“Mengenal Alat Komunikasi” – Pengabdian Kepada Masyarakat @ PAUD Mutiara Qolbu Kel. Lakarsantri

IMG_4982

UC Library kembali melaksanakan kegiatan Pengabdian Masyarakat di PAUD Mutiara Qolbu warga RW III Kel. Lakarsantri hasil kerjasama dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat UC pada bulan April ini. Kegiatan bertajuk “Mengenal Alat Komunikasi” ini dilaksanakan pada hari Selasa (11/4) pagi dan menunjuk tim dari program studi Tekik Informatika UC (IMT & MIS) sebagai fasilitator yang diwakili oleh Ibu Kartika Gianina Tileng, Ibu Caecilia Citra Lestari, Bapak Stephanus Eko Wahyudi, dan Pak Rinabi Tanamal.

Sekitar Pkl 09.00 wib, ibu Kartika Gianina Tileng memulai kegiatan dengan mengajak anak-anak PAUD menebak gambar yang ditayangkan lewat layar LCD, lalu dilanjutkan dengan memperagakan kegiatan ‘menelepon’ menggunakan gelas yang sudah dirangkai dengan benang. Tampak antusias terlihat di wajah anak-anak yang maju ke depan kelas.

Selain itu juga ditunjukkan oleh Ibu Kartika tentang kecanggihan alat kominukasi zaman ini yang tidak hanya bisa menelepon, tapi juga bisa memunculkan video orang yang kita telepon atau biasa dikenal Video Call. Setelah itu kegiatan dilanjutkan dengan aktivitas lomba mewarnai dan diakhiri dengan pembagian hadiah dan pembagian bingkisan kue kepada anak-anak dan bunda PAUD.

collage

Untuk foto-foto yang lain, silahkan klik disini

 

Citizen Journalism: Nyawang Suroboyoku


IMG_4876

Dalam rangka memperingati HUT Surabaya, UC Library bekerjasama dengan Program Studi Marketing Communication (MCM) UC mengadakan kegiatan seminar dan workshop yang berlangsung pada Jumat (7/4) lalu bertempat di ruang Theatre lt.7 UC. Acara yang dipandu oleh Ibu Monika Teguh (Dosen MCM) ini mengangkat tema Citizen Journalism: Nyawang Suroboyoku menunjuk Ibu Gabriela Swastika (Dosen MCM) sebagai pembicara dan  juga mengundang seorang Jurnalis yang sudah sangat berpengalaman dalam dunia penulisan buku, Bapak Dhahana Adi Pungkas atau biasa dipanggil Mas Ipung.

Acara yang dimulai pkl. 13.00 wib ini dibagi dalam 2 sesi dan sesi 1 dipimpin oleh Ibu Gabriela Swastika yang membawaka tema: Citizen Journalism. Di dalam sesi ini dijelaskan bahwa berita yang baik harus memenuhi syarat yaitu: actual, kedekatan/relevan, keunggulan, keterkemukaan, konflik, berkaitan dengan kisah manusia. Dalam menulis sebuah berita juga harus menggunakan 5W (what, why, where, when, who) + 1H (how) + what  is next.

Dijelaskan pula dalam sesi ini bagimana tips menapak “Karir” sebagai citizen journalism yaitu:

  1. Mulai dari komentar
  2. Dari kalimat, beranjak merangkai paragraf
  3. Memulai tulisan pertama di blog bersama
  4. Percaya diri membangun blog pribadi
  5. Fokus pada satu isu
  6. Membingkai realitas
  7. Berkontribusi di media mainstream.

Tiba giliran Mas Ipung yang unjuk gigi mensharringkan pengalamannya di sesi berikutnya. Mengangkat tema “Mengkomunikasikan Sejarah Lokal Melalui Surabaya Punya Cerita”, sebagi pengantar beliau memperkenalkan asal mula kota Surabaya, yang ternyata nama Surabaya pada jaman dahulu dikenal sebagai Si Shui (yang diartikan sebagai kota yang memiliki banyak sungai), Liverpool Van Java, Hoedjoeng Galoeh, dan Churabhaya.

