Oleh: Jofvina Chandra
Typeface logo judul film Kung Fu Panda 4 oleh Dreamworks
(Sumber: Imdb Kung Fu Panda 4 https://www.imdb.com/title/tt21692408/mediaindex/?ref_=tt_mv_sm )
Film keluaran Dreamworks Animation yang sempat rilis dan tayang pada tanggal 6 Maret 2024 di Indonesia yang berjudul Kung Fu Panda 4 ini sempat menjadi pembicaraan di kalangan pecinta film karena akun Animation Hustle di Youtube yang mengunggah video pendek mengenai bagaimana tim animasi Kung Fu Panda 4 menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam animasi transformasi karakter antagonis baru yang bernama Chameleon yang dapat berubah-ubah bentuk menjadi karakter lain. Pada kolom komentar video tersebut banjir komen- komen yang berisi dukungan pada studio tersebut karena mereka dengan cerdik menggunakan AI sebagai bagian dari membuat sebuah karya yang disini konteksnya adalah film. Banyak orang berpendapat bahwa seharusnya seperti inilah cara seseorang menggunakan AI dalam karyanya, hanya sebagai asisten yang membantu, bukan menghasilkan karya jadi yang dibuat hanya mengandalkan AI generator. Faktanya sendiri, seorang desainer produksi film Kung Fu Panda 4, Paul Dulcan menyebut bahwa tim animasi hanya
menggunakan AI sebagai inspirasi dan referensi untuk animasi transformasi karakter Chameleon. Menurut penelusuran penulis, ditemukan konten yang menyatakan penggunaan AI pada animasi Kung Fu Panda 4 banyak memakan korban clickbait yang menyangka produksinya menggunakan teknologi AI. Judul inilah yang disebut clickbait, sering kali digunakan oleh penulis maupun pembuat konten agar karyanya dapat menarik perhatian audiens, diantara banyaknya karya yang beredar di internet maupun sosial media. Oleh karena itu, penulis atau pembuat konten biasanya akan cenderung menggunakan judul yang provokatif maupun sensasional untuk memancing rasa penasaran pembaca, seperti pada judul konten video tersebut. Namun, hal itu juga yang akan menjadi pembahasan artikel ini.
Atagonis dalam film terbaru Kung Fu Panda
(Sumber: Hasil tangkapan layar KUNG FU PANDA 4 | Official Trailer https://www.youtube.com/watch?v=_inKs4eeHiI )
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, film animasi Kung Fu Panda 4 yang dikabarkan menggunakan teknologi AI dalam produksinya ternyata hanyalah rumor maupun clickbait dari judul konten yang beredar di Internet berupa video pendek. Meskipun AI menawarkan efisiensi serta inovasi baru, namun penggunaannya masih menjadi perdebatan, terutama terkait dengan industri kreatif. Dalam konteks yang akan dibahas disini yaitu mengenai bagaimana tim kreatif Kung Fu Panda 4 menggunakan AI sebagai sebagai referensi untuk menciptakan animasi transformasi pada karakter Chameleon yang begitu indah namun juga mengerikan. Pada awalnya hal ini menjadi sebuah tantangan bagi timnya karena mereka ingin transformasinya menampilkan rasa tidak nyaman dengan nuansa mengerikan dan supernatural, seakan-akan Chameleon terlihat kesakitan maupun tidak nyaman dengan adanya perubahan yang terlihat terpaksa dilakukannya untuk mencapai keinginannya menjadi master Kung Fu meskipun badannya yang kecil. Untuk mewujudkan ini, mereka mengeksplorasi berbagai pendekatan visual, mulai dari mencari referensi dari film- film lain mengenai transformasi, hingga film lama karya Dreamworks Animation sendiri yang berjudulkan Sinbad: Legend of the Seven Seas sebagai inspirasi, namun tim animasi belum mendapatkan titik terang dari transformasi yang diinginkannya. Oleh karena itu, pada akhirnya mereka mendapatkan ide dari hasil merujuk pada video yang dihasilkan AI. Bentuk AI yang digunakan adalah video hasil pembuatan AI yang banyak beredar di internet yang dapat dengan mudahnya digunakan oleh banyak orang. Salah satu contoh AI yang maksud adalah fitur ‘Image to video’ dimana pengguna mengunggah foto yang ingin digerakkan dengan prompt AI yang diinginkan lalu gambar akan bergerak sesuai dengan tulisan yang diberikan, disinilah letak kejanggalannya dimana pergerakan yang diberikan sungguh tidak manusiawi dan terkesan mengerikan, aspek inilah yang digunakan oleh tim kreatif Kung Fu Panda 4 dalam pembuatan animasi transformasi tersebut. Paul Duncan sendiri mengaku bahwa ia dan timnya sengaja meninggalkan beberapa bagian-bagian yang terlihat rusak agar dapat memberi efek aneh dan terputus-putus (Disjointed) agar transformasi tidak terlihat terlalu mulus. Selain itu, karakter Chameleon sendiri merupakan karakter dengan titik rigging terbanyak sepanjang sejarah animasi Dreamworks Animation dengan total 8.130 titik. Rigging sendiri adalah proses pembuatan tulang-tulang virtual dalam animasi yang memungkinkan karakter untuk bergerak secara alami. Dengan jumlah kontrol yang banyak ini memungkinkan tim animasi untuk menciptakan transformasi yang kompleks karena hampir seluruh bagian tubuhnya dapat digerakkan dan diubah- ubah.
