Cara Membela Negara Tanpa Senjata: Usaha PPK Ormawa Universitas Ciputra dalam Restorasi Hutan Mangrove Indonesia

Surabaya, 13 September 2025 – Melindungi Ibu Pertiwi tidak selalu berarti mengangkat senjata di garis depan pertempuran. Di era modern ini, perjuangan anak muda dalam menjaga tanah air dapat diwujudkan dengan cara yang lebih damai, cerdas, dan berkelanjutan. Salah satu caranya adalah pelestarian lingkungan, yang menjadi dasar bagi mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya melalui Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) 2025 untuk mengusahakan hutan mangrove di Desa Kramat.

Bukan sekedar pembelajaran textbook, tim mahasiswa langsung turun lapangan menuju Desa Kramat demi mengadakan sosialisasi dan survei mangrove bersama Komunitas Mangrove Jawa Timur. Di Balai Desa Kramat, para peserta yang terdiri dari ibu-ibu PKK dan perangkat desa diajak belajar serta berdiskusi seputar mangrove: mulai dari pengenalan dasar, manfaatnya bagi kehidupan, ancaman terhadap populasinya, serta upaya untuk memulihkan kembali ekosistem mangrove.

Alasan utama PPK Ormawa beserta Komunitas Mangrove Jawa Timur menyampaikan materi komprehensif, berdiskusi, hingga melakukan post-test, adalah karena betapa pentingnya kesadaran masyarakat tentang peran vital mangrove sebagai benteng alami pantai. Upaya pemulihan hutan mangrove hanya akan berhasil dengan kerjasama dari semua pihak. Sementara itu, tanpa mangrove, warga akan lebih rentan terhadap gelombang tinggi serta kehilangan mata pencaharian dari ekosistem laut seperti ikan. Tak hanya itu, pantai yang menjadi kebanggaan Zamrud Khatulistiwa pun akan hilang. Kesadaran tersebut diharapkan mendorong semakin banyak orang untuk berpartisipasi dalam proyek besar ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. 

Setelah sesi materi dan diskusi legalitas produk, mahasiswa Universitas Ciputra dari PPK Ormawa 2025 bersama perwakilan dari Komunitas Mangrove Jawa Timur dan desa melanjutkan kegiatan lapangan untuk melakukan survei lokasi penanaman mangrove di Desa Kramat. Hasil survei pada awalnya cukup negatif, dimana sebagian area sulit ditanami mangrove karena terlalu dekat dengan area laut, sehingga berisiko terkena ombak saat pasang. Akan tetapi, setiap orang membuktikan semangat dan cinta mereka kepada alam Indonesia. Tak menyerah, mereka mencetuskan solusi untuk penanaman bibit yang disangga dengan dua batang bambu supaya lebih kuat saat berhadapan dengan terjangan ombak.

Kegiatan di Desa Kramat membuktikan bahwa semangat bela negara tidak selalu identik dengan senjata dan pertumpahan darah. Mahasiswa yang terjun langsung ke lapangan, berdialog dengan masyarakat dan para ahli, serta berusaha untuk menghasilkan solusi nyata dalam pelestarian ekosistem adalah salah satu wujud nyata patriotisme masa kini. Lewat upaya restorasi mangrove, mereka melindungi Indonesia dari ancaman yang lebih senyap namun tak kalah seramnya, yaitu kerusakan alam.

Penulis : UKM Balawarta