Ingin Cepat Pulang jadi Majikan
Pesatnya perkembangan bisnis online terlihat sejak 2011. Bahkan, pada 2016 ditenggarai bisnis online bisa ikut mengangkat perekonomian Indonesia, apalagi memasuki era pasar bebas ASEAN (MEA). Pengamat ekonomi dan bisnis online dari Universitas Ciputra Surabaya Dr. Tranggoro Wiradinata ST M Eng Sc memaparkan bisnis
PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2009 – 2015
- Fasilitas Creative Talent untuk berkreasi. Jumlah & kualitas Creative Worker Creative Mindset pada masyarakat entrepreneurship.
- Industry / attractiveness
Efesiensi untuk keunggulan komparatif inovasi bermuatan lokal untuk keunggulan kompetitif.
- Basis-basis teknologi menuju klaster teknologi.
Kapasitas penguasaan teknologi dan Computer Literacy.
Iklim usaha kondusif untuk investasi dan infrastruktur.
- Kemampuan memanfaatkan bahan baku Alam.
Apresiasi dan sadar lingkungan.
Basis-basis teknologi pengolahan sumber daya alam.
Iklim kondusif untuk ketersediaan pasokan bahan baku.
- Apreasi budaya dan warisan budaya Indonesia di dalam & luar negeri masyarakat kreatif yang saling menghargai dan bertukar pengetahuan.
- Penguatan hubungan aktor IK dengan lembaga keuangan. Skema dan lembaga pembiayaan yang sesuai.
Ibu Muda …
- Dari halaman 1
Online menyumbangkan 7 hingga 8 persen pendapatan negara. Tahun 2016, angka itu diprediksi naik, mengingat semakin banyak bermunculan toko-toko online yang menawarkan barang serta jasa.
Terkait perkembangan itu dengan pemberlakuan MEA, sangat bergantung bagaimana kita menyikapinya. “kalau Indonesia bisa memanfaatkan peluang MEA, saya kira berdampak positif,” ujarnya.
Berbicara tentang Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, Trianggoro melihat potensi bisnis online menjanjikan. Fasilitasnya pun juga mendukung. Namun disisi lain, Trianggoro melihat, perlu ada pengembangan sumber daya manusia di surabaya juga agar perkembangan bisnis kreatif berbasis online di Surabaya tidak kalah dibanding Jakarta dan Bandung.
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dia lakukan pada 2013, ditemukan fakta bahwa penggerak bisnis online kebanyakan berasal dari para ibu rumah tangga, khususnya ibu muda. Mereka sebelumnya bekerja di kantor, namun setelah menikah, karena pertimbangan keluarga, banyak yang berhenti.
Agar tetap ada pemasukan, para ibu itu kemudian melanjutkan bisnis online. Komoditi yang dijual pun beragam, mulai dari pakaian hingga makanan. Seiring berjalannya waktu, bisnis online itu juga mulai digeluti oleh anak-anak muda.
Komoditi bisnis online ibu-ibu dengan anak muda berbeda. Ibu-ibu produknya cenderung klasik, seperti menjual pakaian dan makanan, sedangkan anak muda yang ditawarkan berupa aplikasi seperti game atau website yang banyak digunakan untuk menjalankan bisnis.
Mendapati fakta seperti itu, Trianggoro mendorong agar pemerintah kota Surabaya mampu melihat peluang. pendekatan kepada provider juga dinilai penting agar perkembangan bisnis online tumbuh di Surabaya. “pemerintah perlu konsolidasi dan kerja sama dengan provider.” papar Trianggoro.
Selain menjalin kerja sama dengan provider untuk mengembangan SDM bisnis online di Surabaya, perlu di tingkatkan pelatihan-pelatihan untuk anak-anak muda dan warga Surabaya.
“kedepan, kunci keberhasilan berada pada pelatihan.” ungkapnya. Saat ini beberapa pihak memang tengah gencar menggelar pelatihan-pelatihan. Dengan bergulirnya perlatihan-pelatihan itu, Trianggoro optimis Surabaya akan mampu menyaingi Jakarta dan Bandung yang lebih dulu berkembang bisnis online.
Sumber : Harian Pagi Surya, Senin 4 Januari 2016
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!