EU AI Act
(Sumber: Culture Action Europe https://cultureactioneurope.org/news/european-parliament-adopts-the-ai-act/ )
Penerapan AI seperti halnya yang digunakan oleh tim kreatif Dreamworks Animation disini yaitu AI sebatas pada tahap ideasi dan referensi visual yang dibedah sehingga dapat diaplikasikan pada animasi transformasi sebagaimana seharusnya AI dimanfaatkan di industri kreatif. Namun, diskusi mengenai peran AI dalam industri kreatif masih menjadi hal yang tabu di pandangan banyak desainer karena beberapa pihak khawatir bahwa penggunaan AI dalam industri kreatif dapat mengurangi peran manusia sebagai kreator. Kekhawatiran itu lah yang mendorong adanya undang-undang mengenai pengaturan pengembangan dan penggunaan AI di Uni Eropa. Undang-undang ini disebut European AI Act (EU AI Act) yang resmi diberlakukan pada 1 Agustus 2024 lalu. Pendekatan yang digunakan berbasis risiko, yaitu risiko minimal, risiko terbatas, risiko tinggi, dan risiko tidak dapat diterima. AI risiko minimal yaitu AI dengan risiko rendah yang tidak perlu pengawasan ketat. Berikutnya ada AI risiko terbatas yaitu AI dengan risiko menengah yang memiliki kewajiban transparansi. Selanjutnya, AI risiko tinggi yaitu sistem AI di infrastruktur vital seperti transportasi, kesehatan, penegak hukum, pendidikan dan lainnya dengan wajib melalui penilaian ketat. Yang terakhir adalah AI risiko tidak dapat diterima, yaitu sistem AI yang mengancam hak asasi manusia yang dilarang keras. Bagi desainer maupun animator yang terlibat dengan sistem AI akan berurusan dengan sistem AI risiko tinggi jika karya mereka digunakan maupun menggunakan karya dari AI yang harus memenuhi persyaratan ketat. Selain itu, dalam undang- undang ini terdapat juga pernyataan mengenai perlindungan hak cipta dimana pembuat model GPAI yaitu, model AI yang dilatih dari banyak data-data berupa ilustrasi maupun model lainnya harus menyediakan ringkasan serta dokumentasi yang dapat dipertanggung jawabkan mengenai karya yang digunakan untuk melatih model tersebut. Hal ini memberi desainer maupun pihak lainnya yang bekerja di industri kreatif untuk menjaga karya mereka agar tidak digunakan tanpa izin untuk melatih model AI. Walau begitu, Kung Fu Panda 4 sendiri dibuat sebelum adanya undang- undang demikian, namun jika undang- undang tersebut telah berlaku maka penggunaannya sebatas tahap ideasi bukan merupakan tindak pidana yang melanggar undang- undang tersebut.
Pembuatan film Kung Fu Panda 4 yang menggunakan AI hanya sebatas referensi adalah hal yang sebaiknya diterapkan bagi desainer lainnya, karena AI dapat menjadi bahan inspirasi maupun referensi yang baik jika dipergunakan dengan benar seperti penerapannya pada produksi animasi Kung Fu Panda 4. Karena semenjak adanya undang- undang European AI Act hak cipta desainer akan tetap aman dan AI model yang legal seperti Dall-E, ChatGPT, Sora, dan lain- lain dari perusahaan AI yang bernama OpenAI yang baru saja menandatangani 3 komitmen penting di perjanjian European AI Act pada tanggal 25 September 2024. Sehingga, para desainer tidak perlu khawatir hasil dari AI yang dibuat merupakan curian karya desainer lain. Inilah awal mula dimana industri kreatif akan berkembang lebih pesat karena saat teknologi AI hadir sebagai alat bantu untuk merealisasikan visual serta konsep yang lebih canggih.