Kenalkan Lahat Kepada Dunia. Kompas.12 November 2016.Hal.16

Setelah menjelajah mencanegara, Mario Andramartik mengulik tanah kelahirannya, yaitu Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Ia mendata ribuan peninggalan megalit dan beragam potensi wisata di daerah itu, lantas mempromosikannya kepada khalayak international. Kini, Lahat pun kian dikenal dunia.

Oleh Rahma Purna Jati

Mario (46) pernah bekerja pada sebuah perusahaan pariwisata. Profesi itu memberikan kesempatan untuk menjelajahi tempat – tempat wisata di dunia. Sejak tahun 1997, ia menjejakan kai di beberapa negara di benua Eropa, Aamerika, Australia, dan Asia, seperti Yunani, Amerika Serikat, kanada, inggris, Australia, Italia, Norwegia, Jerman, Rusia, dan Perancis.

Pengalaman itu menorehkan kesan mendalam. Saat tinggal selama dua bulan di Italia, misalnya, a mengunungi Menara Pisa Koloseum, dan Venesia. Tidak sekadar jalan – jalan, ia juga menyelisik, kenapa semua tempat ini terus ramai dikunjungi.

“Di bangunan – bangunan itu terdapat bilai sejarah yang sangat menarik wisatawan,” ujarnya saat ditemui di Lahat, awal November lalu.

Selama 13 tahun, sudah 202 kota wisata dari 100 negara yang ia kunjungi. Ketika kembali ke Lahat pada 2008, Mario tergelitik. “Saya malu sudah engunjungi banyak kota wisata, tapi tak kenal potensi wisata di tanah kelahiran sendiri.”

Sejak itu, Mario engumpulkan sebanyak mungkin data mengenai potensi pariwisata di Lahat. Ia membentuk komunitas Panoramic of Lahat dan menjelajahi kabupaten berjuluk “Bumi Seganti Setungguan” itu.

Dalam catatan mario, setidaknya terdapat 1.025 karya mengalit di 44 situs di seluruh Lahat.Ini angka terbanyak di Indonesia. Kekayaan itu membuat Lahat menyabet gelar di Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) pada 2012. Komunitas Panpramic of Lahat juga mendapat rekor sebagai kolektor data mengalit terbanyak se – Indonesia.

“Ini modal penting untuk memperkenalkan pariwisata Lahat di Indonesia dan mancanegara,” ujarnya. Mario hafal mengenai seputar kekayaan pariwisata Lahat. Tanpa menengok buku petunjuk, ia memaparkan segala kekayaan pariwisata secara detail. Ia juga mahir menelaah karya – karya mengalit.

Kekayaan mengalit di Lahat berupa arca, arca menhir, menhir, batu datar, dolmen, lesung batu, lumpang batu, tetralit, batu gelang, bilik batu, lukisan di dalam bilik batu, dan tampayan. Tinggalan itu tersebar di beberapa kecamatan, seperti Merapi, Lahat, Pulau Pinang, Pajar Bulan, Tanjung Tebat, Gumay Ulu, Kota Agung, Pagar Gunung, Mulak Ulu, Muara Payang, dan Jarai. Semua itu menggambarkan kebesaran kebudayaan mengalitik di Dataran Tinggi Pasemah (Lahat, Pagar Alam dan Empat Lawang) sejak ribuan tahun silam.

Nilai budaya

Bagi Mario, setiap karya mengalit mengandung nilai budaya yang menarik. Itu terlihat dari bentuk perhiasan seperti topi, kalung, gelang tangan, gelang kaki, baju, ikat pinggang, dan pedang. “Setiap karya memiliki makna tersendiri. Sejak dulu peradaban manusia sudah tinggi.”

Ambil contoh, arca oran naik gajah di situs Tanjung Telang. Mario bisa menjelaskan secara rinci maksud dari pembuatan arca itu. Begitu pula lesung batu untuk menumbuk biji – bijian. Alat ini menggambarkan peradaban yang sudah cukup tinggi kala itu. Bagi Mario, situasi di Lahat tidak kalah hebat dari situs serupa di Carnac, Perancis, atau situs Stonehenge di Inggris.

