Hindari Pemasangan Veneer Abal-Abal. Risiko Infeksi Gusi hingga Memicu Hipertensi. Jawa Pos. 8 September 2024
Hindari Pemasangan Veneer Abal-Abal
Risiko Infeksi Gusi hingga Memicu Hipertensi
8 September 2024. Hal.17
Penggunaan veneer kian marak diincar. pertimbangan penampilan kerap jadi motivasi. Namun, pemasangan veneer tidak bisa asal-asalan. Tampilan asli gigi, bentuk rahang, hingga bentuk wajah juga memengaruhi.
VENEER gigi bisa diibaratkan seperti kuku palsu. Ia ditempelkan pad agigi asli untuk memberikan tampilan yang menawan. Pada dasarnya, veneer masuk dalam kategori tindakan estetis. “Tapi tetap ada indikasi dan kontrain dikasi medis yang perlu dipikirkan,” tutur drg maria Elisea Kiswantoro H. SpKG.
Veneer bisa digunakan untuk menutupi tampilan gigi yang kurang optimal. Misalnya, ada black spot atau white spot. Warna gigi yang tidak merata tentu mengganggu penampilan. Gigi yang patah juga bisa dihias dengan veneer.
“Atau gigi depan yang sudah beberapa kali ditambal, jadi kelihatannya kurang estetis,” imbuhnya. Pemasangan veneer pada kasus-kasus tersebut bisa membuat penampilan seseorag kembali optimal. Ini juga berpenagruh pada kepercayaan diri seseorang.
Namun, posisi gigi dan kebiasaan perawatan gigi harus jadi pertimbangan. Misalnya, jika gigi seri atas dan bawah sering bertumbuk saat mengatupkan bibir. Ini memicu veneer mudah retak. ” Daripada berkali-kali pasang, sebaiknya tidak usah. Tapi, keputusan pemasangan tetap pada masing-masing pasien dan dokter,” ujarnya.
Selain itu, kebiasaan bruxism atau menggeretakkan gigi juga bisa memicu pathnya veneer. Hal tersebut seharusnya sudah digali oleh dokter gigi sebelum pemasangan veneer. “Supaya pasien teredukasi dengan baik,” jawabnya.
Meningkatnya permintaan pemasangan veneer memicu adanya praktik salon gigi abal-abal. Veneer asal cetak dan asal tempel hanya akan menimbulkan “penyakit” baru.
Jika sesuai prosedur, veneer indirect dicetak dengan rapi di laboratorium khusus. Sebelumnya, veneer sudah diukur dan dibentuk sesuai kebutuhan pasien. Pada veneer abal-abal, bentuk veneer bisa “semaunya.” Bahkan ada veneer abal-abal yang tersambung dua gigi. “Nah ini kalau dipasang, malah bisa merusak gusi,” tegasnya.
Pemasangan veneer direct bisa dilakukan dalam sekali kunjungan. Misalnya dengan baha komposit dengan bentuk yang lebih mudah. Dokter gigi bisa mengaplikasikannya tanpa cetakan di laboratorium. Namun, tetap tak boleh berlebihan atau mengganggu gusi.
Pada pemasangan veneer yang tepat, gusi tidak seharusnya tertutupi. Sehingga gusi tidak tertekan bahkan terluka. “Kalai kepencet terus, dapaknya gusi bisa bengkak hingga memicu darah tinggi,” kata Elisea.
Selain menutupi gusi, veneer yang tidak sesuai ukuran gigi juga memberikan celah baru untuk kuman berkumpul. Makanan yang terselip di antara sela tersebut berisiko menimbulka bakteri hingga infeksi. “Jika dibiarkan, infeksi bisa masuk ke pembuluh darah tubuh hingga memicu penyakit di organ lain,” tutur pemilik Dental Queen itu.
Elisea mengatakan, meski masuk tindakan estetis, veneer tak bisa diaplikasikan pada semua orang. Saat ini, makin banyak permintaan nyeleneh untuk pemasangan veneer. Misalnya, dibentuk seperti gigi kelinci hingga ingin memiliki gigi gingsul.
“Ada juga yang mengira veneer bikin gigi bisa mundur, nah ini salah kaprah,” tuturnya. Veneer hanya lapisan tipis, tentu tak bisa mengubah struktur rahang yang dimiliki.
Dia juga menyinggung permintaan warna veneer yang terlalu putih. Warn putih gigi yang normal adalah setara dengan warna putih pada bola mata. Jika terlalu putih, tampilan seseorang malah bikin salfok. “Orang lain bakal lebih fokus ke gigi saat memandang wajah, dampaknyagigi jadi seperti besar-besar dan terlihat aneh,” jelasnya.
Alumnus Universitas Airlangga itu mengingatkan, jangan sampai niat hemat pasang veneer murah, tapi malah harus merogoh kocek lebih dalam ke dokter gigi untuk menyembuhkan dampaknya. (dya/cl7/nor)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!