juga dipasarkan di situs e-Bay seharga US$ 3,5 atau sekitar Rp. 45.500 per kemasan isi 20 butir. Tapi harga ini belum termasuk ongkos kirim.
Dalam buku Breeding Tropical and Subtropical Fruitsi, tulisan Ray, P.K (Prof. Pradip Kumar ray) dari Indian Institute of Technology Kharagpur menyebut seleksi dan penyilangan antar varietas jambu biji sudah dilakukan India sejak 1960an. Jambu biji Allahabad Surkha bukan hasil persilangan (interspecific hybridization), tapi hasil seleksi.
Meskipun persilangan antara jambu biji Psidium guajava berkuli hijau dengan jambu brasil, Cattley guava, Cherry guava, Psidium cattleyanum, yang berkulit buah merah; dimungkinkan. Kemungkinan, jambu biji merah Allahabad, merupakan hasil persilangan alami antara jambu biji Allahabad Safeda dengan jambu brasil.
Allahabad Safeda merupakan varietas jambu biji India paling unggul dari 13 varietas hasil seleksi dekade 1960. Dekade 1970 Allahabad Safeda diintroduksi ke Thailand, dan dekade 1980 ke Indonesia. Karena kita mengintroduksi jambu biji ini dari Thailand, dekade 1980 di Indonesia Allahabad Safeda dikenal sebagai jambu biji Bangkok.
Ciri khas jambu biji Bangkok (yang sebenarnya Allahabad Safeda ini, berukuran besar, dengan jumlah biji sedikit, daging buah tebal, renyah dan manis, produktivitas tinggi. Tahun 1982, harga harga benih jambu Bangkok berukuran 30 cm, hanya dengan beberapa daun, dijual seharga Rp. 50.000 (sekarang sekitar Rp. 500.000). popularitas jambu biji Bangkok ini bertahan sampai dengan dekade 1990.
Varietas asli
Indonesia pada dekade 1980 sibuk mengagumi keunggulan jambu biji “Bangkok”. Sementara India banyak menyilangkan jambu biji unggulan, dari induk varietas Allahabad Safeda. Saat ini, India punya delapan varietas jambu biji hasil seleksi, dan 12 varietas persilangan antar varietas. Persilangan antar spesies, sebatas dalam tahap penelitian, belum dikomersilkan.
Indonesia sebenarnya juga sudah sejak tahun 1960an punya varietas jambu biji unggulan. Salah satu unggulan adalah jambu biji tanjung Barat daging buah putih, yang awal tahun 1980 pernah nyaris punah terserang ulat bulu. Sampai sekarang, jambu biji Tanjung Barat ini tak pernah dilepas sebagai varietas unggul.
Selain jambu Tanjung Barat, kita juga punya varietas Pasar Minggu merah. Dua varietas jambu ini menjadi pasar buah di Jakarta pada dekade 1970. Sama dengan jambu biji putih Tanjung Barat, jambu biji merah Pasar Minggu ini juga tak pernah dilepas Menteri Pertanian.
Pada dekade yang sama Lembaga Penelitian Getas (RC Getas), Salatiga, Jawa Tengah, menyilangkan jambu Bangkok dengan jambu biji merah asal Pasar Minggu. Hasilnya diberi nama jambu biji Getas Merah.
Tahun 1990an jambu biji varietas Getas Merah sangat populer, tetapi juga tak pernah dilepas sebagai varietas unggul. Hingga ada tiga varietas jambu biji unggulan yang tak pernah dilepas oleh Menteri Pertanian. Baru 28 Oktober 2003, Menteri Pertanian Bungaran Saragih, melepas dua varietas jambu biji, yang diberi nama Megah Merah dan Wijaya Merah dari Srengseng Sawah, Depok.
Jambu biji Bangkok, yang sebenarnya varietas Allahabad Safeda, baru dilepas Menteri Pertanian Anton Apriyantono bernama Deli, Juli 2005.
Belakangan, datanglah jambu biji kristal yang tak berbiji. Sebenarnya Indonesia sudah punya varietas jambu sukun, yakni jambu biji yang tak berbiji, karena tetraploid. Tetapi ukuran buah jambu sukun relatif kecil. Jambu kristal yang datang dari Taiwan, juga merupakan jambu biji triploid, tetapi berukuran relatif besar.
Dalam waktu singkat, jambu kristal merebut hati konsumen Indonesia. Sampai 2017 ini, popularitas jambu kristal masih cukup besar. Jambu biji Australia yang juga disebut red Malaysian guava, sudah lebih dahulu masuk Indonesia, namun tak berkembang.
Sumber: Kontan.25-September-1-Oktober-2017.Hal-21