Tidak hanya suntuk dengan situs megalit, mario juga mencatat potensi pariwisata lain dengan merangkul kaum muda pencinta alam. Dari penelusuran itu, ternyata Lahat memiliki sekitar 126 air terjun. Jumlah ini bertambahdibandingkan dengan penemuan 41 air terjun pada 2010.

“Bukan tidak mungkin, akan lebih banyak air terjun yang ditemukan nantinya,” katanya. Lahat juga punya rumah adat khas budaya Pasemah. Ada rumah Baghi berkonstruksi anti gempa dan tanpa paku. Rumah ini memiliki kualitas kayu berukir yang sangat baik. Ada nilai filosofi di dalamnya. “bahkan, ada rumah Baghi yang usainay sudah lebih dari 200 tahun,” katanya.

Ada juga karya – karya peninggalan kolonial Belanda yang masih kokoh berdiri di kota Lahat. Bentuknya mulai dari teroeongan, bengkel kereta api, stasiun kereta api, gereja, sampai perumahan khas Belanda. Jika didata, peninggalan masa kolonial Belanda di Lahat merupakan yang terbanyak kedua di Sumatera Selatan setelah pelembang. “Dengan kekayaan ini, bisa dikatakan Lhat adalah surganya Pulau Sumatera,” katanya.

Menyadari potensi itu, Mario getol mempromosikan Lahat dalam sejumlah buklet. Selanjutnya, ia menjaring remaja dan pemuda yang peduli pada pariwissata untuk membantu promosi. Ia juga kerap menjadi pembicara pada sejumlah kegiatan edukasi pariwisata. “Yang penting, kesadaran masyarakatakan keberadaan pariwista kian tinggi,” ucapnya.

Perlu terobosan

Bekerja di salah satu hotel di Lahat juga menjadi kesempatan bagi Mario untuk memamerkan kekayaan pariwisata Lahat kepada masyarakat luas. Ia membuat paket wisata yang menawarkan eksotika Lahat. Tentu saja, ia juga menyebarkan informasi kekayaan pariwisata kabupaten itu melalui media sosial.

Lebih dari itu, Mario bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Lahat untuk mempromosikan pariwisata dengan menyematkan gambar mengalit dan air terjun di beberapa bus pemerintahan. “Biar bus itu menjadi iklan pariwisata berjalan,” ujarnya.

Ide itu sudah diterapkan pada bebrapa bus milik Pemerintahan Kabupaten Lahat. Ia pun tekun menulis di sejumlah media tentang Lahat. Hanya saja, hingga kini mengalit belum terpelihara baik. Tersebar disejumlah tempat, termasuk di pekarangan rumah warga, sebagian warisan budaya itu hilang atau rusak.

Mario berharap ada tim ahli cagar budaya yang serius mengkaji benda – benda bersejarah ini dan mendorong situs mengalitik di Dataran Tinggi Pasemah menjadi cagar budaya nasional, bahkan warisan budaya tersebut kian dikenal dan dapat terus dilindungi.

Sejauh ini, kunjungan wisatawan ke Lahat lumayan tumbuh. Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lahat Deswan irsyad, ada sekitar 6.000 turis lokal yang datang ke daerah itu pada 2016. Angka itu meningkat dibandingkan jumlah pada 2015 sebesar 4.000 orang. Jumlsh turis asing masih minim,sekitar 100 orang pada 2016, atau bertambah sedikit dari 60 sampai 80 orang pada 2015.

Untuk menggenjot pariwisata, Mario mengusulkan pembangunan karya monumental yang menggambarkan kekayaan potensi wisata Kabupaten lahat. Bisa saja pemerintahan setempat membuat replika arca megalit terbesar di dunia sebagai ikon yang mudah dikenali publik. “Ide konyol begini kadang jadi cara terbaik untuk memberi kesan kepada wisatawan,” ucapnya.

Jika potensi pariwisata bisa tergali, akan banyak wisatawan yang berkunjung ke Lahat. Selain memberikan pendapatan bagi pemerintahan daerah, perkembangan itu juga berpotensi mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal. “Jika bicara pariwisata, maka kita bicara ekonomi rakyat,” kata Mario.

Sumber: Kompas.12-November-2016.Hal_.16