Di sesi ini peserta belajar bahwa untuk bisa membuat sebuah tulisan tidak perlu jauh-jauh untuk mendapatkan sebuah informasi atau beritanya, tetapi di lingkungan sekitarpun juga bisa diambil sebagai sumber sebuah informasi atau berita. “Sejarah merupakan ilmu tentang manusia, waktu dan memiliki makna serta terperinci, menulis sejarah merupakan menulis dengan menghubungkan antara masa sekarang dan masa lalu.” Imbuhnya. Tantangan dalam menulis sejarah lokal adalah sumber lokal itu sendiri yang diperlukan pengkajian dan penelitian yang dalam oleh kita penulis, atau para sejarawan.

kolase foto citizen journalism 2

 

*untuk foto-foto yang lain, silahkan klik disini. 

iTalk: “Culture Values and Leadership Competences”

 

UC Library kembali mengadakan i’Talk pada Selasa (4/4) lalu yang kali ini bekerja sama dengan Jurusan Psychology UC dengan narasumber dari Astra International Group dan diikuti oleh 53 peserta. Bertempat di Student & Service Lounge, tepat pukul 13.30 acara dimulai dan dibuka oleh Ibu Kathy Mamahit selaku Library Head. Sebelum Bu Kathy menyerahkan kepada moderator, peserta di hibur oleh penampilan UKM Band Resonance. Acara yang dimoderatori oleh  Bapak Jimmy Ellya Kurniawan ini mengambil tema “Culture Values and Leadership Competences” dengan narasumber dari Astra International Group, Ibu Theresia Maria Ninawati, S.Psi., M.Psi. (Dept. Head Recruitment & Assessment Center Division – Astra International, Jakarta).

Di awal materi, Ibu Nina selaku pembicara mengenalkan sejarah dari Astra International Group. Astra berdiri sejak tahun 1957 dan sudah 60 tahun berdiri dan berkembang sampai saat ini. Dari awal berdiri sampai sekarang Astra sudah memiliki kurang lebih 200 perusahaan, mulai dari automotive, assurance, infrastructure logistic, property, dll. Di Astra sendiri juga memiliki culture yang dianut atau dijadikan acuan dalam menjalankan setiap pekerjaan. Culture ini disebut dengan Catur Dharma yang meliputi (1) menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara, (2) menjadi pelayan terbaik, (3) menghargai individu dan membangun kerja sama, (4) senantiasa menjadi yang terbaik. Astra bisa dikenal sampai saat ini karena dalam bertindak selalu mengimplementasikan budaya Catur Dharma dalam keseharian pekerjaan, seperti tidak bermalas-malasan, tidak malu bertanya, adanya target-target baru, tidak merendahkan orang lain, memiliki komitmen yang tinggi, memberikan pelayanan yang terbaik, dan membina kerja sama.

Oleh Fitri Mayansari (Mahasiswa magang UC Library asal UNESA)

collage

*Untuk foto-foto yang lain, silahkan klik disini

 

Talk Show ‘Liku-liku Menerbitkan Buku’ bersama Adi Kusrianto

1

Selasa lalu (4/4) bertempat di Student Lounge & Service lantai 2, UC Library melaksanakan kegiatan talkshow dengan tajuk “Liku-liku Menerbitkan Buku” bersama Bapak Adi Kusrianto. Tepat pukul 08.45, Ibu Kathy selaku Kepala Perpustakaan membuka acara talkshow serta menyampaikan maksud dan tujuan dari acara tersebut. Tepat pukul 09.00, Ibu Kathy mempersilahkan Bapak Adi Kusrianto yang juga Dosen Luar Biasa UC ini untuk mempresentasikan materi dan mensharingkan 23 tahun pengalaman yang didapat selama ini dalam dunia tulis-menulis. Dalam menyampaikan materi ini terdapat dua sesi penyampaian, dan dalam sesi pertama Bapak Adi menyampaikan materi mengenai “Bagaimana menulis untuk diterbitkan dan menjadi best seller”. Dalam materi tersebut ada empat (4) point yang harus diperhatikan yaitu (1) asal bisa menulis; (2) asal bisa jadi satu buku; (3) asal bisa terbit dan (4) asal bisa jadi best seller.

