BY JOSANDA PUTRA
DECEMBER 20, 2023
Olivia Rodrigo on iHeartRADIO (Larissa Hofmann, 2023).
Source: https://www.iheartradio.ca/news/olivia-rodrigo-breaks-down-her-new-single-vampire-1.19843273
Penyuka lagu barat pasti sudah tidak asing lagi dengan penyanyi cantik asal Amerika Serikat, Olivia Rodrigo. Pada usianya yang baru berkepala dua, ia sudah memenangkan tiga dari 13 nominasi GRAMMY Awards dalam dua tahun terakhir. Sebuah pencapaian yang luar biasa bagi seorang pendatang baru dalam industri musik. Olivia memiliki potensi yang besar dan didambakan menjadi ikon Pop generasi berikutnya.
Seiring perkembangan industri musik yang terus berevolusi, video merupakan media yang sangat berperan untuk menggambarkan makna dari sebuah lagu. Para musisi memiliki gaya tersendiri untuk memvisualisasikan video mereka, mulai dari style, konsep, alur, properti, mood, warna, dan estetika. Seperti penyanyi papan atas lainnya, Olivia juga tidak luput untuk membuat video yang tidak hanya mengekspresikan lagunya, namun juga menentukan “personal branding-nya” sebagai seorang penyanyi.
Uniknya, evolusi yang berkembang terasa seperti terbalik. Olivia mengambil langkah untuk menghidupkan kembali estetika 90an pada musik videonya. Sebuah era yang tidak pernah dialami olehnya, namun ia terinspirasi untuk mengangkat gaya visual masa tersebut. Apa yang membuatnya mengadaptasi estetika jadul tersebut? Mengapa ia ingin mengangkat kembali era masa muda orang tuanya? Lalu, apa hubungannya dengan fenomena anemoia? Yuk, simak lebih lanjut!
Penyanyi keturunan Filipina tersebut sudah berkecimpung dalam dunia hiburan sejak berusia lima tahun. Ia gemar bernyanyi dan sudah bisa menulis lagu pertamanya pada usia 9 tahun. Selain bernyanyi, Olivia juga mendalami dunia akting yang mana ia mengawali karirnya pada periklanan dan perfilman. Ia membintangi film-film Disney seperti Bizaardvark dan High School Musical: The Musical: The Series. Dapat dikatakan bahwa Olivia merupakan seorang penampil yang sudah terbiasa berlakon di depan kamera dan di hadapan ribuan penonton.
Pada tahun 2020, Olivia menandatangani kontrak dengan Geffen Records dan Interscope Records. Ia memulai karir musik solonya di usia 17 tahun. Setahun kemudian, ia meluncurkan single pertamanya berjudul “drivers license”. Lagu debutnya membuat karirnya meroket seketika, menempati posisi teratas di Spotify dan Billboard Hot 100 hanya dalam kurun waktu seminggu. Hingga Desember 2023, musik video yang diunggah di YouTube hampir meraih 500 juta penonton. Sekarang, penyanyi berusia 20 tahun itu sudah meluncurkan dua album yang berjudul, “SOUR” dan “GUTS”. Kedua album tersebut membawa kesuksesan dan menunjukkan tren positif bagi karirnya.
Olivia kerap merilis musik video untuk beberapa lagu dari albumnya. Ia konsisten mengadaptasi estetika yang hampir berusia 30 tahun tersebut, lebih spesifiknya estetika 90s grunge. Ketika ditanyakan mengenai gaya estetikanya, Olivia mengemukakan bahwa ia menyukai hal-hal yang bernuansa 90an, “I really love 90s sort of…grungy things…PJ Harvey Style…, I love Alexa Chung’s style…”, jawabnya pada saat wawancara dengan WIRED. Ia melengkapi masa kecilnya dengan mendengarkan lagu-lagu rock favorit orangtuanya, seperti No Doubt, Pearl Jam, The White Stripes, dan Green Day, yang bisa menjadi alasan obsesinya dengan 90an.
