Pertentangan Game Troublemaker : Penuh Kontroversi dan Diskusi

Game Indonesia yang mengangkat tentang sesuatu hal yang sangat penting dan menakutkan dalam setiap hidup orang-orang : Sekolah Menengah Atas atau yang sering disebutkan dengan SMA, yang bernama Troublemaker.  Salah satu game yang dikembangkan oleh Gamecom Team dan diterbitkan oleh Freedom Games, resmi rilis pada tanggal 31 Maret 2023 lalu. Troublemaker mengambil genre adventure, action, single-player, education dan beat-’em-up serta game tersebut dapat diakses melalui platform Steam, Epic Games, GOG, dan XBOX.

Gambar 1.1. Salah satu Cutscene dalam game Troublemaker

Game tersebut terinspirasi dari game beat-‘em-up klasik atau yang sering disebut dengan brawlers. Beat-‘em-up merupakan sejenis genre yang menampilkan pertarungan tangan kosong atau jarak dekat antara karakter utama dengan beberapa karakter lawan atau musuh. Gameplay untuk genre game klasik tersebut sangat sederhana, hanya menghancurkan musuh sebelum babak selanjutnya dimulai. Game beat-’em-up biasanya memiliki bentuk 2D side-scrollers, tetapi beberapa game telah mengalihkan ke 3D yang memberikan lebih banyak musuh, seperti game Troublemaker.

Troublemaker mengangkat kisah mengenai anak SMA yang bernama Budi, sebagai siswa pindahan di salah satu SMA terbaik di Indonesia. Budi, karakter utama, harus berjuang untuk bisa menjadi teratas dalam rantai sosial melalui turnamen pertarungan antar siswa tahunan di sekolah tersebut. Turnamen tersebut diberikan nama “Raise Your Gang

Tidak hanya karakter utama yang akan berjuang sendirian, tetapi ada teman-temannya yang akan selalu membantu. Terdapat Rani, sang ketua kelas, yang memberikan ilmunya. Zaenal, dengan kekuatannya dan Bobby sebagai Bobby. Mereka siap menghadapi tantangan di SMA untuk meningkatkan popularitas di sekolahnya, melakukan berbagai pekerjaan rumah, dan mempelajari apa arti kehidupan di SMA abad ke-21. Beberapa karakter lainnya, terutama karakter misterius akan berinteraksi dengan mereka, jadi tidak hanya karakter utama dan musuh yang akan mendapatkan sorotan.

Game Troublemaker juga memiliki cerita yang unik dengan pertarungan menggunakan berbagai kombo. Mekanisme dari pertarungan tersebut yang membuatnya menjadi unik, yang dapat membuat pemain lebih bisa puas saat mengalahkan musuh dengan kombo. Alur ceritanya mudah dimengerti dan ada kemungkinan untuk relevan dengan masyarakat Indonesia, hal tersebut juga menjadi nilai tambah dari game Troublemaker. Tidak hanya cerita kehidupan sekolah, tetapi Troublemaker mengangkat permasalahan yang ada dan masih terjadi di sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Game tersebut mengkritik mengenai pendidikan Indonesia di dalam cerita gamenya, misalnya dimana adanya satu karakter yang menjadi minuman keras di kantin sekolahnya atau disaat ayah dari karakter utama menceritakan bahwa anak sekolah yang memiliki kecerdasan secara teoritis akan selalu dipandang lebih baik dan menjadi anak emas guru, tetapi banyak anak yang memiliki bakat di luar akademis akan dipandang jelek ataupun berbeda dari anak yang memiliki bakat di bidang akademis.

Namun sebelumnya, game Troublemaker menuai pro-kontra dari segi cerita, perkataan dan lainnya yang membuat berbagai pertentangan yang berlangsung di komunitas pemainnya. Berikut merupakan beberapa pertentangan yang terjadi dari dalam game Troublemaker :

  1. Kata-Kata Kasar Setiap Detiknya

Banyak pemain mengkritik mengenai terlalu banyak kata-kata kasar setiap detiknya di dalam game. Hal tersebut dapat dilihat dari nama sekolah dan banyaknya perkataan kotor saat interaksi dengan Non-Playable Character.

Developer game telah mensensor perkataan kasar tersebut, tetapi perkataan kasar tersebut terlalu banyak hingga setiap kali suatu karakter berbicara, selalu ada perkataan kasar,. Karena hal tersebut, game Troublemaker tidak cocok untuk anak-anak kecil yang dibawah umur.

Gambar 2.1. Visual text box (percakapam) di Troublemaker dengan kata kasar

  1. Perubahan Nama Hanyalah Sebuah Strategi dan Pelarian

Pada saat demo game Troublemaker, nama game tersebut merupakan Parakacuk, yang berarti pembuat masalah. Parakacuk dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, tetapi sangat susah dikenal di kalangan luar, hal tersebut dikarenakan penamaan judul yang sangat susah diucapkan. Melihat hal tersebut, Josevina Gaby, Community Manager Gamecom team, mengubah nama judulnya menjadi Troublemaker sehingga dapat dinikmati oleh pemain non-Indonesia.

Hal tersebut tidak terhenti disana, perubahan nama tersebut diduga untuk meluaskan target pasar game Troublemaker secara internasional dan adanya ketidaksesuaian dengan etika serta norma sesuai standar masyarakat. Seringkali penggantian nama merupakan pemasaran dan re-branding untuk menarik masyarakat dalam memainkan game tersebut.