Untuk point (1) asal bisa menulis, yang dimaksud adalah menuangkan ide-ide yang terbesit dalam bentuk kata-kata. Biasanya didapat dari pengalaman baik pribadi maupun pengalaman orang lain, dari buku-buku yang sudah ada, dari berita, opini dan juga ide-ide baru dari penulis itu sendiri. Dalam menulis jangan mencari kesempurnaan terlebih dahulu, karena dengan itu akan menghambat kita untuk berkembang. Kesempurnaan akan didapat jika kita terus menurus untuk berusaha dan sering menulis. Point (2) asal bisa jadi buku, untuk tulisan menjadi buku yang harus diperhatikan yaitu ide harus lengkap, terstruktur, ada inti sari, tujuan, adanya prakata dan kesimpulan. Kriteria tersebut tidak pakem atau tidak harus karena untuk menjadi buku tidak harus ada kesimpulan karena bisa saja kesimpulan tidak ditaruh di bagian akhir tulisan, namun bisa diletakkan di tengah disetiap tulisan sudah mencakup kesimpulan. Point (3) asal bisa terbit, yang dimaksud adalah dalam menerbitkan buku memang terbilang mudah tapi juga sulit sehingga harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut siapa yang tertarik untuk membaca dan siapa yang tertarik untuk membeli, dan untuk point (4) yaitu asal jadi best seller, dimana yang dapat kita lakukan disini adalah menuangkan ide mengenai apa yang menjadi permasalahan orang saat ini, mengerti akan kriteria untuk menjadi best seller. Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa penulis yang cerdas adalah mereka yang pandai menyajikan kembali data terserak menjadi sebuah sajian informasi yang berharga.collage

Dalam sesi ke dua, Pak Adi membahas mengenai “Mengenal Peredaran Buku di Pasar Nasional”. Dalam hal ini kita dikenalkan terlebih dahulu peredaran buku yang ada di indonesia saat ini, yaitu 55% buku diedarkan di toko buku, 35% diedarkan melalui distributor maupun penjual langsung, dan 10% melalui proyek pengadaan buku baik di sekolah maupun non sekolah. Dalam peredaran buku dapat dilakukan melalui saluran distribusi selain toko buku diantaranya adalah melalui penerbit, perusahaan distributor serta penerbit dan distributor biasanya ini digunakan di bagian pemerintahan. Peran distributor yaitu untuk membawa buku dan menjual buku. Untuk beredar secara nasional, dalam menentukan harga pokok sekitar 30% dengan harga banderol. Menentukan buku yang mana yang boleh dicetak dan diterima di toko buku merupakan hak dari penerbit bukan toko buku. Untuk menerbitkan penulis harus mengirim tulisan ke penerbit dalam arti penulis menawarkan naskah ke penerbit, menerbitkan sendiri, jadi semua kegiatan adalah tanggung jawab sendiri, mulai dari mencetak, menerbitkan, biaya yang dikeluarkan, dll. Dalam hal ini kita juga diperkenalkan dengan bentuk self publishing yang mana terdapat dua bentuk yaitu membentuk offset dengan label berskala internasional dan membentuk offset dengan label berskala nasional. Dalam menerbitkan buku dengan katagori naskah (contoh buku computer) terdapat syarat yaitu penulis harus mengirim proposal dan matriks rancangan buku, dan jika buku sudah selesai, penulis harus menyertakan isi dari bagian-bagian bab. Sedangkan untuk naskah non kumputer (manajemen, novel, dll) naskah harus sudah jadi (lengkap) mulai dari cover, kata pengantar, isi bab, kesimpulan saran. Pak Adi juga mengenalkan bahwa penerbit buku akademik biasanya menggunakan penerbit Andi, Erlangga, dll.