drivers license
Drivers license music video (2021). Source https://youtu.be/ZmDBbnmKpqQ
Musik video pertamanya, “drivers license” mengadaptasikan lebih banyak unsur modern daripada unsur 90an. Lagu ini bertemakan “teenage heartbreak”, Olivia menggambarkan dirinya sedang mengemudi ke pinggiran kota di malam hari sembari menangisi kenangan dengan mantannya. Ia bekerjasama dengan sutradara, Matthew Dillon Cohen. Proses pengambilan video terletak di rumah bernuansa mid-century modern, parkiran tua, dan jalan raya kosong. Terdapat sebuah efek menarik berupa proyeksi layar yang dipaparkan ke punggung Olivia dan seluruh ruangan, berisikan tulisan dan beberapa video amatir kabur. Unsur 90an dapat terlihat dari warna yang sedikit pucat dengan tone keunguan. Selain itu, Olivia mengendarai Mercedes-Benz 450 SL, mobil tua yang diproduksi pada tahun 1970-1980an yang juga merupakan mobil impiannya, “my dream is to have a vintage Mercedes, and so that’s what I’m driving in this video and it’s literally so stunning,” ujarnya pada video Behind The Scenes pembuatan “drivers license”. Tidak lupa juga, terdapat beberapa rekaman menyerupai kamera handycam lama yang beresolusi rendah dan noisy.
Setelah kesuksesan besar single debutnya, Olivia kembali merilis single kedua dan ketiganya berjudul, “deja vu” dan “good 4 u” yang kembali menggunakan elemen 90an dengan tone keunguan. Dalam video “deja vu”, ia mengendarai mobil Mercedes convertible tua yang berbeda jenis, yaitu SL W113, yang diproduksi pada tahun 1960an. Pada video tersebut juga terdapat properti kumpulan TV tabung. Tidak lupa juga dengan efek-efek VHS dan glitch yang menunjukkan sekilas nuansa jadul.
good 4 u
Good 4 u” music video (2021). Source: https://youtu.be/gNi_6U5Pm_o
Penggunaan elemen 90an baru terlihat sepenuhnya pada single “good 4 u”. Olivia, dengan sutradara Petra Collins, mengambil inspirasi tema “90s cult feminist horror movies”. Dari detik pertama, rasio layar berukuran 4:3 yang menyerupai ukuran TV tabung digunakan. Dapat dikatakan bahwa ini merupakan video pertamanya yang secara mood and look, hampir seluruhnya meniru tampilan pada tahun 90an. Mulai dari ukuran TV, warna retro keunguan, efek kamera jadul, dan lain-lain. Setiap elemen saling melengkapi untuk menciptakan tampilan vintage 90an.
Namun, ada satu hal yang cukup menarik perhatian. Pada 40 detik pertama, ada sebuah smartphone berupa Samsung Z Flip yang digunakan Olivia untuk mengaca, dan ada dua orang yang menggunakannya untuk merekam. Perangkat yang dirilis tahun 2020 ini bisa menjadi sebuah easter egg mengingat flip phones yang pernah populer pada era tersebut hingga tahun 2000an.
brutal
brutal music video (2021). Source: https://youtu.be/OGUy2UmRxJ0
Sebuah honorable mention bagi salah satu lagunya, “brutal” yang mengadaptasi tema Y2K. Secara fesyen dan visual, musik video ber-genre lagu pop punk/alternative rock mengangkat 2000s punk dengan mengambil referensi game 8-bit, gaya berpakaian artis pop tahun 2000an, serta film “The Fifth Element” (1997), yang menjadi inspirasi wig bob hairstyle dan tone warna video.
GUTS
GUTS album fanmade cover, by Josanda.
Apakah gaya 90an berhenti pada album pertamanya? Tentu tidak! Olivia kembali bekerjasama dengan Petra Collins dan diimplementasikan pada single “vampire” dan “bad idea right?” pada album keduanya, “GUTS”. Pada pandangan visual dan storytelling, album ini mengadaptasi gaya industri perfilman 90an Hollywood dan melibatkan lebih banyak pemeran dalam skenario videonya. Video di album ini banyak menggunakan tone netral. Warna khas ungu Olivia lebih banyak diaplikasikan pada properti yang digunakan daripada mood and look.
vampire
Vampire music video (2023) Source: https://youtu.be/RlPNh_PBZb4 ; Pemeran Twilight, Kristen Steward sebagai Bella (2008) Source: Summit Entertainment.
“Vampire” merupakan kelanjutan dari “good 4 u”. Pada akhir video “good 4 u”, Olivia sedang berjalan ke dalam hutan gelap yang mengarah ke sebuah danau. Ia kemudian berendam di sana, dengan bulan sebagai satu-satunya sumber cahaya. Kemudian, pada awal video “vampire”, terdapat refleksi cahaya bulan yang tersamar di danau.
