Memiliki keterbatasan tidak berarti kita tidak bisa berkarya. Hal itulah yang ditunjukkan oleh para peserta Special Olympics Indonesia (SOIna). Disabilitas intelektual, yaitu kesulitan dalam berpikir, belajar, dan berbicara, yang mereka miliki tidak menghalangi mereka untuk berpartisipasi dan berprestasi dalam olimpiade olahraga.

soina

SOIna adalah pelatihan dan kompetisi olahraga sepanjang tahun untuk individu tunagrahita, dengan 11 cabang olahraga, yaitu atletik, renang, bulutangkis, tenis meja, sepakbola, bola basket, bocce, bola voli, bowling, senam, dan bola tangan. Selain itu, SOIna juga menyelenggarakan program pendukung, seperti pelatihan kepemimpinan (Athlete Leadership Program/ALPs), acara kebersamaan keluarga (Family Support Network), dan Healthy Athletes. 

Sebanyak 29 mahasiswa PSY UC berkesempatan untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan Healthy Athletes, khususnya bagian Strong Minds. Strong Minds adalah program screening sekaligus pelatihan altet maupun calon atlet SOIna dalam hal kesehatan emosional. Kegiatan ini diadakan pada Sabtu, 16 September 2017 di Yayasan Pembinaan Anak Cacar (YPAC) Surabaya.

Sehari sebelumnya, Jumat, 15 September 2017, diadakan training of trainers, di mana para mahasiswa PSY UC yang akan menjadi relawan trainer pada acara Strong Minds dilatih mengenai cara menghadapi dan melatih peserta. Kegiatan ini dimulai dilaksanakan pada pukul 13.00 – 16.00 di YPAC.

Keesokan harinya, Sabtu, 16 September 2017, acara Strong Minds dimulai dari 07.00 pagi. Para mahasiswa PSY UC juga bertemu dengan relawan-relawan lain, yang melakukan pemeriksaan lain, seperti pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, mata, dll. Sebagian besar dari mereka merupakan mahasiswa dari universitas-universitas lain.

Mahasiswa PSY UC yang hadir dibagi menjadi 6 tim, yang masing-masing bertugas menjaga 6 pos. Ada pos 0 hingga pos 5. Pada pos 0, relawan bertugas membantu proses administrasi awal bagi para peserta Strong Minds yang berjumlah 95 orang dari wilayah Surabaya dan sekitarnya. Pendamping yang hadir bersama peserta diminta mengisi hal-hal, seperti nama dan usia peserta, serta kuesioner singkat mengenai diri peserta. Setelah dari pos 0, peserta bisa langsung lanjut ke pos berikutnya, pos 1.

8bf57939-ce25-4e3c-80a3-fb3c8a28d6c5

Pos 1 adalah pos “Stress and You”, di mana peserta diminta untuk meremas bola stres yang sudah disediakan. Apabila peserta berhasil, maka relawan akan memberi cap pada suatu kartu yang mereka miliki. Bola juga bisa dibawa pulang oleh peserta. Selanjutnya, pos 2 adalah pos “Strong Messages”, di mana peserta diberi pertanyaan sederhana yang harus dijawab dengan memilih kartu hijau atau kartu merah. “Menurutmu mencuri itu baik atau tidak?” adalah salah satu contoh pertanyaannya. Apabila peserta menjawab baik/ya, ia harus memilih kartu hijau, sedangkan apabila pesera menjawab tidak baik/tidak, ia harus memilih kartu hijau.

6ea8a587-48f3-4b71-a455-5fd583e09756

Pos 3 adalah pos “Strong Breathing”. Pada pos ini, peserta diberi sebuah kincir yang harus mereka tiup. Apabila mereka berhasil meniupnya, peserta dikatakan berhasil. Setelah itu, mereka akan melanjutkan kegiatan di pos 4. Pos 4 adalah pos “Strong Stretching”  di mana para relawan mencontohkan peserta untuk melakukan stretching. Di pos terakhir, pos 5, relawan bertugas untuk mengkroscek isi kuesioner, apakah sesuai dengan hasil Strong Minds. Relawan akan menyimpulkan hal apa yang menjadi kekuatan setiap peserta.

05a3ff05-6f94-4c08-baea-69d1ed3cb394

Para relawan bekerja hingga pukul 16.00 sore, melayani semua peserta yang hadir pada hari itu. Lelah? Sudah pasti. Akan tetapi, banyak hal yang mereka dapatkan dari pengalaman ini.

Menurut Ibu Stefani Virlia, S.Psi., M.Psi., Psikolog, dosen PSY UC yang mendampingi para relawan, kegiatan Strong Minds ini adalah kesempatan bagi mahasiswa untuk menambah pengalaman serta jejaring (teman baru). Selain itu, para mahasiswa yang berpartisipasi juga mendapatkan sertifikat.

Nabilla Aulia (PSY 2015) juga memiliki kesan tersendiri setelah menjadi relawan. “Bisa dibilang bahwa menjadi relawan itu cukup lelah, karena harus sabar dan mood-nya tidak boleh jelek, karena mereka yang berkebutuhan khusus cukup sensitif. Tapi di sana, aku belajar bagaimana caranya bersyukur. Mereka dengan keterbatasan yang mereka miliki mau mengikuti instruksi dan diminta bersabar,” ujar Nabilla. Tak hanya itu, Nabilla juga mengaku bahwa kegiatan ini menambah pengetahuan dan melatih keterampilannya. “Aku belajar bahwa dukungan terbesar dan paling berpengaruh bagi para peserta adalah orangtua dan kemudian sekolah. Aku juga belajar bagaimana cara wawancara, melakukan penggalian (probing) tanpa menyinggung keterbatasannya.”

516c2556-2db0-4d9e-88dd-8d45ef81607a

Dukungan mahasiswa PSY UC tidak akan berhenti sampai di sini. Mereka dapat kembali menjadi relawan di kesempatan-kesempatan berikutnya. “Untuk ke depannya, PSY UC berencana mendukung kembali kegiatan Healthy Athletes, khususnya bagian screening psikologis,” ucap Ibu Stefani.

4ecb8455-a5bf-4302-bda2-3ed544df7644