Keberagaman suku bangsa Indonesia merupakan modal besar pariwisata. Dari sabang hingga merauke, negeri ini memiliki kekayaan dan keunikan kuliner yang merupakan cermin kebudayaan sekaligus peradaban nusantara. Pertemuan berbagai budaya dunia menjadikan kuliner Indonesia salah satu yang terbaik di muka bumi. Rending misalnya, dinobatkan CNN sebagai world’s 50 most delicious foods. Tidaklah mengherankan pula bila festival kuliner nusantara yang dilaksanakan pada 14-16 April 2016 di mall Artha Gading, Jakarta, mampu menyedot perhatian masyarakat. Pameran itu memberikan informasi actual dan akurat mengenai berbagai keragaman kuliner nusantara yang berasal dari berbagai provinsi. Selain itu, pada tahun 2015 kementrian pariwisata telah menetapkan lima destinasi wisata kuliner unggulan, yakni Yogyakarta, Solo, Semarang, Bandung, dan Bali.

Festival kuliner nusantara seperti pengingat pentingnya peran kuliner dalam produk wisata Indonesia. Penguatan kuliner mampu meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia. Oleh karena itu, penguatan kuliner nasional harus dimulai dengan peningkatan kualitas antara lain food safety, ikon kuliner, dan kebersihan.

Food Safety

Isu food safety menjadi hal utama dalam pengembangan kuliner Indonesia. Hal tersebut linier dengan isu world health day 2015 yang ditetapkan WHO mengenai food safety. Pasalnya, kesehatan, ketahanan pangan, termasuk perubahan gaya hidup dalam mengonsumsi makanan serta perubahan lingkungan, meningkatkan risiko kontaminasi pada makanan. Oleh karena itu, persoalan global yang dikobarkan WHO harus direspon dan menjadi kesadaran bersama untuk menempatkan industry pariwisata sebagai role model atas keamanan pangan. Melalui sertifikasi usaha pariwisata yang di dalamnya terdapat audit dan jaminan atas keamanan pengelolaan dan produksi kuliner di dapur-dapur hotel maupun restoran, daya saing dan keunggulan kompetitif industri pariwisata dapat ditingkatkan.

Ikon kuliner

Kementrian pariwisata telah menetapkan dan memperkenalkan 30 ikon kuliner Indonesia kepada masyarakat international. Ikon kuliner ditetapkan berdasarkan tiga kriteria, yakni bahan baku yang mudah didapat, telah dikenal oleh masyarakat luas, serta ada pelaku professional kuliner tersebut. Ikon kuliner tersebut ialah ayam panggang bumbu rujak Yogyakarta, gado-gado Jakarta, nasi goreng kampung, sarabi bandung, sirikayo minangkabau, es dawet ayu banjarnegara, urap sayuran Yogyakarta, sayur nangka kapau, lumpia semarang, Nagasi Yogyakarta, kue lumpur Jakarta, soto ayam lamongan, rawon Surabaya, asinan Jakarta, sate ayam Madura, sate maranggi purwakarta, klappertaart mando, tahu telur Surabaya, sate lilit bali, rending padang, orak-arik buncis solo, pindang patinpalembang, asam padeh tongkol padang, nasi liwet solo, es bir pletok Jakarta, kolak pisang ubi bandung, ayam goreng lengkuas bandung, laksa bogor, kunyit asam solo, serta tumpeng. Dari 30 ikon itu, tumpeng ditetapkan sebagai ikon kuliner nasional. Tumpeng yang berupa nasi gurih berbentuk kerucut dapat disajikan dengan berbagai lauk pendamping dari ikon kuliner nusantara.

Dari survey yang dilakukan terhadap 100 orang di seluruh wilayah Indonesia oleh Omar Niode Foundation diperoleh kesimpulan bahwa jenis makanan yang paling disukai masyrakat Indonesia adalah gado-gado, gudeg, dan pempek. Sementara cendol, wedang jahe dan bajigur adalah minuman yang paling disukai. Untuk kudapan, yang paling disukai adalah martabak. Kementrian pariwisata juga memasukkan kuliner kedalam bagian industry kreatif unggulan sehingga memperkaya14 sub sector industry kreatif yang selama ini telah ditetapkan pemerintah. Berdasarkan data kementrian pariwisata, saat berkunjung ke Indonesia para turis asing mengeluarkan 28 persen dana liburannya untuk kuliner, sedangkan pengeluaran untuk hotel 30 persen, belanja (15 persen) dan hiburan (6,5 persen). Sementara wisatawan lokal mengeluarkan 30 persen untuk belanja, kuliner (15 persen) dan hiburan (3,7 persen)

Kebrsihan = daya saing

Indonesia diperkirakan memiliki 5.300 kuliner tradisional yang tersebar di lebih dari 17.00 pulau. Ragam kuliner ini menjadi daya saing pariwisata. Oleh karena itu, jaminan higienitas dan pengelolaan kuliner nusantara harus dilakukan secara optimal. Secara nasional, kuliner tumbuh menjadi industri rakyat yang ramah dan terbuka bagi siapa saja untuk menjadi pelaku usaha dan menggapai kesejahteraan di dalamnya. Industri kreatif juga terkait dengan pengembangan destinasi wisata, tidak hanya sebagai wisata kuliner, tetapi juga memperkaya dan meningkatkan daya Tarik (attractiveness) destinasi suatu daerah. Dalam wisata kuliner nasional, pasar tradisional menjadi bagian penting. Untuk itulah kementrian pariwisata melakukan sejumlah langkah untuk meningkatkan nilai jual pasar tradisional menjadi suatu siklus ekonomi selama sehari penuh. Pasar tradisional pada pagi hari sebagai pasar yang menyediakan kebutuhan pokok, siang sebagai destinasi wisata, dan malam sebagai destinasi wisata kuliner. Titik kritis yang patut menjadi perhatian ialah produksi dan penyajian kuliner di pasar tradisional. Pemerintah harus memiliki standar yang tinggi dalam penyajian hidangan di pasar tradisional. Sekalipun menjual dining experience, aspek food safety harus menjadi prioritas. Berbagai pembenahan itu diharapkan mampu mendorong dan mengeluarkan pariwisata nasional.

Majalah venue, Mei 2016 hal 54

Kuliner Sebagai Kekuatan Pariwisata. Venue.109. 05.2016.Hal.54,55