Video ini diklaim memiliki banyak referensi dari film “Twilight”. Olivia kerap mengisyaratkan film tahun 2008 ini di media sosialnya dan merekreasikan beberapa adegan ikonik dari film tersebut. Dari sisi cerita, Olivia mengeluh mengenai seseorang yang manipulatif yang telah mengubah hidupnya menjadi hancur karena cinta. Ia menganalogikan “vampire” di mana Edward (laki-laki vampir) mengubah Bella (karakter perempuan utama) menjadi vampir di film “Twilight”. Secara visual, ukuran 4:3 kembali digunakan seolah sudah menjadi standar utama. Ditambah dengan efek VHS atau kamera jadul yang diselipkan pada beberapa shot yang juga sering digunakan pada video-video sebelumnya. Meskipun mengangkat referensi dari film 2000an, musik video tetap menggunakan elemen 90an yang sudah menjadi ciri khas musik video penyanyi ini.
bad idea right?
Bad idea right? Music video (2023). Source: https://youtu.be/Dj9qJsJTsjQ
Musik video “bad idea right?” memiliki visualisasi estetika 90an terkuat dibandingkan video-video sebelumnya. Banyak penonton sangat merasakan nostalgia lagu alternative rock ini, dan menuai banyak komentar positif di YouTube:
“90’s vibes are strong!!!!” (@JordenTually)
“Never heard her stuff, but this screams the 90’s so hard it’s actually amazing. The creative level is there!” (@Anlazo)
“The story telling fits with the music and lyrics. It’s giving late 90’s Romcom vibe which is a lot of fun. This music is giving pure nostalgia and fresh at the same time.” (@jwinterph)
Siapa sangka alur dan visual video ini bisa mengingatkan kembali kepada film-film romantic comedy 90an? Lagu ini menggambarkan Olivia, remaja yang sedang berada di sebuah pesta rumah dengan teman-temannya, tiba-tiba diajak mantannya untuk berkunjung ke tempatnya. Teman-temannya melarangnya karena merupakan ide buruk, namun ia tetap bersikeras menemuinya.
Pada pembukaan video, terdapat dua mobil klasik yang diduga merupakan Chevrolet Camaro 1980/90an dan pick-up GM yang tidak diketahui jenisnya. Keberadaan dua mobil tersebut langsung membawa penonton ke suasana 90an secara instan dengan ditambahnya rasio TV jadul, 4:3. Kemudian, terdapat sebuah Ford F-series tahun 1992 di pertengahan video saat Olivia sedang menumpang untuk pergi ke tempat mantannya secara diam-diam.
(2023). Source: TeenVOGUE; Instagram/ Danielle Goldberg
Dilansir dari teenvogue.com, musik video ini diduga mengambil inspirasi dari dua film rom-com 90an. Adegan pesta rumah terinspirasi dari film “Can’t Hardly Wait” (1998), yang mana sejumlah remaja mengadakan sebuah pesta untuk merayakan kelulusan mereka. Sementara, pakaian Olivia terinspirasi dari film “Empire Records” (1995), yang diadaptasi dari Corey Mason, karakter utama film tersebut. Kedua film ini menjadi dugaan kuat karena unggahan seorang celebrity stylist, Danielle Goldberg, yang mengunggah sebuah story berupa moodboard bertuliskan “90s mood board of my dreams”, yang memampangkan screenshot kedua film tersebut dengan adegan pesta rumah dalam video Olivia.
Gen-Z dan Estetika 90an
Penyanyi kelahiran 2003 ini memiliki ketertarikan mendalam dengan estetika 90an. Ia tertarik dengan era yang ia sendiri tidak pernah alami. Ketertarikan ini tentu disebabkan oleh pengaruh lingkungannya. Lagu-lagu rock kesukaan orang tuanya menjadi awal mula terumbang-ambingnya Olivia dengan dunia 90an sejak masa kecil.
Tidak hanya Olivia, terdapat sejumlah penyanyi pop muda satu generasinya yang menerapkan estetika visual yang serupa, seperti NewJeans, NIKI, Tate McRae, dan banyak lagi. Aneh, bukan? Mereka terlahir di periode yang berbeda namun mereka seakan memutar balikkan waktu, bernostalgia ke masa TV tabung dan VHS dalam dunia hiburan yang semakin maju dan serba modern ini.
