DEDI SURYADI & TIFFANY DIAHNISA
Lamah berkecimpung di dunia puclic relations dan pernah memiliki restoran membuat Teges Prita Soraya tidak canggung ketika didapuk menjadi CEO PT Angkasa Pura Retail. APR adalah anak usaha PT Angkasa Pura I ( AP I ) yang khusus mengembangkan travel retail, bisnis di sector non-aeronautika untuk 13 bandara di Indonesia tengah dan timur- antara lain Bandara Juanda ( Surabaya ), Ngurah Rai( Denpasar), Sultan Hasanuddin( Makassar ), Sepinggan( Balikpapan), dan Adi Sutjipto ( Yogyakarta ).
Menurut Teges, ia tertantang dengan target AP I yang ingin menjadi salah satu dari 10 besar bandara di Asia pada 2020. “kami harus menjadi bandara yang sehat dan baik secara finance dan service, serta memberi pemasukan non-aero lebih besar daripada aero,” kata Teges yang divisinya baru dibentuk pada Oktober 2014.
Dengan membentuk divisi khusus travel retail, AP I menargetkan pendapatan dari non-aero mencapai 60%. Hal ini dimungkinkan karena potensi besar tersebut belum pernah digarap serius.”Terbukti sekarang dengan penanganan yang lebih khusus, dapat meningkatkan pendapatan dari non-aero sebesar 25% menjadi 45%,” ujar Teges sambil menambahkan,itu dicapai alam waktu kurang dari setahun.
Teges mengakui APR didirika sebagai bagian dari strategi AP I untuk mejadi lebih baik. Awalnya, AP I hanya memiliki empat anak perusahaan, yaitu Angkasa Pura Hotel, Angkasa Pura Property, Angkasa Pura Logistik, dan Angkasa Pura Support. Sekarang ditambah satu lagi, APR, yang dipercepat operasinya agar segera memberikan pengasilan.
Pertama-tama yang dilakukan Teges adalah membenahi APR di Bandara Juanda. Di area bandara ini, APR pertama kalinya membuka gerai ritelnya seluas 1.200 m2. Gerai ritel seluas 1.500-2.000 m2 atau bisa sampai 2.000 m2 yang akan diisi produk ritel serta F&B.
Menurut selebitis ini, total area dari 13 bandara yang dikelolahnya sekitar 6.000 m2.”kami percaya mampu menggarapnya. Kami ingin bisa mandiri sebagai anak perusahaan,” ujar Teges yang sebelumnya adalah konsultan AP I untuk bidang ritel yang ikut terlibat dalam proses pendirian APR.
Konsep bisnis travel retail yang dibesut APR dibagi menjadi tiga, yaitu duty paid( travel retail & downtown), in house brand ( local multibrand store, fashion brand, beauty and make up store dan destination souvenir shop,serta duty free ( travel ritel & downtown). Sampai saat ini, sudah ada 25 merek yang digandeng APR, antara lain Chatime, SixteenD-Scale, Piquadro, Maybelline, dan Wakai. Ada juga satu merek kosmetik yang belum pernah masuk ke Indonesia.
Selain itu, APR bekerjasama pula dengan Martha Tilaar Wardah untuk membuat produk kosmetik lokal bernama BACI.”kami juga pemegang lisensi National Geographic Merchandise untuk di dept.store kkami,”kata Teges. Selain itu, terdapat juga banyak merek lokal lainnya, seperti Happa milik MelAhyar dan RamaDauhan. Semua siap pakai, yang dijual dengan harga Rp 300-500 ribu.” Jadi, dari 15% area bandara yang diberikan kepada APR, komposisinya untuk merek lokal sebanyak 75% dan sisanya untuk produk dari luar,”ungkap Teges. Ia ingin menunjukkan bahwa merek lokal mendapatkan perhatian yang besar dari APR.
Lalu, bagaimana dengan Warung Made dan GoodDept yang sudah buka toko di Bandara Ngurah Rai? Menurut Teges, keduanya tidak menyewah dari APR, melainkan langsung berhubugan dengan AP I melalui tender,”APR itu anak perusahaan AP I yang juga berlaku sebagai tenant. Kami harus bersaing dengan tenant lain. Karena, salah satu cara agar satu tenant bagus adalah menaruh tenant lain yang bagus disebelahnya,” ujarnya.
APR juga mengembangkan inhouse brand sehingga tidak hanya fokus dalam bidang pengelolaan retail space.” Kami harus seimbang karena APR tidak menjual retail space. Kami akan menjual kopi di sana seharga Rp 25-30 ribu. Di situ kami mengusung konsep minum kopi premium. Republic aka nada di Surabaya dan Makassar,” kata Teges. Ia menambahkan, pihaknya mengutamakan kenyamanan pengunjung. Pengembangan inhouse brand ini akan dilakukan dengan re-branding.
Ricky Wijaya, CEO Richfield ( sala satu merek yang digandeng APR ), mengatakan bahwa kerjasama antara Richfield dan APR awalnaya Karena APR ingin membuka bisnis di bandara. Kebetulan, konsep Richfield adalah aviaton( penerbangan).” Jadi,konsep kami memiliki kesesuaian, kerja sama ini dipisahkan dengan penandatanganan MoU,” ungkap Ricky. Menurutnya, produk seperti Richfield masih sedikit di pasaran, salah satunya ada di Jepang. Richfield di Indonesia murni buatan lokal.
APR menawarkan kerja sama dengan Richfield untuk menjual produk sendiri dalam satu toko. Saat ini, Richfield sudah memiliki dua gerai, yaitu di Bandara Djuanda dan Bandara Sepinggan, sejak sekitar empat bulan lalu. Dalam sebulan, Richfield bisa menjual sekitar 2.000 unit dari total semua produknya seperti tas, jaket, sepatu dan topi,”pendapatan dari penjualan mencapai Rp 400 juta/bulan. Angka yang cukup fantastis dalam jangka waktu yang masih terbilang baru,”kata Ricky.
Selain Ricky, APR juga mengajak Agung Primanto Murdanoto, CEO PT Mitra Kerinci ( MK), bekerjasama membuat teh premium yang diberi nama Bhumi. “ Intinya, kami menyediakan tehnya dan APR menyiapkan merek, kemasan, branding,dan pemasarannya,” ujar Agung. Saat ini tinggal menunggu waktu peluncuran produknya.” Launching produk belum ada kepastian kerena masih menunggu selesainya penyiapan produk,kemasan, registrasi, dll, dari APR dan MK. Tetapi, ada kemungkinan produk kami launching tahun ini,” ujarnya optimis.
Lalu, bagaimana perkembangan penjualan APR secara keseluruhan selama enam bulan terakhir ini? “kami masih rugi Rp 11 miliar di 2015. Kami inginnya 2015 ini bisa tidak rugi,” ujar Teges blak-blakan. Terkait perencanaan, pihaknya pun baru bisa membuka gerai ritelnya tiga bulan lagi. “jadi,kami baru bisa full force di September. Target kami bisa membukukan Rp 60 juta per bulan untuk yang di-publish. Tetapi, kami juga punya target internal Rp 750 juta- 1 miliar per bulan.”
Ke depan,setelah semua toko jadi, Teges ingin membuat program loyalitas. Kemudian, Ia juga ingin membentuk pola piker baru: kalau membeli oleh-oleh, di bandara saja. Terlebih, APR mengangkat banyak merek lokal agar muncul ke permukaan dan bisa diminati pasar.$
Sumber: SWA-eds-09.-XXXI.30Apr-11Mei.2015.pg-14-15