SURABAYA – Mendengar penyakit gondok, yang terbayang adalah benjolan besar yang tampak di leher. Padahal, tidak selalu begitu. Kadang benjolannya kecil sehingga tidak terlihat. Jenis itu malah lebih berbahaya.

“Namanya gondok dalam atau struma basedow,” ujar dokter spesialis bedah kepala leher RSUD dr Soetomo dr Urip Murtedjo SpB-KL. Gondok dalam berbeda dengan gondok luar. Selama ini kasus yang banyak diketahui adalah gondok luar atau struma nodus.

Bedanya, para penderita gondok dalam, pembesaran di leher tidak bisa diukur. Leher hanya gembluk atau melebar ke samping. Sebaliknya, pada gondok luar, leher menggelambir sampai ke bawah. Panjang dan lebar benjolan juga bisa diukur. Dua jenis gondok itu sama-sama disebabkan gangguan kelenjar tiroid.

Penyakit tersebut menjadi kasus pertama terbanyak di bidang kepala-leher. Dalam sebulan, setidaknya ada sepuluh pasien baru di RSUD dr Soetomo.

Jika leher terasa tidak nyaman dan suara penderita serak, itu pertanda benjolan sudah menekan trakea. Gondok yang dibiarkan akan mengganggu saraf dan pembuluh darah besar di leher. Padahal, pembuluh darah tersebut menghubungkan fungsi tubuh dari leher ke kepala. “Operasinya susah, harus hati-hati supaya tidak ada gangguan ke otak,” jelas pria yang juga memimpi Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr Soetomo tersebut.

Kesulitannya, gondok tidak bisa langsung dioperasi. Pasien diberi obat sampai hormonnya normal. Pengobatan tersebut bisa sampai 3 bulan. Karena itu, dia menyarankan pentingnya deteksi dini.

Gondok dalam bisa terlihat dari gejalanya. Awalnya ada benjolan yang selalu bergerak ketika menelan. Lalu, leher tampak melebar meski tidak sampai begitu besar seperti gondok luar. Selanjutnya, penderita banyak makan, namun berat badan malah turun. Karena itu, penderita gondok dalam malah kurus. Berbeda dengan gondok luar yang tidak dipengaruhi berat badan. Selain itu, penderita merasakan jantung deg-degan, keringat dingin, tremor, dan kondisi mata melotot.

Karena itu, Urip menyarankan seseorang yang mengalami pelebaran leher untuk segera ke rumah sakit. Dokter akan memeriksa teknik fine needle aspiration (FNA). Bisa juga dengan X-ray. Tujuannya, mengetahui tahap keganasan gondok.

Setelah itu, tindakannya bergantung pada status gondok. Kalau jinak, dilakukan strumektomi. Namun, kalau ganas, menggunakan total tiroidektomi. Pada tindakan strumektomi, tidak semua kelenjar tiroid diangkat karena masih jinak. Kalau tiroidektomi, semua tiroid harus diangkat. “Makanya jangan sampai mengangkat tiroidnya total karena itu hormone pertumbuhan yang penting,” ucap Urip.

Pascaoperasi, pasien harus meminum iodium seumur hidup. Kalau tidak mau mengonsumsi tiroid sepanjang masa, pasien bisa menggunakan terapi cairan iodium radioaktif. Pasien akan diisolasi selama 2 sampai 3 hari di ruang khusus untuk meminum larutan tersebut.

Sebaiknya masyarakat menghindari pemicu gondok. Menurut dia, orang yang emosional lebih mungkin terkena gondok dalam. Sebab, hormone tiroid memperbanyak diri. Dia menyebutkan, saat ini banyak pasien dari kalangan eksekutif datang dengan kelhan tersebut. “Kebanyakan jabatannya manajer yang suka marah-marah,” tegasnya.

 

UC Lib-Collect

Jawa Pos.1 Maret 2016

Gondok Dalam, Bahaya Tersembunyi. Jawa Pos.1 Maret 2016.Hal.36