  1. Kritik Pedas yang Menimbulkan Pertentangan

Game Troublemaker mengangkat cerita kehidupan SMA dan  masalah mengenai sistem pendidikan di Indonesia, salah satunya merupakan tekanan secara akademis, ketidaksetaraan dalam pengakuan bakat di luar akademis dan lainnya. Berdasarkan data dari Worldtop20.org, Indonesia berada di urutan ke-67 dari 203 negara pada tahun 2023. Hal tersebut terjadi karena adanya kurikulum yang terlalu kompleks dan selalu berganti-ganti, pendidikan yang kurang merata antara daerah, rendahnya kualitas guru, metode pembelajaran yang tidak berinovasi, dan kurangnya pendidikan mengenai karakter serta sikap sejak dini, sehingga banyak anak-anak sekolah mulai tertekan dan membenci pendidikan.

Kritik pedas terhadap institusi pendidikan sering memicu perdebatan, tetapi bisa menjadi salah satu hal positif untuk merubah sistem pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan saat ini tetap membutuhkan sebuah refleksi dan perencanaan untuk mengubah menjadi lebih baik kedepannya. Game tersebut memberikan edukasi untuk memberikan kesadaran ataupun kepedulian kepada pemainnya dari pengamatan atau pengalaman pada perspektif mengenai sistem pendidikan di Indonesia.

  1. Konten yang Hanya Untuk Dewasa

Game Troublemaker mengklaim memiliki konten bermuatan dewasa, seperti kekerasan terhadap remaja, perkelahian remaja, narkoba, bunuh diri dan kata-kata kasar. Banyaknya konten dewasa akan mempengaruhi batasan usia untuk memainkan game tersebut. Menurut seorang peneliti bernama Ferguson (2009), beliau pernah menyampaikan bahwa game dengan konten dewasa dapat menyebabkan kerusakan fisik dan mental yang signifikan. Salah satunya adalah, sering berkata kasar.

Adanya banyak konten dewasa membuat pemainnya harus memiliki batas umur yang cukup, tetapi di game tersebut belum adanya rating batasan usia. Developer game telah mendeskripsikan konten akan berupa konten dewasa yang terletak di bawah deskripsi game. Belum ada rating dari ESRB yang memiliki kepanjangan dari Entertainment Software Rating Board. Konten yang bersifat dewasa pada game yang belum di rating memberikan banyak pertentangan, terutama di komunitas game Troublemaker itu sendiri. Walaupun demikian, banyak pemain membuat hal tersebut menjadi meme atau lelucon pada komunitas game Troublemaker.

Game Troublemaker mungkin memiliki berbagai pertentangan yang dapat ditemukan saat bermain game tersebut, walaupun begitu hal tersebut bisa menjadi suatu keunikan dan edukasi mengenai masalah yang pernah atau sedang dihadapi saat ini. Troublemaker tidak hanya sekedar game beat-‘em-up ataupun persahabatan antara Budi dengan kawan-kawannya, tetapi sebuah kesadaran akan masalah yang sedang dialami oleh banyak orang.

Sekian dari 4 pertentangan yang terjadi dari dalam game Troublemaker. Meskipun penuh dengan pro dan kontra, game Troublemaker dapat memberikan sebuah refleksi untuk komunitasnya mengenai sistem pendidikan di Indonesia yang hingga sekarang belum ada perubahan yang dapat berdampak.

Referensi :

MasterClass. (2022). “Beat ’Em Up Video Games: 8 Notable Beat ’Em Up Video Games”. MasterClass. https://www.masterclass.com/articles/beat-em-up-games-guide

Ramadhana, Fafli. (2022), “Indonesian Troublemaker Game Demo Has Arrived on Steam!”. VCgamers. https://www.vcgamers.com/news/en/game-indonesia-troublemaker/

Steam. (2023). https://store.steampowered.com/app/1498740/Troublemaker/

Prasasti, Giovani Dio. (2023). “Game Lokal Troublemaker Rilis, Cek Harga dan Spesifikasi PC Buat Memainkannya”. Liputan6. https://www.liputan6.com/tekno/read/5249329/game-lokal-troublemaker-rilis-cek-harga-dan-spesifikasi-pc-buat-memainkannya?page=4

Reza. (2023). “7 Fakta Menarik Game Troublemaker, Buatan Indonesia yang Dinantikan”. SUKABUMI. https://www.sukabumiupdate.com/game/117124/7-fakta-menarik-game-troublemaker-buatan-indonesia-yang-dinantikan

Saputro, Panji. (2022) “Game Lokal Parakacuk Ganti Nama Jadi Troublemaker, Ini Alasannya”. detikinet. https://inet.detik.com/games-news/d-6178450/game-lokal-parakacuk-ganti-nama-jadi-troublemaker-ini-alasannya

Zarawaki, Nisa Meisa. (2023). “Peringkat Sistem Pendidikan Dunia 2023, Indonesia Ranking Berapa?”. IDN TIMES. https://www.idntimes.com/life/education/nisa-zarawaki/peringkat-pendidikan-dunia2023?page=all

Nurhuda, Hengki. (2022). “MASALAH-MASALAH PENDIDIKAN NASIONAL; FAKTORFAKTOR DAN SOLUSI YANG DITAWARKAN”. https://stai-binamadani.e-journal.id/jurdir/article/download/406/314/

Martriana. (2021). “Games Online dan Konten Kekerasan”. https://sisdam.univpancasila.ac.id/uploads/berkas/penelitian/penelitian-033003760609092021071547.pdf

Aprillia. (2023). “19 Dampak Game Online dari Sisi Positif dan Negatif”. Orami. https://www.orami.co.id/magazine/dampak-game-online?page=all

Ferguson, Christopher. (2009). “Research on Effect on Violent Video Games: A Critical Analysis, Social and Personality Psychology Compass”.

Artikel lain