Para peneliti dan psikolog dari perguruan tinggi ternama di dunia telah menemukan sebuah keunikan pada fenomena nostalgia yang sedang dialami kalangan Gen-Z. Rupanya, ada yang lebih luas lagi dari hanya sekedar fenomena nostalgia, yaitu fenomena “anemoia”.
Apa itu anemoia? Mengapa dan bagaimana fenomena anemoia bisa terjadi? Apakah Olivia dan penyanyi Gen-Z lainnya mengalami anemoia? Tetap membaca, yuk!
Anemoia
Diterjemahkan dari Cambridge Dictionary, “nostalgia” adalah perasaan senang/puas dan sedikit sedih ketika memikirkan hal-hal yang terjadi di masa lalu. Perasaan kerinduan ini cenderung terjadi karena ketidakpuasan terhadap masa kini. Nostalgia juga dapat menambal perasaan kesendirian dan kecemasan.
Sebuah wawancara dilakukan oleh sekelompok mahasiswa Universitas Chicago (2022) yang menerbitkan sebuah Zine seri “Future Café: Post-X” edisi ke-3 berjudul “Anemoia”. Beberapa mahasiswa mengungkapkan mereka merindukan bersenang-senang secara spontan. Hal itu perlahan menjadi monoton karena seiring mereka bertumbuh, mereka semakin memahami resikonya. Kespontanan dan kepolosan itulah yang mereka rindukan. Bahkan, seorang mahasiswa mempertanyakan, “did we learn to walk better or we just have less fun?”
Para psikolog menyadari ada dua macam nostalgia, yakni “anticipated” dan “anticipatory” nostalgia. Menurut Wing Yee Verbon Chun dari Universitas Winchester, “anticipated nostalgia” adalah keadaan di mana seseorang masih memiliki sesuatu, namun ia mengimajinasikan kerinduan bila hal itu telah tiada di masa depan.
Menurut Krystine Batcho dari Le Moyne College Syracuse, New York, anticipatory nostalgia adalah kerinduan terhadap sesuatu yang masih ada, namun akan merasakan kesedihan bahwa sesaat lagi hal itu akan tiada. Sebagai contoh, peristiwa yang dapat memicu anticipatory nostalgia adalah saat anggota keluarga dari jauh yang akan pergi setelah menjenguk, sehingga akan merasakan perasaan kerinduan dan kesedihan.
Namun, Prof. Felipe De Brigard dari Duke University membantah bahwa nostalgia lebih dari sekedar memori dari pengalaman lampau seseorang. Nostalgia juga bisa terjadi karena sesuatu yang tidak dialami, yang disebut “anemoia”.
Menurutnya, anemoia bisa dipengaruhi oleh eksistensi media, cerita, dan propaganda dari masa lalu. Dalam kata lain, nostalgia dan anemoia terpicu oleh “sensory stimuli”, seperti melodi lagu, bau makanan, pemandangan, dan rasa yang dialami yang membawa perasaan senang dan rindu.
Anemoia tidak sepenuhnya mengingat memori yang terjadi, melainkan otak seseorang akan membuat sebuah simulasi fantasi dari hal-hal yang berkesan di masa lalu. Sehingga, otak kita mengimajinasikan bagaimana rasanya bila kita berada langsung di tempat atau periode itu.
Apakah Olivia Mengalami Anemoia?
Dapat dikatakan bahwa Olivia Rodrigo dan sejumlah artis ternama lainnya berkeinginan untuk mengingat dan menghidupkan kembali gaya kehidupan pada era 1990an hingga 2000an awal dalam musik videonya. Mulai dari gaya berpakaian, properti yang digunakan, serta visual yang menggambarkan era lampau tersebut. 90an memiliki aura dan ciri khas tersendiri sehingga kalangan Gen-Z ingin memposisikan diri mereka pada era itu.
Pemeran Bizaardvark tersebut tidak pernah mengatakan ia tidak puas dengan lingkungannya saat ini atau pun bahwa ia terkena anemoia. Namun ia tentu menemukan kepuasan dan kesenangan untuk mendalami estetika jadul tersebut. Terlebih lagi, ia tidak pernah melupakan untuk mengaplikasikan unsur modern pada musik videonya mengingat perkembangan zaman yang tidak bisa dihindari. Estetika yang dipilihnya juga membawa ciri khas tersendiri untuknya dan penyanyi muda satu generasi dengannya.