Oleh Fitri Mayansari (Mahasiswa magang UC Library asal UNESA)

 

*Untuk foto-foto yang lain, silahkan klik disini

Movie Time: Les Saveurs Du Palais

LesSaveursDuPalais_frot_and_dormesson1

 

Les Saveurs Du Palais menjadi film yang diputar di Movie Time pada Jumat (31/3) lalu hasil kerja sama dengan IFI (Institut Français d’Indonésie) Surabaya. Acara yang dipandu oleh pak Eri dari IFI Surabaya ini memutar film Les Saveurs Du Palais/Haute Cuisine yang menceritakan tentang Hortense Laborie (Catherine Frot) seorang chef biasa yang secara tiba-tiba ditunjuk menjadi chef untuk Presiden Perancis François Mitterrand (Jean d’Ormesson). Berbagai macam hambatan mulai berdatangan saat Hortense mulai bekerja, salah satunya rekan chef senior yang iri, dan susah diajak bekerja sama. Namun dengan usaha yang optimal serta integritas yang tinggi maka Hortense dapat melewati itu semua sampai Sang Presiden pun merasa cocok dengan Hortense beserta makanan hasil racikannya.

 

Hal-hal yang dapat dipelajari dari film tersebut adalah:

  • Meskipun terdapat banyak chef-chef terdahulu yang tidak suka dengan kehadiran Hortense Laborie, tetapi Hortense menyikapinya dengan tenang serta mengorganisir kelompoknya dengan baik. Dan hasilnya pun tidak akan pernah mengecewakan. Dengan keteguhannya tersebut, Ia beserta kelompoknya dapat menghasilkan makanan-makanan yang akhirnya disukai oleh Presiden.
  • Hortense Laborie merupakan sosok yang disiplin, oleh karena itu ia juga menerapkan kedisiplinan tersebut kepada kelompoknya untuk meminimalisir kesalahan.
  • Cepat beradaptasi, hal tersebut yang terlihat dari bagaimana ia menyikapi segala masalah yang ada mulai dari perbedaan budaya dan perilaku, tuntutan yang tinggi, hingga saingan yang menginginkan dia untuk jatuh.
  • Teliti serta selalu berusaha yang terbaik, hal tersebut yang mendukung hasil yang memuaskan dalam setiap masakannya.

Oleh William Wijaya Thaha10115330 (Mahasiswa magang UC Library)

collageFoto-foto yang lain, silahkan klik disini

 

Movie Time @ UC Library: My Stupid Boss

WhatsApp Image 2017-03-22 at 13.42.15

Film dibuka dengan kepindahan nomaden wanita asal Indonesia bernama Diana (Bunga Citra Lestari) yang mengikuti sang suami, Dika (Alex Abbad) yang bekerja di Kuala Lumpur, Malaysia. Diana yang tak betah menganggur meminta bantuan sang suami menemukan pekerjaan untuknya di sana. Diana pun datang melamar ke perusahaan milik teman Dika dengan harapan tinggi. Sesama orang Indonesia, tentu akan membuat Diana cepat beradaptasi dengan calon bosnya itu. Kisah tentang Diana dan Bossnya tersebut tertuang dalam film “My Stupid Boss”, yang diputar di Movie Time at UC Library pada jumat (24/3) lalu.

Pandangan Diana berubah kala bertemu dengan sang bos. Diana pun akhirnya mulai bekerja di perusahaan tersebut walau sudah merasakan feeling tak enak sedari melamar pekerjaan tersebut. Bossman (Reza Rahardian) memiliki perilaku yang aneh bin ajaib. Ia merasa selalu benar, curiga, dan tidak percaya dengan siapapun. Bicaranya pun ceplas ceplos tanpa dipikir dulu, sangat pelit, dan memiliki aturan sendiri yang sering dilanggarnya sendiri.

