
Pernahkah kamu memesan taksi online dan mendapati aplikasi tersebut sudah tahu di mana kamu ingin dijemput atau diantar? Atau mungkin saat menggunakan Google Maps, aplikasi tersebut secara otomatis memberikan rute terbaik ke tujuanmu? Semua itu adalah contoh dari kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence). Tapi, apa sih sebenarnya AI itu?
Menurut Evan Raditya Pratomo atau yang lebih dikenal dengan Paper Captain, seorang dosen Desain Komunikasi Visual dari Universitas Ciputra yang mengkhususkan diri dalam ilustrasi digital, AI adalah sistem komputasi yang dirancang untuk membuat keputusan yang biasanya dilakukan oleh manusia. Sejarah AI menunjukkan bahwa sistem ini mampu membantu kehidupan manusia dengan kecerdasan buatannya. AI dalam peta online seperti Google Maps atau aplikasi taksi online seperti Gojek dan Grab adalah contoh mudahnya. Ketika kamu memesan taksi online, aplikasi tersebut secara otomatis memberikan pilihan lokasi drop off berdasarkan riwayat pemesanan atau sinyal GPS. Luar biasa, bukan?
Perkembangan AI dan Tantangan di Industri Kreatif
Perkembangan AI tidak hanya terjadi pada aplikasi sehari-hari, tetapi juga merambah ke industri kreatif, terutama desain komunikasi visual. Evan menyebutkan bahwa hiruk pikuk AI di industri kreatif mulai ramai ketika Jason Allen memenangkan kontes “digital art” dengan visual yang dihasilkan oleh Midjourney. Kemenangan ini memicu perdebatan karena karya yang dihasilkan melalui prompting AI berhasil mengalahkan karya digital artist yang menggunakan alat gambar tradisional.
Perdebatan ini kemudian berlanjut pada sumber data yang digunakan untuk melatih AI tersebut. Banyak yang mempertanyakan apakah data yang digunakan sah dan etis, mengingat AI sering menggunakan data dari karya seniman terkenal untuk pelatihannya. Situs seperti Artstation terkena dampak besar karena AI seperti Midjourney mengambil data dari sana tanpa izin.
Namun, Evan menegaskan bahwa AI bukanlah musuh. AI dapat digunakan untuk membantu proses desain, seperti memberikan saran tentang campuran warna yang dapat menghasilkan warna hijau olive, daripada kita harus melakukan trial and error sendiri. AI dapat memudahkan kita dalam beberapa hal, tetapi hasil akhirnya tetap tergantung pada kepekaan insting seni dan tangan manusia yang melakukannya.

AI Sebagai Alat Bantu: Pendapat Christian Ang, Ph.D.
Christian Ang, Ph.D., Ketua Program Studi Desain Komunikasi Visual dari Universitas Ciputra, seorang praktisi dibidang branding, juga memberikan pandangannya tentang AI. Menurutnya, AI adalah alat, seperti teknologi lain yang muncul sebagai jawaban atas kebutuhan manusia. Pengembangan teknologi adalah pendekatan manusia untuk membantu mereka hidup lebih mudah, sama seperti penemuan roda, mesin uap, listrik, komputer, dan internet. AI adalah bagian dari kemajuan teknologi yang terus berkembang untuk menjawab masalah manusia dan memudahkan kehidupan mereka.
Haruskah Kita Takut dengan AI?
Christian menjawabnya dengan tegas, “YA, kita harus waspada, tetapi jangan gegabah dan menyangkal!” Rasa takut membuat kita tetap waspada dan beradaptasi dengan teknologi baru. Namun, ketakutan itu tidak boleh membuat kita lari dan bersembunyi. Kita harus berusaha beradaptasi dan berkembang bersama teknologi. Jika kita hanya ingin menjadi visualizer, seperti desainer atau ilustrator yang hanya membuat hal-hal estetis, AI dapat dengan mudah menggantikan peran kita.
Di sinilah mindset kewirausahaan berperan. Christian menekankan bahwa kita harus melihat ancaman AI sebagai peluang, alat untuk mengembangkan dan membawa desain kita ke tingkat yang lebih tinggi, mengoptimalkan waktu, dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Sebagai akademisi dan praktisi dalam bidang desain, kita harus siap dengan tantangan apa pun yang menanti kita di masa depan.
Menghadapi Masa Depan dengan AI
Masa depan dengan AI memang penuh tantangan, tetapi juga penuh peluang. Sebagai generasi muda, kita harus siap menghadapi perubahan dan memanfaatkannya untuk kebaikan kita. AI bisa menjadi alat yang sangat berguna jika kita tahu cara menggunakannya dengan bijak. Daripada melihatnya sebagai ancaman, mari kita lihat AI sebagai mitra yang dapat membantu kita mencapai hasil yang lebih baik dalam waktu yang lebih singkat.
Ingat, AI adalah alat yang dirancang untuk membantu kita, bukan menggantikan kita sepenuhnya. Proses desain dan kreasi masih membutuhkan sentuhan manusia yang unik dan tidak tergantikan. Jadi, mari kita sambut AI dengan pikiran terbuka dan kreatifitas tanpa batas. Siapa tahu, mungkin AI akan menjadi sahabat terbaik kita dalam menciptakan karya-karya yang luar biasa di masa depan!


