Beberapa minggu lalu saya melintas di jalan raya Banjarnegara – Wonosobo. Jalur jalan itu sedang diperluas dan dikeraskan dengan beton. Jalur ini penting karena tiap hari dilewati truk kontainer bermuatan kayu sengon laut.

Jawa Tengah merupakan penghasil kayu sengon laut, jeungjing, albizia, Falcataria moluccana terbesar di Indonesia, bahkan dunia. Kayu sengon sangat disukai di China karena berwarna putih dan ringan.

Tingkat kekerasa, keawetan dan kekuatan yang rendah tak maslah. Dengan teknologi, mereka bisa mengubah kayu – kayu lunak menjadi berbagai bentuk kayu olahan terutama menjadi papan barecore. Dalam agroindustri ini, yang diutamakan hanya kecepatan pertumbuhan (volume besar), warna kayu, keseragaman dan harga yang murah. Sengon memenuhi tuntutan agroindustri kayu itu.

Masyarakat China menyukai kayu berwarna putih dan ringan. Bagi mereka bahan bangunan dan mebel yang ringan sesuai dengan kecenderungan tempat tinggal modern di rumah susun.

Sengon memang bukan kayu paling ringan. Ada pohon senu, paliasa, Melochoia umbellata; yang lebih ringan. Warna kayu senu juga putih. Kelemahan senu, pertumbuhannya tak secepat sengon laut. Balsa, Ochroma pyramidale., merupakan kayu paling ringan di dunia, pertumbuhannya sangat pesat.

Tingkat kekerasan dan kekuatan balsa juga lebih tinggi dari pada sengon laut. Kelemahan balsa, warna kayunya yang kecoklatan. Masyarakat China lebih menyukai kayu berwarna putih alami.

Sekitar 80% industri kayu di China, mengandalkan pasokan barecore dari Indonesia. Pada 2016, total ekspor barecore Indoneisa mencapai 74.829 TEU’s (kontainer kapasitas 20 kaki). Sekitar 50% dari total ekspor papan barecore Indonesi dipasok dari Jawa Tengah.

Itulah sebabnya, sengon menjadi komoditas penting dan dibudidayakan secara tumpang sari di Jawa Tengah. Misalnya di Boyolali, lahan di bawah tegakan sengon ditanami rumput gajah buat makanan sapi perah. Di Banjarnegara, sengon digunakan sebagai naungan tanaman salak dan kopi.

Kanker Sengon

Pola tanam sengon sebagai naungan komoditas utama atau sebagai pembatas petakan relatif lebih berhasil, dibanding pola tanam monokultur. Sebaliknya pola tanam homogen, setu hamparan lahn hanya ditanami sengon, tingkat keberhasilannya rendah.

Selain pertumbuhannya lamban, sengon monokultur juga diancam penyakit karat puru (gall rust), penyakit akibat serangan cendawan Uromycladium tepperianum. Cendawan ini mengakibatkan pembengkakan jaringan kayu dengan bentuk tak beraturan mirip kanker. Makanya para petani juga menyebut penyakit karat puru pada tanaman sengon sebagai penyakit kanker.

Karat puru menyerang tanaman di persemaian, tanaman muda maupun dewasa. Serangan pada batang semaian atau tanaman muda akan mengakibatkan kematian. Serangan pada tanaman dewasa akan menurunkan kualitas kayu karena cacat pada batang.

Sebenarnya penyakit ini sudah lama diketahui menyerang tanaman sengon di Indonesia dan Malaysia sejak 1993. Pada penelitian Sri Rahayu, Su See Lee dan Nor Aini Ab. Shukor mengenai Kapang Karat Puru Sengon Uromycladium tepperianum, di Malaysia dan Indonesia pada 2010 menunjukkan hasil bahwa meskipun sudah mulai menyerang sejak 1993, intensitasnya belum setinggi 2010, saat penelitian tersebut dilakukan. Sebab agroindustri sengon pada 1993 belum semaju 2010.

Kapang genus Uromycladium ada 12 spesies. Uromycladium tepperianum khusus menyerang tanaman sengon.

Di Pulau Jawa, ada dua jenis sengon, yakni sengon Jawa Al-bizia chinensis, dengan sebara India, Asia Tenggara dan China. Keduanya sengon laut.

Disebut sengon laut karena berasal dari “seberang laut”. Awalnya kapang Uromycladium tepperianum hanya menyerang sengon Jawa. Sebab sengon laut belakangan didatangkan Belanda dari Kepulauan Maluku.

Sengon laut kemudian menjadi lebih populer daripada sengon Jawa, karena pertumbuhannya yang sangat cepat. Dampaknya, kapang Uromycladium tepperianum juga lebih banyak menyerang tanaman sengon laut daripada sengon Jawa.

Selain kapang Uromycladium tepperianum yang menyerang sengon Jawa dan Ssengon laut, masih ada kapang Uromycladium falcatarium yang menyerang sengon gunung Paraserianthes lophantha.

Perum perhutani menggunakan sengon gunung untuk reboisasi (punghutanan kembali) kawasan lereng gunung di Jawa. Pada lahan berketinggian di bawah 1000 meter di atas permukaan laut (dpl), Perhutani menggunakan pinus, Pinus merkusii; ketinggian 1000 – 2000 m. dpl, ditanam akasia gunung, Acacia decurens. Di atas ketinggian 2000 m. dpl, ditanam sengon gunung.

Serangan kapang Uromycladium falcatarium terhadap sengon gunung termasuk sangat serius hingga banyak menggagalkan proyek reboisasi.

Sampai sekarang tak ada fungsida yang bisa efektif menanggulangi karat puru pada sengon. Penanggulangan karat puru yang selama ini dilakukan petani hanyalah pemangkasan, pemotongan, dan eradikasi (pemusnahan).

 

Sumber: Kontan.2-8-Oktober-2017.Hal-21