Langkah-langkah Kecil dari Pangkalan Bun

Langkah-langkah Kecil dari Pangkalan Bun. Kompas. 5 Januari 2015.Hal.12

Langkah kecil ternyata bisa mendorong perubahan besar. Itulah yang terjadi dalam Perpustakaan Umum Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat di pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Dari bangunan yang dulu sunyi dan membosankan, kini pusat buku di daerah itu tampil memikat, bahkan menjelma sebagai arena kegiatan belajar yang menyenangkan.

Oleh Ester Lince Napitupulu

Perpustakaan Umum Kabupaten Kota Waringin Barat (Kobar) di pangkalan Bun sekarang ini mudah menarik perhatian. Dari tampilan luarnya saja, gedung itu sudah memikat dengan kombinasu warna biru tua, biru muda, putih, dan orange. Siapapun yang berkebetulan melintas di kawasan itu bakal mudah tergoda untuk sekedar menengok atau bahkan berhenti sejenak demi mengamati bangunan segar itu.

Begitu masuk ke dalam gedung perpustakaan, kesegaran juga terasa dari meja penyambut tamu yang lagi-lagi di cat warna-warni. Petugas yang berdiri di beakang meja penyambut hangat. Layanan chec in dilakukan sendiri oleh pengunjung.

Dari layar komputer di sisi kanan dan kiri, kita dapat mengetahui rincian jumlah pengunjung. Mereka dikategorikan dalam kelompok umum, siswa SD – SMA, mahasiswa, honor, pegawai negeri sipil, dan tamu.

Sebagaimana perpustakaan lain, ruang di dalam bangunan ini juga diisi rak-rak yang dipenuhi buku. Ada juga meja kayu yang berjajar rapi. Bedanya, semua perabot itu dipoles dengan warna-warna menyala-seperti : hujai, kuning, merah.

Kesegaran ini menumbuhkan keriangan tesendiri. Ditambah tak ada larangan makan dan minum di ruang itu, maka kegiatan membaca pun bia terasa seasyik di rumah. Para pengunjung bisa lebih leluasa dan santai dalam memenuhi hasrat mencari buku referensi.

Suasana ini sangat berbeda dengan tahun 2008 ketika gedung perpustakaan umum itu didirkan di bawah Kantor Perpustakaan, Arsip, dan Dokumrntasi Kabupaten Kobar. Tak banyak yang tahu keberadaan gedung di area perkantoran pemerintah daerah itu. Tampilan luar dan dalamnya biasa saja, sebagaimana perpustakaan umum di daerah-daerah lain yang cenderung suram. Tempat ini juga sepi pengunjung.

Kini, setelah dipoles dengan kemasan baru, tempat tersebut sarat dengan beragam kegiatan. Perpustakaan itu juga menjadi salah satu mitra program Perpuseru Coca cola Foundation Indonesia (CCFI). Sebagaimana nama program “seru”, bisa dibilang tempat ini memang terasa seru dengan beragam kegiatan belajar para pelajar, mahasiswa, dan masyarakat dari semua lapisan.

Sarat kegiatan

Keseruan perpustakaan semakin terasa dengan adanya sudut khusus anak. Oengunjung anak-anak dapat membaca sambil lesehan atau tidur-tiduran diatas karpet yang bersih. Beragam permainan mendidik juga bisa dipilih untuk menambah variasi kegiatan belajar. Ada juga kegiatan mendongeng.

“Saya suka baca komik,” tutur Fifi, siswa kelas III SD, kepada Kompas yang mengunjungi perpustakaan itu pada pertengahan Desember lalu. Bocah perempuan itu mengaku rutin ke perpustakaan seusai sekolah.

Para ibu yang mengantar anak-anak mereka ke perpustakaan juga punya pilihan kegiatan. Mereka bisa embaca tabloid dan majalah perempuan. Ada juga komunitas craft lover (penggemar keterampilan) yang berkembang dari mewujudkan ide-ide buku keterampilan yang disukai para ibu. Karya mereka dipajang disudut kreasi sekaligus untuk ajang promosi.

Tinuk (35), ibu rumah tangga yang hobi membaca, mengaku senang karena perpustakaan umum itu tak sepi pengunjung. Dia setia mampir kesini jauh sebelum tempat itu populer. “Boleh masuk di rumah, saya cari variasi menu di koleksi perpustakaan. Apalagi, didaerah, kan, belum ada toko buku yang lengkap. Bahkan, dari buku-buku saja jadi keal dan bisa berkreasi dengan kerajinan tangan dari kain flanel, “ katanya.

Kerajinan itu lantas dia ajarkan kepada anak-anak di lingkungan rumah. Dia juga memperoleh banyak pesanan suvenir. Tinuk mengatakan omzet kerajinannya kini mencapai sekitar Rp 2 juta per bulan.

Masih di ruangan yang sama, layanan komputer yang dilengkapi akses internet juga menjadi favorit anak-anak. Dengan menelusuri dunia maya, mereka belajar menggenggam dunia leat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

Jika tak sabar menunggu diliran berselancara di delapan komputer di meja berwarna-warni, pengunjung dapat memanfaatkan wi-fi untuk mengakses internet. Pelajar bukan hanya mengakses media sosial, melainkan juga menyelesaikan pekerjaan rumah dengan memperkaya bahan dari internet.

Para ibu tak mau ketinggalan. Bergabung dalam komunitas craft lover, mereka belajar menjadi wirausaha dan memasarkan karyanya secara online. Para guru dan pegawai negeri sipil disitu terpancing melek internet agar tak ketinggalan zaman. Melalui Kelas Berbagi yang melibatkan kerelaan masyarakat untuk saling belajar keterampilan, melek internet un mulai mewabah di perpustakaan ini. Komunitas teknologi informasi dan komunikasi menjadi tempat belajar komputer dan internet gratis bagi semua pengunjung. Kelas fotografi mengajarkan teknik pemotretan dan hasil karyanya dipajang memenuhi dinding perppustakaan. Ada pula kpmunitas usaha mikro, kecil, dan menengah untuk belajar menjadi wirausaha yang terampil. Mereka bisa memanfaatkan pemasaran secara online.

“Perpustakaan harus jadi tempat yang seru, pusat belajar, serta aktivitas yang menyenangkan dan bermanfaaat dengan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Inilah wajah perpustakaan masa depan, mesti selalu up to date dalam melayani masyarakat,” kata Triyono, Project Manager & Advocasy Perpuseru Coca Cola Foundation Indonesia dalam acara Jelajah Perpuseru di Pangkalan Bun.

Triyono mengatakan, Perpuseru diharapkan dapat dikembangkan di semua perpustakaan umum di negeri ini. Saat ini, program itu bermitra dengan 34 perpustakaan umum kabupaten/kota di 16 provinsi di Indonesia.

Kegiatan semacam ini juga sejalan dengan semangat UU Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Perpustakaan  hendaknya dikembangkan demi meningkatkan kegemaran membaca, wahana belajar, dan mengembangkan potensi masyarakat.

Langkah-langkah kecil telah mendorong perpustakaan umum di Pangkalan Bun untuk bergerak menggapai tujuan besar, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sumber : Kompas, 5 Jnauari 2015, Hlmn 12

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *