Penulis: F. Rahardi, Pengamat Agribisnis
Di Indonesia, jeruk sukade, sitrun (citron, Citrus medica), dan varietasnya yang disebut jeruk tangan Buddha, jari Buddha (Buddha’s hand citron), hanya dikenal sebagai tanaman hias. Sebagian masyarakat malah menganggap sukade hasil persilangan antara jeruk dengan pepaya, hingga disebut jerpaya (jeruk pepaya). Bentuk Citrus medica bervariasi dari bulat, lonjong seperti pepaya, sampai menjadi jeruk tangan Buddha.
Genus Citrus lebih dikenal sebagai buah. Misal, jeruk koprok (Mandarin, Citrus nobilis, Citrus reticulata); jeruk manis (orange, Citrus sinensis); jeruk bali (pomelo, Citrus maxima); jeruk grapefruits (Citrus paradisi). Genus Citrus juga dikenal sebagai jeruk masam (lime) untuk minuman dan bumbu. Misal, jeruk lemon (Citrus limon), jeruk nipis (Citrus aurantiaca). Ada pula yang dimanfaatkan daunnya sebagai bumbu dan penghasil minyak asiri. Misal, jeruk purut (kaffir lime, Citrus hystrix). Sukade, termasuk variannya jeruk tangan Buddha, dimanfaatkan kulitnya yang tebal. Daging buah yang volumenya kecil, justrus tak dimanfaatkan.
Meskipun, ada varian Citrus medica yang berbentuk bulat, berukuran lebih kecil, dengan kulit buah relatif tipis. Varian citron seperti ini dibudidayakan untuk dimanfaatkan air buahnya sebagai minuman dengan roma segar khas citron. Aroma citron lain dengan aroma lemon dan jeruk nipis. Tingkat kemasaman citron juga tak setinggi lemon dan jeruk nipis.
Peran citron yang lebih besar adalah sebagai spesies induk. Lemon, key lime (Citrus Aurantiifolia), dan bitter orange (Citrusxaurantium) merupakan spesies hasil hibrida alami antara jeruk masam dengan citron. Para ahli jeruk memperkirakan awalnya hanya ada tiga spesies jaruk, yakni keprok asli (trus mandarins Citrus reticulata), jeruk bali (pomelo, Citrus maxima) dan sukade )citron, Citrus medica). Dari tiga spesial “tua” ini terciptalah hibrida alami yang akhirnya menjadi spesies-spesies baru. Lemon misalnya merupakan silangan bitter orange, Citrusxaurantium dengan citron.
Dari studi Deoxyribonucleic acid (DNA) diketahui leluhur genus Citrus pertamakali tumbuh di pegunungan Himalaya. Penyimpangan dari kerabat terdekatnya sesama suku jeruk-jerukan (Rutaceae), hingga membentuk genus Citrus, terjadi sekitar 15 juta tahun lalu. Sekitar 7 tahun lalu, leluhur genus Citrus terpecah menjadi dua kelompok, yakni kelompok utama sebagai induk, dan pecahannya yang menjadi leluhur trifoliate orange, Citrus trifoliata.
Dari sinilah tercipta hibrida baru yang menghasilkan tiga spesies utama jeruk: keprok, beli dan sukade. Keprok dan bali menyebar ke tenggara, termasuk ke Indonesia, dan timur (daratan Tiongkok). Sukade menyebar ke barat (Timur Tengah) dan timur (daratan Tiongkok).
Sukade yang menyebar ke kawasan gurun, menghasilkan kultivar dengan kulit tebal dan daging buah mengecil di bagian tengah. Tanaman sukade yang berkembang di kawasan gurun cenderung memendek, dengan percabangan menyebar. Sukade yang menyebar ke Tiongkok menghasilkan kultivar dengan buah yang terpecah di ujungnya. Kultivar inilah yang disebut jeruk tangan Buddha.
Potensi minyak asiri
Sukade yang menyebar ke kawasan tropis di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, cenderung berbatang meninggi karena harus bersaing memperebutkan cahaya matahari. Ukuran buah mengecil dengan kulit lebih tipis. Kultivar sukade tropis ini yang disukai bangsa Belanda sebagai bahan minuman dan mereka sebut citron. Orang Indonesia menyebutnya “jeruk sitrun”.
Jeruk sitrun yang sebenarnya merupakan sukade tropis ini juga dibudidayakan untuk dipanen bijinya. Biji jeruk sitrun disemai sebagai batang bawah, untuk disambung dengan entres jeruk keprok dan jeruk manis. Baru belakangan batang bawah untuk jeruk keprok dan jeruk manis menggunakan rough lemon (RL) dan Japanese citrus (JC). Sukade dan jeruk tangan Buddha yang dibudidayakan secara terbatas di kawasan dataran tinggi di Indonesia, baru didatangkan Bangsa Belanda belakangan ini.
Potensi bisnis sukade sebagai penghasil manisan, marmalade atau untuk garnish, secara ekonomis tak terlali menjanjikan. Namun di RRT banyak petani membudidayakannya untuk dikonsumsi sebagai manisan, marmalade, garnish, sayuran dan terutama untuk bahan pengobatan tradisional. Di India sukade juga jadi bahan obat tradisional Ayurveda. Nilai ekonomis sukade berkulit tebal, yang lebih populer sebagai jerpaya dan jeruk tangan Buddha, justru sebagai penghasil minyak asiri. Selama ini beberapa jenis jeruk memang dibudidayakan sebagai penghasil minyak asiri. Misalnya jeruk purut, bergamot, jeruk nipis, lemon, bahkan juga jeruk keprok.
Kendalanya, jenis-jenis jeruk itu juga diperebutkan untuk keperluan lain. Jeruk purut dan jeruk nipis, di negeri kita lebih banyak diserap untuk bumbu dapur. Sampai kini kita masih kekurangan jeruk purut dan jeruk nipis, hingga pada akhir musim kemarau dan awal musim penghujan harganya bisa melambung tinggi. Kulit jeruk keprok berpotensi didestilasi jadi minyak asiri. Tetapi jeruk keprok adalah buah konsumsi yang dipasarkan segar berikut kulitnya. Dalam industri konsentrat jeruk, kulit jeruk keprok dan jeruk manis lebih ekonomis jika diolah jadi marmalade, bukan jadi asiri.
Karenanya, satu-satunya spesies Citrus yang berpotensi diolah jadi minyak asiri hanyalah sukade berkulit tebal dan jeruk tangan Buddha. Tapi, produksi minyak asiri tak mungkin hanya mengandalkan satu jenis bahan. Paling sedikit, agroindustri minyak asiri unya lima tanaman sebagia bahan baku. Kian banyak jenis tanaman, kian kuat agroindustri ini. Lima tanaman itu misalnya nilam, sereh wangi, akar wangi, kenanga dan ylang-ylang, dan jeruk sukade. Kalau seorang pekebun hanya menanam sukade atau jeruk tangan Buddha, maka produk yang akan dihasilkan bisa berupa manisan, marmalade, herbal sebagai bahan obat tradisional, dan terakhir minyak asiri, yang akan diolah lebih lanjut menjadi parfum.
Sumber : Tabloid Kontan 2-8 April 2018