Beberapa pekan terakhir, banjir menghantui Jakarta. Salah satu pemicu banjir adalah sungai Krukut. Dari bangunan kumuh di Kelurahan Cipedak, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta, sekelompok pemuda membentuk laskar. Sudah 10 tahun mereka setia membersihkan sungai Krukut dari sampah merogoh kocek sendiri.
OLEH DWI BAYU RADIUS
Negeri sampahnya, bisa menumpuk sampai 3 meter. Kita bisa berdiri diatas sampah saking padatnya,” kata Rezza Shiqi (31), Ketua Laskar Krukut. Rezza adalah salah satu pendiri Laskar Krukut. Dia bersama delapan kawannya, yakni luky Ertanto, Leodiro Sastro, Rudy Susanto, Edi Suryo, Ahmad Maulana, Azis Kurniawan, Surya Hidayat dan Ferry Adiasasmita, membentuk kelompok tersebut pada 2005. Meski dipercaya sebagai “panglima” Laskar Rukut, Rezza tak diistimewakan.
Laskar Krukut mengangkat sampah Sungai Krukut setiap pekan. Hanya dengan kaus oblong, sandal, dan celana pendek, mereka menceburkan diri. “Luka telapak kaki, dengkul, dan tulang kering sudah biasa. Paku, beling, pecahan cangkang keong, dan potongan kayu bertebaran,” katanya.
Beberapa relawan peranh kejatuhan ular berbisa dari atas pohon. Untungnya, belum ada, relawan yang dipatuk. Kendala lain, sejumlah orangtua malah melarang anaknya ikut membersihkan Kali Krukut.
“Kata mereka, ngapain kayak jembel. Berarti, tingkat kesadaran sebagian warga masih rendah. Kami jelaskan, kalau bukan kita, siapa lagi.” Tutur Rezza. Relawan Laskar Krukut berpesan kepada anak-anak untuk mengingatkan orangtuanya yang masih membuang sampai ke sungai. “Kalau anaknya sendiri yang kasih tahu, orangtua malu. Tetapi, kalau kami yang bilangin, bisa berantem. Ujar Rezza sambil tertawa.
Komsumsi dibiayai dari kantong sendiri. Rezza sering terharu dengan dedikasi dan loyalitas relawan. “Bayangin sudah capek, hari libur harusnya sama keluarga, enggak dibayar, malah diminta patungan beli makanan, rokok dan minuman,” kata Rezza sambil tersenyum.
Tak jarang istri-istri relawan memasak, sementara kum lelaki bergotong-royong memungut sampah. Jumlah pengurus Laskar Krukut sekitar 100 orang dan relawan sekitar 300 orang. saat pertama kali membersihkan Krukut, hanya lima orang yang berpartisipasi. Kini, setiap beraktivitas, 30-40 relawan ikut membersihkan Krukut.
“Dasar sungai itu sampah semua. Krukut harus dikerut. Idealnya, kedalaman minimal 3 meter. Sampah mengalir dari kota Depok serta Kabupaten dan Kota Bogor,” Kata Rezza yang mengatakan Sungai Krukut sudah mengalami pendangkalan dengan kedalaman rata-rata 1,5 meter. Jika Krukut meluap, banjir akan melanda Jakarta, antara lain Cilandak, Mampang Prapatan, Kemang, Warung Buncit dan Kuningan.
“Pabrik rumah tangga dan peternakan di sepanjang Kali Krukut membuang limbah ke Kali Krukut. Bablas semua sampah itu enggak ditahan. Bekas pampers, sofa, hingga kasur berpegas dibuang ke sungai.” Katanya.
Sampai-sampai, relawan pernah menemukan beberapa mayat yang hanyut. Lascar Krukut menemukan jenazah pada 2008 dan 2011. Rudy Susanto, Penasihat Laskar Krukut yang menemukan jenazah itu, harus datang ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Awalnya, relawan bergerak atas nama Karang Taruna Sasana Krida. Mereka diberi bangunan kumuh untuk berkegiatan. Tempat itu mirip bangunan hantu. Eternity bocor, lantai berdebu, dan kaca jendela bolong. Rezza dan kawan-kawan harus membersihkan tempat tersebut. Pada 2021, nama Laskar Krukut resmi digunakan.
Saat ini pun, sebagian kisi ventilasi masih patah, kaca nako tak lengkap, dan kayu pintu terkelupas. Meski demikian, berbagai organisasi berdatangan untuk bergabung membersikan Krukut. Mereka yang turut serta antara lain Badan Sukarelawan Pemadam Kebakaran Kecamatan Jagakarsa, pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri 97 Jakarta, serta organisasi pecinta alam Institut Sains dan Teknologi Nasional Universitas Indrapasta PGRI, Universitas Nasional, dan Akademi Pimpinan Perusahaan.
“Dilingkungannya, mereka dibutuhkan. Buat apa jauh-jauh ke gunung kalau hanya naik gunung, tetapi enggak membersihkan lingkungan, itu hanya menikmati alam. Bukan pecinta alam,” katanya. Gurami semua kegiatan dilakukan disekitar sungai. Meski terus merawat sungai, relawan malah semakin pening melihat kondisi Krukut. Sampah kian banyak. Pertumbuhan property kian pesat. “Kalah jauh dibandingkan dengan tenaga pembersih sungai. Itu menunjukkan, amdal (analisis mengenai dampak lingkungan) tidak dipikirkan.” Ucapnya.
Oleh karena itu Laskar Krukut masih sangat membutuhkan dukungan pemerintah dan swasta. Akan tetapi, mereka tak menginginkan uang. “Kami butuh pohon untuk ditanam, gergaji mesin, dan bibit ikan. Kalau uang ngeri ditangkap.” Ujar Rezza seraya tertawa.
Dukungan itu bisa diperoleh dari dana tanggung jawab sosial perusahaan. Rezza mengatakan sebenarnya, banyak perusahaan yang mengeluarkan dana itu, tetapi disalurkan kepada organisasi tanpa kegiatan yang jelas. Adapun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diharapkan menyediakan jaringan penahan sampah, sarung tangan, dan pelampung.
“Ahok (Gubernur DKI Jakarta BAsuki Tjahaja Purnama) perlu meberikan perhatian khusus. Setidaknya, kami senang masih berada di Jakarta karena Ahok sangat responsive.” Ujarnya.
Rezza mengatakan, sungai Krukut di Jagakarsa perlu mendapatkan perhatian lebih. Jika hanya bagian tengah hingga hilir sungai yang ditangani, pencegahan banjir dinilai tak terlalu efektif. Tak hanya Krukut, relawan juga kerap ambil bagian membersihkan sungai-sungai lain, seperti Ciliwung, Cisadane, dan Pesanggrahan. “Dari hulu sampai hilir sungai., hingga irigasi pernah kami bersihkan. Malah kami beraktivitas hingga Kepulauan Seribu” papar Rezza.
Relawan menanam bakau, menjadi orangtua asuh tukik, dan melestarikan terumbu karang. Laskar Krukut menggunakan internet, pertemanan, dan kampanye melalui konser musik untuk mengajak warga membersihkan Krukut. Relawan senantiasa mengimbau masyarakat terutama yang tinggal di bantaran, untuk berhenti membuang sampah ke sungai dan melestarikan lingkungan.
Sebagian relawan bahkan bertekad menjadikan anak-anak mereka sebagai penerus penjaga Krukut. “Sayangi bumi karena bumi menunggu kasih sayangmu.” Kata rezza menyampaikan moto Laskar Krukut
SUMBER : KOMPAS, SABTU, 28 FEBRUARI 2015