Bossman memiliki prinsip bahwa BOSSMAN ALWAYS RIGHT! (Bos selalu benar) dan jika ia mengingkan sesuatu maka harus terwujud. Selain itu ia juga memiliki prinsip IMPOSIBLE WE DO MIRACLE WE TRY.

Keanehan-keanehan tersebut mulanya coba diatasi oleh Diana. Oh yah, Bossman lebih sering memanggil Diana dengan sebutan Kera… Ni. Ejaannya sengaja dipenggal sehingga terdengar seperti memanggil seekor kera. Kerani sendiri berarti kepala bagian administrasi.

Bossman, seorang lelaki kaya tapi pelit, aneh, sombong, dan tidak kenal malu. Namun, di balik segala sifat buruknya tersebut, ternyata ada kebaikan dan ketulusan yang terselip dalam dirinya.

Pada suatu hari ia mengajak Diana ke suatu daerah kumuh, di sebuah Rumah Kebajikan, atau yang dalam Bahasa Indonesia berarti Panti Asuhan. Keramahan Bossman kepada anak-anak yatim piatu, normal ataupun tidak, membuat Diana terkejut. Bossman juga bersedia merenovasi tempat itu agar layak dihuni anak-anak yatim.

Apa sih yang bisa kita pelajari dari film ini?

Pertama. Biasanya jika kita menghadapi masalah, banyak diantara kita yang akan stress dan depresi, namun apapun keadaannya jangan mau kalah karena setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, dan jalan keluar selalu punya akses untuk dilewati.  

Kedua. Selalu melihat dari sisi positif dari setiap masalah. Jangan habisin waktu kita buat mikir masalah dan hasil kejelekannya buat kita, bahkan milih balas dendam dan berbuat jahat. Wah ngeri kelanjutannya…

Melihat dari sisi positif dan mengambil hikmah tidak ada ruginya guys.. Bahkan kalau kalian gak dapet apa-apa sekalipun, waktu kalian gak terbuang sia-sia buat dendam dan apalagi sampai melakukan tindak kriminal..wah tambah ngeri..

Setiap kita gak mungkin bisa milih keadaan yang akan kita hadapi, yang bisa kita  lakuin adalah memilih melihat dari sudut apa setiap keadaan yang kita hadapi, sisi positif atau negatif?

Ketiga, jika suatu saat kita menjadi seorang ‘Boss’ jadilah bos yang jangan seperti Bossman, jadilah pimpinan perusahaan yang total dalam bekerja, memberikan system bekerja, solusi setiap masalah, dan perhatikan para pegawai yang menjadi partner kerja. Jadilah pimpinan yang bekerja dengan hati. Tirulah kebaikan dan ketulusan Bossman yang bersedia merenovasi sebuah panti asuhan agar layak dihuni anak-anak yatim. Hati yang melayani dan Integritas adalah hal yang sangat wajib dimiliki oleh seorang Entrepreneur.

collage

 

 

 

 

“Mengenal Api, Udara, dan Air” – Pengabdian Masyarakat bersama FDB

IMG_2888

 

Kali ini giliran program studi Fashion Design & Business (FDB) yang menjadi fasilitator di kegiatan Pengabdian Masyarakat di PAUD Mutiara Qolbu warga RW III Kel. Lakarsantri Kec. Lakarsantri. Masih dengan tema yang sama, “Mengenal Api, Udara, dan Air” yang Selasa (22/3) lalu menunjuk Ibu Soelistyowati dan Ibu Agnes Olivia Gondoputranto sebagai fasilitatornya.

