KEBERADAAN orang Tionghoa di Surabaya lebih dulu dibanding kedatangan orang Belanda ke Indonesia. Mereka sudah ada di Surabaya sejak tahun 1293 yang berasal dari Yunnan di Provinsi sebelah barat daya Tiongkok
Founder Surabaya Heritage Society Freddy H. Istanto mengatakan, secara garis besar kedatangan orang Tionghoa ke Surabaya dibagi dalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah komunitas aswal dari abad 13-15 hingga akhir abad 17. Gelombang kedua abad 18 sumpai akhir ahad 19, dan gelombang ketiga awal abad 20 sampai tahun 1940-an. Sesudah tahun 1940-an boleh dikatakan hampir tidak ada lagi orang Tionghoa yang datang dari Tiongkok ke Surabaya.
Kedatangan orang Tionghoa ke Surabaya untuk gelombang pertama tidak terjadi secara besar-besaran seperti dua gelombang terakhir. “Orang Tionghoa sudah ada di Sura baya pada tahun 1998, tapi setelah itu hampir tidak ada,” kata Freddy kepada Radar Surabaya.
Lebih lanjut Freddy menuturkan, orang Tonghon itu sering imigrasi mulai dari Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Filipina Keberadaan meneles untuk bermigrasi diakibatkan karena bencana alam, sehingga melaksanakan imigran ke negara lain. Nah dalam inigmasi tersebut, mereka melakukan jarobil berdagang dan ada juga menyebarkan agama Islam Sejak abad ke-15 ada sekelompok orang Tionghoa yang bermukim di pinggir sebelah timur Kalimas atau di daerah Ngumpel Ampel. Permukiman ini dipimpin oleh Bernama Raden Rachmad atau Sunan Aspel yang berasal dari Champa.
Pemukim Tionghoa Islam ini dalam perkembangan selanjutnya terserap ke dalam masyarakat setempat. Raden Rachmad adalah penyebar agama Islam yang kelak menjadi salah satu dari sembilan wali yang dihormati sebagai penyebar Islam di Jawa.
“lya, kebanyakan mereka yang datang dari Tionghoa dari pedagang dan pasti berada di pemukiman yang dekat dengan sungai. Karena ina sampai di daratan langsung membuat tempat pemujaan di sekitar untuk menghor- mati dewa laut. Selain itu juga ada yang menyebarkan agama. Islam, salah satu dari Sembilan Wali yang dihormati sebagai penyebar Islam di Jawa, Sunan Ampel,” ungkapnya. (jar/nur)

