Film The Lion King saat ini tengah tayang di bioskop-bioskop Indonesia. Film ini adalah salah satu dari proyek Disney yang membuat versi live action dari setiap film kartun mereka yang sukses di masa lalu. Tahun ini sendiri telah tayang remake film Aladdin dan Dumbo dan disusul sekuel Maleficent yang tayang Oktober nanti.
Menjadi pertanyaan kenapa sih Disney tiba-tiba merilis remake film-film tersebut? Kenapa sekarang dan bukan 5 tahun yang lalu. Kenapa tidak 10 tahun lagi? Diduga ini ada hubungannya dengan boneka Barbie di tahun 2013.
Boneka Barbie? Kok bisa? Jadi, tahun 2000 lalu, perusahaan Mattel yang memproduksi boneka Barbie mulai bekerja sama dengan Disney untuk memproduksi boneka Disney Princess, seperti karakter Cinderella, Aurora, dan Belle. Kongsi bisnis Disney Princess ini berdampingan dengan bisnis boneka Barbie yang juga diproduksi Mattel. Semua lancar-lancar saja sampai akhirnya penjualan Barbie mulai menurun di sekitar tahun 2012.
Disney dan Hasbro (perusahaan kompetitor Mattel) sadar bahwa mainan yang menjual membutuhkan storytelling yang kuat dibelakangnya, sedangkan Mattel sangat percaya diri dengan boneka Barbie-nya. Disinyalir karena boneka Barbie telah bertahan puluhan tahun dan telah digunakan dari berbagai generasi.
Di lain sisi, Disney mulai “ilfeel” dengan Mattel karena Mattel juga menjual Barbie Princess. Puncaknya terjadi di tahun 2013 ketika Mattel merilis seri boneka Ever After High, yang bertemakan fairytale. Dengan kata lain, Mattel berkompetisi langsung dengan Disney untuk pasar yang sama.
Awal tahun 2013, petinggi Disney diam-diam bertemu dengan Hasbro untuk memindahkan franchise Disney Princess dari Mattel ke Hasbro. Disney terkesan dengan Hasbro karena Hasbro melakukan penelitian pasar. Dari penelitian ini ditemukan bahwa anak-anak menyukai karakter Disney Princess yang punya skill atau kemampuan. Jadi tidak sekadar putri yang lemah, tapi juga seorang perempuan yang jago membela diri dan perang. Karena itu pula karakter Disney Princess di film saat ini telah berubah menjadi lebih feminis.
Selain itu, walaupun boneka itu mainan anak-anak, tapi yang memutuskan boneka mana yang boleh dibeli itu orang tua. Dan orang tua jaman sekarang lebih suka boneka yang tidak sekadar memiliki gaun cantik. Tapi penelitian Hasbro yang paling penting adalah “trans-generational emotional resonance”. Artinya, ikatan emosional anak-anak terhadap tokoh atau mainan biasanya ditularkan oleh orang tuanya.
Per Januari 2016, Disney Princess resmi berpindah ke Hasbro. Penampilan bonekanya juga berubah dari versi Mattel yang seperti Barbie (kanan), menjadi versi yang Hasbro lebih seperti lucu.

Nah, konsep ‘transgenerational emotional resonance’ ini yang menjadi dugaan yang akhirnya mendorong Disney rutin merilis film-film yang diproduksi di tahun 90-an. Tentu, faktor kematangan teknologi computer graphics juga memungkinkan film animasi klasik di-remake. Tapi, di lain sisi yang membawa anak-anak ke bioskop itu adalah orang tua dan mereka yang berumur 5 tahun saat menonton Lion King di tahun 1994, sekarang berusia 30 tahun dan mungkin saat ini sudah mempunyai anak berumur 5 tahun juga. Jadi ini waktu yang tepat untuk menjamin franchise The Lion King, Aladdin, Beauty and the Beast tetap fresh.
Walaupun Disney dikenal dengan film animasinya, adalah rahasia umum bahwa pendapatan utama film animasi itu bukan dari filmnya, tapi melainkan dari merchandhise-nya. Misalnya, 41% pendapatan Disney itu dari merchandhise dan theme park dan dari film cuma 17%.
Tentu saja sangat mungkin Disney sadar bahwa sekarang adalah kesempatan untuk meremake film-film klasiknya. Di lain sisi, Hasbro adalah yang memperkenalkan konsep ‘transgenerational emotional resonance’ – mainan dan film yang dinikmati anak-anak adalah hasil transfer dari orang tuanya.
===
Nah buat kalian sivitas UC yang penasaran dan pengen tahu tentang film-film Disney secara keseluruhan, cara kerja perusahaan Disney, ataupun kalian pengen buat film animasi seperti mereka dan butuh inspirasi ide, tenang aja, UC Library punya koleksi-koleksi buku seputar Disney yang wajib kalian baca.
Berikut daftarnya:
- A Disney Sketchbook (Call No. 791.4334 DIS)
- The Art of Disney Epic Mickey (Call No. 793.932 GRO a)
- Creating Magic: 10 Common Sense Leadership Strategies From A Life at Disney (Call No. 658.4092 COC c)
- The Disney Way: Memanfaatkan Rahasia Manajemen Disney di Perusahaan Anda (Call No. 658 CAP d)
- The Hidden Magic of Walt Disney World: Over 600 Secrets of the Magic Kingdom, Epcot, Disney’s Hollywood Studios, and Animal Kingdom (Call No. 917.5924 VEN h)
- If Disney Ran Your Hospital: 9 1/2 Things You Would Do Differently (Call No. 610.69 LEE i)
- The Illusion of Life: Disney Animation (Call No. 741.580979494 THO i)
- The Fairest One of All: The Making of Walt Disney’s Snow White and the Seven Dwarfs (Call No. 791.4372 KAU f)
So let’s go to the UC Library and get them!!
Sumber:
https://www.bloomberg.com/features/2015-disney-princess-hasbro/
Akun twitter Herman Saksono @hermansaksono