Sekitar Pkl 09.30 wib kegiatan dimulai dengan sambutan dari Kepala UC Library, Ibu Kathy Mamahit  dan dilanjutkan oleh Ibu Soelistyowati dan Ibu Agnes Olivia Gondoputranto menyampaikan materi mengenai fungsi, manfaat serta bahaya dari air melalui layar tayangan bergambar di LCD dan dilanjutkan dengan aktivitas mewarnai gambar ikan.

collage 2

 

Foto-foto yang lain, silahkan klik di sini

i’Talk (Innovation Talk): “DisCouNT – Document Information System Communication for Entrepreneur”

1

 

i’Talk (Innovation Talk) kembali hadir pada semester ini, tepatnya pada Jumat (17/3) lalu. “DisCouNT – Document Information System Communication for Entrepreneurdiusung sebagai topik pada acara yang dimulai sekitar pkl 10.00 wib ini, dan mendapuk 2 dosen dari jurusan Accounting UC sebagai narasumber, yaitu Pak Stanislaus Adnanto Mastan, S.E., S.KOM., MSA., OCA., CPC. dan Ibu Ayu Dwidyah Rini, S.PD., M.PD.

Bertempat di Student & Service Lounge UC lantai 2, di sini para peserta belajar mengenai penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang banyak digunakan para usahawan. Kebutuhan efisiensi waktu dan biaya menyebabkan setiap pelaku usaha merasa perlu menerapkan teknologi informasi dalam lingkungan kerja. Di acara ini peserta juga mendapatkan Manfaat bagaimana Meningkatkan Efisiensi Operasional, Memperkenalkan Inovasi Dalam Bisnis, Membangun Basis Pengolahan Informasi Strategis, dan Mendukung Pengambilan Keputusan Manajerial.

Komunikasi bisa tersampaikan melalui pesan/sms, email, maupun telepon. Komunikasi bisa dalam bentuk verbal maupun non verbal. Inti dalam berkomunikasi adalah pesan yang tersampaikan harus clear dan jelas sehingga tujuan tercapai.

Jalur komunikasi bisa melalui menulis dan membaca. Komunikasi yang paling tua adalah indirect communication. Jika tidak bisa berbicara dengan baik dan sopan lebih baik tidak perlu berkomunikasi, diam saja itu sudah menunjukkan berkomunikasi (mis: lewat tatap mata, gerak badan/bahasa tubuh, dll). Komunikasi secara verbal akan lebih cepat capek dan buang waktu karena itu sangat penting terdapat Dokumentasi Informasi Sistem (DIS). Orang akan lebih suka berkomunikasi dalam bentuk gambar/ilustrasi, pesan akan langsung tersampaikan secara jelas.

Membicarakan data dan informasi dalam ilmu IT, pembuatan suatu sistem informasi berhubungan erat dengan yang namanya BASIS DATA. Basis data merupakan kumpulan berbagai data yang memiliki hubungan satu dengan yang lain. Basis data merupakan jantung dari sistem informasi tersebut. Manfaat dan tujuan dari basis data sendiri, salah satunya yaitu memudahkan dan mempercepat kita mencari atau menemukan informasi yang kita inginkan.

Setelah pemaparan materi, peserta yang berjumlah 64 orang dibagi ke dalam 5 kelompok di mana masing-masing kelompok membuat dokumentasi ALUR DALAM PERPUSTAKAAN UC berdasarkan deskripsinya di alur sirkulasi (peminjaman, pengembalian, perpanjangan, dan denda koleksi).

collage 5 collage 6

 

Foto-foto yang lain, klik di sini

 

“Mengenal Api, Udara, dan Air” – Pengabdian Kepada Masyarakat @ PAUD Mutiara Qolbu Kel. Lakarsantri

IMG_3822

UC Library kembali melaksanakan kegiatan Pengabdian Masyarakat di PAUD Mutiara Qolbu warga RW III Kel. Lakarsantri Kec. Lakarsantri hasil kerjasama dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat UC pada bulan Maret ini. Kegiatan bertajuk “Mengenal Api, Udara, dan Air” ini dilaksanakan pada hari Selasa (14/3) pagi dan menunjuk tim dari INA (Interior Architecture) – UC sebagai fasilitator.

