Sumber : Shutterstock

Pengaruh pandemic tidak dapat dipungkiri banyak membawa kegelisahan dan penurunan di berbagai sektor.  Pun dalam sektor pariwisata, melalui jumlah banyaknya tempat wisata maupun fasilitas yang tutup.  Hotel, tempat wisata, restaurant dan obyek lainnya tutup bahkan mengalami kebangkrutan. Hal ini karena banyak orang “takut” untuk keluar rumah. Adanya himbauan pemerintah untuk menaati protokol kesehatan di mana dan kapanpun kita berada turut memberikan dampak yang cukup besar kepada dunia pariwisata.

Peluang bisnis di dunia pariwisata sebenarnya tidak akan pernah habis. Karena liburan, leisure, travelling sudah menjadi sebuah kebutuhan. Melalui new normal, dunia pariwisata juga memunculkan inovasi-inovasi baru seiring dengan adaptasi yang dilakukan oleh para pelaku dan pengguna jasa di bidang pariwisata.

Bila kita gabungkan antara kebutuhan pelaku bisnis pariwisata untuk tetap bertahan dengan segala inovasinya bersama dengan keinginan pengguna jasa, maka diperlukan adanya titik temu. Bagaimana tempat wisata tetap bisa menerima banyak pengunjung namun tetap memperhatikan regulasi protokol kesehatan yang pastinya berkaitan dengan rasa aman dari pengunjung itu sendiri. Salah satu alternatifnya adalah dengan mengembangkan wisata bahari. Wisata bahari sendiri  adalah seluruh kegiatan yang bersifat rekreasi yang aktifitasnya dilakukan di pantai atau lautan.

Keuntungan yang bisa didapatkan dari wisata ini adalah lokasi wisata berada di daerah terbuka. Sehingga sirkulasi udara akan lancar dan tidak tertutup pada satu ruangan. Penyebaran COVID-19 bisa terjadi melalui udara. Virus Corona bisa menyebar melalui partikel – partikel kecil di udara. Lokasi wisata yang terbuka menjadi salah satu alternatif untuk mencegah penularan virus corona.

Keuntungan yang kedua adalah masih banyaknya tempat di pesisir yang belum banyak orang ketahui dan dimanfaatkan dengan baik. Seperti kapal – kapal yang tidak terpakai yang bisa dijadikan inovasi baru dalam kuliner (restoran terapung). Inovasi ini bisa ditambahkan dengan sisi private/pribadi sehingga pengunjung memiliki banyak alternatif pilihan (dikarenakan dengan adanya peraturan jaga jarak dan sebagainya), sekaligus memiliki nilai lebih dibandingkan dengan restoran lainnya.

Hal yang lebih penting tentu saja diharapkan wisata bahari tidak hanya meningkatkan perekonomian, namun bisa berdampak kelestarian lingkungan. Regulasi protokol kesehatan yang ketat saat ini,  secara tidak sadar juga membantu mendukung pelestarian lingkungan yang lebih aman dan terjaga. Penerapan aturan standard wisata bahari juga perlu diberlakukan. Contohnya mencegah para penyelam menginjak terumbu karang secara sembarangan dan kapal-kapan nelayan yang membuang sampah ke laut.

Pemanfaatan hutan mangrove sebagai wisata pesisir juga merupakan peluang bisnis yang bisa diambil oleh dinas terkait dan pemerintahan setempat. Seperti yang sudah banyak kita ketahui bahwa hutan mangrove memiliki manfaat sebagai pelindung pengikisan tanah oleh air laut. Dengan pembangunan fasilitas yang memadai, kawasan hutan mangrove juga bisa menarik minat pengunjung.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno sepakat mengembangkan wisata bahari di Indonesia. Hal ini menjadi salah satu upaya untuk membantu pemulihan ekonomi nasional dari dampak pandemic. Diharapkan dengan adanya kemajuan ini, seluruh masyarakat bisa ikut terlibat dan mau membantu demi peningkatan ekonomi Indonesia.

Penulis : Kezia Victory P. – Mahasiswi Hotel and Tourism Business Universitas Ciputra

Editor : Maria Wanda A.K. – Laboran of Laboratory of Tourism

Artikel lain