Superman Galau dan Krisis Identitas Anak Muda

krisis identitas
Superman Galau

Dulu, Superman dikenal sebagai simbol harapan: kuat, berani, dan selalu siap menolong. Tapi di film Superman 2025, ia justru mengalami kegalauan. Bukan karena kehilangan kekuatannya, tapi karena dia mengalami krisis identitas.

Orang-orang mulai curiga padanya setelah muncul bocoran mengejutkan: ternyata, orang tua kandung Superman dari planet Krypton punya rencana jahat untuk menghancurkan umat manusia. Superman yang selama ini merasa ditakdirkan jadi pelindung, mulai bertanya-tanya, “Apa aku bagian dari ancaman itu?”

Ketika Pahlawan Super Ikut Bingung

Di titik ini, kisah Superman jadi lebih dari sekadar film aksi. Ia jadi cermin dari pergolakan batin yang sangat manusiawi. Superman lagi bingung banget soal jati dirinya. Dalam psikologi, kondisi kayak gini disebut krisis identitas.

Istilah ini dikenalkan oleh Erik Erikson, seorang psikolog yang bilang kalau masa remaja sampai awal usia dewasa adalah masa penting buat nemuin siapa diri kita. Masa ini disebut Identity vs. Role Confusion—fase ketika kita mencoba memahami siapa kita sebenarnya, di tengah tekanan dari keluarga, lingkungan, dan ekspektasi orang lain.

Relate Gak, Sih?

Superman 2025 tidak hanya soal alien super. Ceritanya relate banget sama banyak anak muda sekarang. Kadang, kita juga ngerasa kayak dia: bingung sama masa lalu, label dari orang lain, atau ekspektasi yang berat.

Kita mulai bertanya ke diri sendiri: “Kalau aku lahir dari keluarga yang rumit, apa aku tetap bisa jadi orang baik?” atau “Kalau orang lain gak percaya sama aku, apa aku juga harus meragukan diriku?”

Pertanyaan-pertanyaan ini sering muncul ketika kita lagi ngalamin krisis identitas.

Wajar Kalau Bingung

Tapi menurut Erikson, kebingungan ini wajar, bahkan penting. Krisis identitas bukan akhir dari segalanya. Justru ini bagian dari proses tumbuh. Di fase ini, kita bisa coba banyak hal, dari ikut komunitas, nyobain kerja part-time, sampai eksplor hobi baru.

Tujuannya bukan cari jawaban instan, tapi pelan-pelan mengenali apa yang cocok sama diri kita. Setelah itu, baru muncul komitmen: kita memilih jalan hidup bukan karena orang lain, tapi karena kita ngerasa itu benar-benar pilihan kita sendiri.

Jadi Diri Sendiri Itu Proses

Superman akhirnya gak lagi mendefinisikan dirinya dari sejarah keluarganya. Dia memilih untuk tetap jadi pelindung karena itu keputusannya sendiri.

Kita juga bisa seperti gitu. Jadi diri sendiri itu proses. Tidak harus tahu semuanya sekarang. Hal yang terpenting adalah terus cari tahu, terus belajar, dan berani bilang, “Ini aku, dan aku masih tumbuh.”

Krisis identitas bukan kelemahan. Justru itu langkah awal buat jadi versi terbaik dari diri kita—hari demi hari.

Ditulis oleh Prof. Dr. Jimmy Ellya Kurniawan, S.Psi., M.Si., Psikolog
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Ciputra Surabaya