Sekitar Pkl 09.00 wib kegiatan dimulai dengan sambutan dari Bu Laurensia Maureen Nuradhi yang mengajak adik-adik PAUD melihat video di layar LCD dan menyanyi bersama. Tampak Kepala Program Studi Interior Architecture (INA), Bu Astrid Kusumowidagdo dibantu oleh mahasiswa INA, Jessica Ellen, dan Ibu Aloysiah Ellyana ikut membantu memperagakan gerakan menyanyi yang diikuti oleh adik-adik PAUD. Setelah itu dilanjutkan dengan pemutaran video kartun mengenai asal mula terbentuknya air, udara, api beserta manfaat dan bahayanya dan dilanjutkan dengan aktivitas mewarnai.

WhatsApp Image 2017-03-14 at 11.37.12

 

Foto-foto yang lain, klik disini.

Movie Time @ UC Library: Hacksaw Ridge

hasksaw ridge

“With the world so set on tearing itself apart, it don’t seem like such a bad thing to me to want to put a little bit of it back together.”

Kalimat tersebut terucap dari seorang Desmond T. Doss, seorang tentara medikal Amerika Serikat yang selama Perang Dunia II melayani di Pertempuran Okinawa di mana ia menolak untuk memegang senjata dan membunuh orang dalam peperangan karena keyakinan yang ia anut. Kisah hidupnya tertuang dalam film Hacksaw Ridge, yang ditonton di Movie Time at UC Library pada jumat (3/3) lalu.

Film ini bercerita tentang Desmond T Doss, yang menolak untuk membunuh, tapi ia memilih untuk menyelamatkan orang di medan perang. Keyakinan dan semangat itulah yang membuat Desmond dikucilkan dan dibully rekan-rekan satu kamp-nya. Ia juga dianggap sebagai pembangkang hingga terancam hukuman penjara.

Singkat cerita, setelah melewati perjuangan panjang dan cukup pelik terbebaslah Desmond dari jerat hukum. Ia pun dapat bernapas lega karena pihak militer mengabulkan permintaannya untuk bertugas di divisi paramedis. Bidang ini adalah bidang yang sejak awal diincar Desmond saat pertama kali mendaftar menjadi tentara.

Desmond Doss terus dipandang sebelah mata, apalagi ditambah dengan postur tubuhnya yang kecil dan tak berisi. Banyak orang menilai ia tidak akan banyak berguna di medan perang. Namun siapa sangka, tugas Desmond sebagai tentara paramedis ternyata mengukir sejarah baru dalam perjalanan military di Amerika Serikat. Pria asal Virginia itu menjadi satu-satunya paramedis yang berhasil mendapatkan penghargaan tertinggi “Medal of Honour” dari pemerintah Amerika Serikat. Desmond dianggap sebagai pahlawan yang telah berjuang menyelamatkan nyawa puluhan tentara yang bertugas di medan perang. Tepatnya Desmond berhasil menyelamatkan sekitar 75 orang sendirian ditengah medan perang tanpa membawa senjata dan membunuh satupun tentara Jepang.

960

Dari film ini kita bisa belajar bahwa Keyakinan sangatlah penting untuk kita miliki. Seperti kata Desmond, “I don’t know how I’m going to live with myself if I don’t stay true to what I believe.” Dengan keyakinan kita tahu tujuan kita hidup kita dan kita tahu apa yang harus kita perjuangkan dalam kehidupan kita. Lalu bagaimana kita menjalani kehidupan kita? Just Do Our Best! Percaya bahwa kerja keras kita pasti ada hasilnya. Lakukan dengan tekun dan sungguh-sungguh. Desmond menolak memegang senjata dan memang tidak belajar memegang senjata, namun Desmond kuat secara fisik dan gesit, ia berjuang keras untuk itu.

Dan yang terpenting hubungan kita dengan Tuhan menjadi pondasi yang kuat dalam hidup kita, jangan pernah merasa sombong untuk meminta petunjuk dan kekuatan dari-Nya, seperti kata Desmond, “Please Lord, Help me get one more.”

collage

Suasana Movie Time @ UC Library: Hacksaw Ridge, pada Jumat (3/3) siang.

 

Foto-foto yang lain, klik disini.