Healing” dari Serba Instan

healing

Healing dari “Serba Instan”: Tips Ampuh untuk Remaja zaman now

Di era serba instan, segalanya serba cepat: pesan makanan, belajar, bahkan meraih popularitas. Namun, kemudahan ini sering kali berujung pada tekanan dan kecemasan, terutama bagi kaum muda saat ini. Apakah kamu merasakannya juga?

Mengapa “Serba Instan” Bikin Stres?

Budaya instant gratification yang didorong media sosial dan tren populer menciptakan ekspektasi tak realistis. Kita melihat highlight kehidupan sempurna di media sosial, memicu FOMO (Fear of Missing Out), dan keinginan instan untuk kehidupan aesthetics. Padahal, banyak remaja bergelut dengan overthinking, cyberbullying, dan beban akademik. Tidak jarang juga kita merasakan tekanan sebagai bagian dari generasi sandwich.

“Serba Instan”: Apa Artinya dan Kenapa Jadi Masalah?

Mungkin kamu bertanya, apa sih gaya hidup serba instan itu? Singkatnya, ini adalah gaya hidup yang maunya serba cepat, mudah, dan tanpa usaha yang berarti.  Segala sesuatu ingin didapat secara instan, mulai dari makanan, informasi, hingga pengakuan. Kenapa jadi masalah? Karena hidup tidak selalu seperti itu, di mana segala sesuatu butuh proses dan perjuangan. Gaya hidup serba instan membuat kita kurang menghargai proses, kurang sabar, dan mudah stres ketika menghadapi kesulitan.

Dampak “Serba Instan” pada Kesehatan Mental

Tekanan serba instan berdampak serius pada kesehatan mental. Merasa tidak cukup, ketinggalan, atau gagal meraih kesuksesan instan memicu stres, kecemasan, bahkan depresi.  Oleh karena itu, healing dari budaya ini menjadi sangat penting.

Healing:  Rahasia Bahagia di Era Serba Instan

Healing adalah proses pemulihan dan penerimaan diri.  Konsep ini berbicara tentang mencintai diri sendiri, menghargai proses, dan menemukan kebahagiaan berkelanjutan, bukan hanya kepuasan sesaat.

Tips Ampuh Healing dari “Serba Instan”:
  1. Fokus ke Diri Sendiri: Bandingkan dirimu sekarang dengan dirimu yang kemarin, bukan dengan orang lain. Setiap orang punya timeline hidupnya sendiri.
  2. Detoks Media Sosial: Batasi waktu scrolling. Pilih akun yang menginspirasi, bukan yang bikin insecure.
  3. Nikmati Prosesnya: Kesuksesan butuh waktu. Nikmati setiap langkah dan setiap tantangan sebab kegagalan juga bagian dari belajar.
  4. Cari Kegiatan Positif: Tekuni hobi, olahraga, atau kegiatan sosial yang kami sukai. Ini membantumu healing dan menemukan passion-mu.
  5. Bangun Koneksi Nyata: Prioritaskan interaksi tatap muka. Hubungan tulus itu kunci wellbeing.
  6. Berani Berkata “Tidak”: Tolak ajakan yang bikin kamu tidak nyaman atau mengganggu kesehatan mentalmu. Prioritaskan dirimu!
  7. Cari Bantuan Profesional: Jangan ragu mencari bantuan psikolog atau konselor. Mereka bisa membantumu healing dan menemukan cara menghadapi tantangan.
Generasi Instan dan Tudingan “Manja”:  Gimana Dong?

Generasi yang tumbuh di era serba instan sering disebut generasi instan. Tak jarang, muncul anggapan bahwa generasi ini manja. Benarkah begitu? Tentu tidak sepenuhnya benar. Setiap generasi punya tantangannya sendiri. Justru di tengah kemudahan serba instan, banyak anak muda yang berjuang dengan tekanan ekspektasi, persaingan ketat, dan masalah kesehatan mental. Tentu, ada juga yang terbawa arus, tapi tidak bisa digeneralisir. Maka dari itu, penting untuk lebih baik fokus pada solusi daripada menghakimi.

Di era serba instan, healing adalah kunci menjaga kesehatan mental dan meraih kebahagiaan sejati. Ingat, kamu berharga dan pantas bahagia. Jangan biarkan budaya instan merenggut kebahagiaanmu, ya.

Ditulis oleh Mopheta Audiola Dorkas, S.Psi.
Laboran dan Humas Fakultas Psikologi Universitas Ciputra Surabaya