Co-parenting: Kunci Harmoni dalam Keluarga

Co-parenting itu Apa sih?
Istilah co-parenting banyak dipakai untuk menggambarkan kerja sama antara ayah dan ibu dalam pengasuhan ketika mereka bercerai. Karena itu, banyak orang berpikir bahwa teknik asuh tersebut hanya berlaku bagi pasangan yang telah bercerai. Padahal tidak demikian lho! Kerjasama kedua orangtua ini juga sangat diperlukan bagi ayah ibu yang masih hidup bersama dan tidak bercerai. Singkatnya, co-parenting dapat diterjemahkan sebagai kerja sama yang sinergis antara ayah dan ibu dalam melakukan pengasuhan. Kerja sama sinergis ini merupakan fondasi yang sangat diperlukan untuk terjadinya pengasuhan yang kuat.
Istilah co-parenting ini dikemukakan oleh Prof. Mark Feinberg, seorang peneliti dari Penn State University. Dalam artikel-artikel jurnalnya, Prof. Feinberg memaparkan empat komponen utama dalam co-parenting yaitu kesepakatan dalam pengasuhan, saling mendukung, berbagi tugas dengan adil, serta pengaturan bersama mengenai relasi/interaksi dalam keluarga. Dalam bahasa sederhananya, konsep co-parenting dapat disingkat ke dalam 4S, yaitu Sepakat, Sepikulan, Support, dan Selaras. Jika empat hal ini berjalan dengan baik, maka anak akan mendapatkan lingkungan yang aman dan positif untuk mendukung pertumbuhan secara optimal.
Seberapa Pentingkah Co-parenting Itu?
Tidak banyak orang memahami betapa pentingnya kerjasama ibu dan ayah bagi tumbuh kembang anak. Bahkan banyak orangtua yang tidak menyadari bahwa gaya pengasuhan yang diterapkan antara dirinya dengan pasangannya masih belum mengarah pada co-parenting yang baik. Masing-masing pihak berusaha terbaik menurut versi dirinya sendiri, bahkan beradu pendapat mengenai gaya pengasuhan yang paling baik bagi anak.
Berbagai riset menunjukkan bahwa kerjasama orangtua yang sehat memberikan dampak positif yang besar bagi tumbuh kembang anak. Selain itu, juga memberikan efek positif bagi kesehatan mental anak. Hal ini dapat dipahami mengingat orangtua yang menerapkan kerjasama yang baik akan memberikan rasa aman bagi anak. Sehingga anak juga lebih percaya diri, serta memiliki kendali emosi yang lebih baik pula. Berbagai penelitian menemukan bahwa kerjasama orangtua yang harmonis dapat menurunkan risiko masalah perilaku dan stres pada anak. Sebaliknya, anak yang terjepit dalam situasi perbedaan antara kemauan ayah dan kemauan ibu, menjadi bingung, cemas, merasa tertekan dan terancam. Hal ini dapat memunculkan risiko-risiko munculnya masalah perilaku dan stres pada anak.
Sepakat dan Kompak
Ayah dan Ibu terkadang memiliki cara berpikir yang tidak sama, karena memiliki pengalaman hidup maupun mengalami gaya pengasuhan yang berbeda. Karena itu ayah dan ibu tidak selalu sependapat dalam hal pengasuhan. Yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat berdiskusi secara terbuka dan akhirnya mengambil kesepakatan menjadi satu suara dan tidak membingungkan anak.
Karena itu, sebelum menyampaikan aturan kepada anak, yuk bicarakan dulu dengan pasangan. Diskusikan dengan kepala dingin apa yang menjadi pemikiran dan ide masing-masing serta alasannya. Kemudian menyepakati aturan main yang hendak diberlakukan kepada anak. Jangan lupa untuk menerapkan sikap saling percaya dan komunikasi terbuka antara Ayah dan Ibu, karena itu adalah kunci co-parenting yang efektif.
Penutup
Kerjasama sinergis antara kedua orangtua tidak cukup hanya dibicarakan, tetapi harus dilatih dan dipraktekkan dalam pengasuhan. Mari Ayah dan Ibu belajar bersama menerapkan co-parenting yang efektif. Selamat berproses!
Ditulis oleh Prof. Dra. Jenny Lukito Setiawan, M.A, Ph.D., Psikolog
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Ciputra Surabaya
