Kain Tradisional, Cutting Modern

Kain Tradisional,Cutting Modern.23 September 2014.Hal.40

Virus Tenun Rangrang

SURABAYA – Pencinta kain tradisional pasti tidak akan melewatkan jenis kain tenun rangrang. Sekilas, kain ihi tidak seperti kain tradisional pada umumnya karena bermotif tribal. Namun siapa kira, kain tersebut murni ciptaan perajin dan Pulan Bali dan Lombok.

“Justru karena motifnya tidak seperti kain tradisional yang membuat kain tenun ini berbeda,” ucap Yuana Tanaya, desainer Sephora Batik. Perempuan yang belajar desain secara otodidak ¡tu mulai meng gemari tenun rangrang awal tahun ini.

Awalnya, dia membeli beberapa kain untuk didesain dan dikenakan sendiri. Narnun, ternyata costumer butiknya tertarik dan memesan. Jadilah, alumnus Jurusan Finance and Logistics Ohio State University, Arnerika Scrikat, tersebut miilai membuat baju dan tenun rangrang.

Yuana mendapatkan tenun rangrang dari Bali. Dia lebih senang mengaplikasikan tenun rangrang ke dalam desain yang membuat orang terlihat lebih muda. Misalnya, pencil skirt, cropped iop, dress, bolero, blazer, dan pep1um blouse.

Ada dua ukuran tenun rangrang. Yakni, 60×200 sentirneter, dan 100×200 sentimeter. Ukuran yang kecil, 60×600 sentimeter, hanya cukup menjadi satu pencil skirt ukuran kecil atau sedang. Padahal, harga kainnya cukup mahal. Satu helai kain sekitar Rp400 ribu-Rp 600 ribu. “Yang tidak tahu pasti menganggap mahal sekali, tapi harganya memang segini karena handmade,” ucap perempuan 33 tahun tersebut.

Karena ¡tu, Yuana sering mengombinasikan tenun rangrang dengan kain lainnya. Misalnya, kain silk, katun, taffeta, hingga duchess. “Untungnya, kain ini juga bagus dikombinasikan dengan kain apa saja,” imbuhnya.

Karena ¡tu lah, perrnintaan busana dengan kain tersebut. terus ineningkat. Dalam seminggu, Yuana bisa menerima 10—15 busana dan tenun rangrang. Padahal, harga baju itu juga tidak murah. Cutting terbanyak yang dipesan costumernya adalah pencil skirt yang dipadtikan dengan cropped top. “Paling sold out ya yang itu karena modelnya ngenomi,” terangnya.

Yuana juga menggunakan model tersebut saat berlibur ke Eropa pada Agustus. Tapi, untuk yang berbadan tambun, Yuana tentu tidak menganjurkan untuk menggunakan padu padan tersebut. Lebih balk menggunakan tenun rangrang dalam model peplum blouse atau bolero saja.

Seiring dengan meningkatnya permintaan tenun rangrang, motif yang ditawarkan perajin sernakin bervariasi. Bila dahulu motifnya sebatas mirip dengan motif tribal, sekarang ada motif halilintar, kupu-kupu, bianglala, dan papan catur. Namun, Yuana tidak mengambil kain dengan motif papan catur karena tidak menyerupai motif aslinya yang bernuansa tribal. (ina/c6/dos)

Sumber: Jawa Pos. Selasa 23 September 2014

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *