Innovation of Clinical Learning Procedure in Pandemic Era

Balancing Safety and Competence

 

Pada tanggal 24 April 2021, Fakultas Kedokteran Universitas Ciputra Surabaya dipercaya menjadi menjadi penyelenggara pertemuan ilmiah tentang inovasi pendidikan kedokteran di masa pandemi. Pertemuan ini digagas Badan Komunikasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Perguruan Tinggi Kristen Indonesia (BK-FKIK-PTKI), karena adanya kebutuhan untuk saling berbagi informasi dan diskusi mengenai langkah solutif pelaksanaan pendidikan profesi dokter, ditengah tantangan menjaga keselamatan mahasiswa dan tetap mencapai Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI).

Webinar diisi dengan pembicara dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (FK UKI), Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (FK UKDW), Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Krida Wacana (FKIK Ukrida), Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen (FK UHN), Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha (FK UKM), Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia (FK UMI), Fakultas Kedokteran Universitas Ciputra (FK UC), dan dibuka untuk umum, sehingga peserta dari institusi pendidikan profesi lain juga bisa mendapatkan manfaat dari informasi yang dibagikan tanpa berbayar. Acara juga mendapatkan akreditasi dari IDI Wilayah Jawa Timur.

[vc_single_image image=”1371″ img_size=”medium” alignment=”center”]
[vc_single_image image=”1372″ img_size=”medium” alignment=”center”]
[vc_single_image image=”1373″ img_size=”medium” alignment=”center”]
[vc_single_image image=”1374″ img_size=”medium” alignment=”center”]
[vc_single_image image=”1375″ img_size=”medium” alignment=”center”]

Acara dengan dibuka oleh Dr. dr. Hudi Winarso, M.Kes., Sp.And.(K). sebagai ketua panitia dan dekan FK UC. Beliau menyampaikan apresiasinya atas kesediaan para pembicara untuk mau bergabung dan saling berbagi informasi untuk kemajuan pendidikan kedokteran di Indonesia. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Prof. Dr. dr. Mardi Santoso, Sp.PD., KEMD., DTM&H sebagai ketua BK-FKIK-PTKI

Pembicara pembicara pertama, Dr. dr. Robert Hotman Sirait, Sp.An., dekan FK UKI, beliau memaparkan perjalanan FK UKI berdamai dengan COVID-19. FK UKI membawa peraturan pemerintah, masukan dari mahasiswa dan orang tua dalam konsiderasi terkait pengambilan keputusan. Pada awal PSBB, seluruh pembelajaran diselenggarakan secara daring. Saat PSBB akan berakhir dan diberlakukan new normal, disebarkan kuisioner pada mahasiswa dan orang tua mengenai metode pembelajaran luring. Hasil survei menunjukan sekitar dua per tiga mahasiswa dan orang tua setuju untuk kembali luring. Maka pada masa new normal dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), pembelajaran profesi diselenggarakan secara blended, 40% daring dan 60% luring. Kuisioner tersebut sekaligus menjadi metode pengambilan data untuk publikasi mengenai persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran jarak jauh. Selain perubahan dalam pelaksanaan kurikulum, diterbitkan juga buku panduan tatanan kehidupan kenormalan baru. Tantangan lain adalah dari sepertiga mahasiswa yang tidak setuju melayangkan pengaduan hingga ke Presiden dan kementerian Pendidikan dan kebudayaan RI. Walaupun ada tantangan dan pembatasan kegiatan, terjadi peningkatan tren IPK mahasiswa pendidikan profesi dokter dan tingkat kelulusan CBT UKMPPD.

Pembicara selanjutnya, dr. Charles Siahaan, Sp.OG., sebagai wakil dekan tiga FK UC. Beliau menyampaikan empat aspek inovasi yang dijalankan pada program Pendidikan profesi dengan bekerjasama dengan koordinator pendidikan rumah sakit pendidikan utama (RSPU). Koordinasi erat dengan RSUD Dr. M. Soewandhie dilakukan sejak tahun 2017 dan semakin intens pada tahun 2019/2020. Tahun ajar 2020/2021 adalah tahun pertama adanya mahasiswa profesi. Sehingga tim perlu melakukan inovasi dalam proses pembelajaran yang telah dirancang. Senada dengan FK UKI, pada awal pandemic, seluruh pendidikan berjalan secara daring. Inovasi kedua ini dilakukan dengan meninjau ulang target pembelajaran yang wajib dicapai oleh mahasiswa saat pembelajaran online dan offline dan perhitungan jam pembelajaran dari masing-masing kegiatan sehingga kompetensi mahasiswa tetap tercapai. Dirumuskan juga alur mahasiswa sehingga perjalanan rotasi daring-luring dan transisinya bisa berjalan lancar. Inovasi ketiga mengenai pelaksanaan proses pembelajaran, dari sisi sarana-prasarana, dilakukan upgrading jaringan IT dan pemugaran ruangan RSPU untuk mendukung pembelajaran daring. Evaluasi akhir mahasiswa tetap dilaksanakan dengan OSCE, OSLER dan DOPS, dengan reviewer. Inovasi terakhir mengenai keselamatan mahasiswa, dilakukan vaksinasi dan pemeriksaan PCR pada seluruh peserta didik serta pembekalan dengan APD level 2.

Acara dilanjutkan oleh dr. Hariatmoko, Sp.B., FINACS, sebagai wakil dekan bidang akademik dan sekaligus ketua program studi profesi dokter FK UKDW. Beliau menyampaikan penyesuaian pelaksanaan pembelajaran klinis di masa pandemic, dimana jaga malam, dan stase IGD ditiadakan. Jadwal jaga dirotasi sehingga mengurangi kerumunan, bedside teaching tetap dilakukan selama memungkinkan, dan bimbingan dengan dosen pembimbing klinis (DPK) seperti bimbingan, tutorial klinik, presentasi kasus dan jurnal reading diarahkan menjadi tatap maya. Inovasi yang dilakukan adalah penggunaan Genose sebagai metode skrining. FK UKDW membeli secara mandiri sehingga pemeriksaan skrining gratis bagi mahasiswa profesi dan karyawan. Kendala yang dihadapi adalah terbatasnya akses kasus gawat darurat, perlunya waktu untuk memberikan pelatihan pada DPK untuk pembelajaran daring dan menerima mahasiswa profesi, serta masalah transportasi mahasiswa dari luar kota/daerah menuju kampus. dr. Hariatmoko menyampaikan, pandemi meningkatkan fleksibilitas waktu pertemuan dan memicu penggunaan teknologi, serta merekomendasikan untuk menyesuaikan kegiatan pembelajaran daring dan/atau luring dengan tujuannya, sehingga lebih efisien dan bermanfaat.

Eva Oktavia, Sp.An., ketua program studi profesi dokter dari FKIK Ukrida, memaparkan rangkaian koordinasi yang dilakukan dalam prodi mengambil keputusan. Dipetakan masalah-masalah yang ada dari sisi institusi pendidikan, regulasi pemerintah, masukan orang tua dan mahasiswa, serta rumah sakit pendidikan. Proses pembuatan kebijakan memerlukan koordinasi dan proses penerimaan dari stakeholders. Kebijakan yang dibuat adalah protokol keselamatan mahasiswa, persiapan rumah sakit pendidkan, protokol belajar mengajar, dan persiapan mahasiswa. Dilakukan orientasi pembelajaran daring untuk mahasiswa dan pemaparan alur komunikasi serta mentoring. Rumah sakit pendidikan juga dirangkul untuk membuat dan melakukan penjadwalan rotasi secara blended learning. Rotasi luring dimulai September 2020 dengan pembatasan waktu dan kegiatan, contoh kegiatan adalah melakukan observasi dokter konsulen dalam berinteraksi dengan pasien, atau live surgery. DPK juga selalu diingatkan untuk memberikan umpan balik pada mahasiswa. Dibuat juga forum dokter muda untuk meningkatkan engagement. Hal yang dipelajari selama setahun pandemic adalah sebelum membuat keputusan, dipastikan semua informasi tersedia, susun prioritas dan dibuat pada waktu yang tepat. Dengan pendidikan kedokteran berbasis kompetensi, maka perlu disadari bahwa waktu adalah sarana belajar, dan merumuskan metode untuk mempertemukan kebutuhan pembelajaran dan evaluasi.

Jerry Tobing, M.Ked.(ORL-HNS), Sp.THT-KL, ketua program studi profesi dokter FK UMI, menyatakan adaptasi harus cepat dilakukan untuk dapat meningkatkan kualitas profesi dokter. Kompetensi yang harus didapat selama pendidikan dokter muda adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta perilaku praktik kedokteran yang professional. Pada tahap profesi, penting untuk bisa melakukan aplikasi dari medical science, pelatihan dan pencapaian kompetensi serta pemahiran (dalam program internship). Hingga saat ini masih belum ada indikator yang tetap mengenai kebijakan-kebijakan yang sudah dilakukan apakah sudah tepat dalam mencapai kompetensi. Pada awal masa pandemic, seluruh peserta pendidikan menjalankan metode daring, memasuki bulan Juli, dilakukan koordinasi antara RSPU dan RS jejaring dan tidak seluruh RS jejaring digunakan sebagai wahana pendidikan. Seluruh mahasiswa menjalankan rapid test dan menggunakan APD level 1 dan 2, level 3 khusus pada ruang operasi. Kegiatan pembelajaran di instansi rawat jalan dan inap dilakukan secara hybrid, dan dilakukan pembatasan jumlah mahasiswa yang hadir di RS. Kegiatan di puskesmas seluruhnya luring. Metode evaluasi DM juga dimodifikasi dengan daring. Dalam masa pandemi, hasil UKMPPD memuaskan.

Pembicara keenam dari FK UHN, dr. Rudyn R. Panjaitan, M.Ked.(KK)., Sp.KK., menyatakan peran RSP sangat penting dalam pembelajaran klinik. Persiapan penyelenggaraan pendidikan dilakukan dengan membuat panduan, pedoman, dan diskusi dengan RS pendidikan yang berada di AIPKI wilayah 1 untuk memikirkan pola pendidikan selama pandemic. Kepaniteraan klinik umum dan orientasi RS pendidikan, yudisium serta persiapan CBT UKMPPD dilakukan secara daring. Pelaksanaan diatur 30% daring dan 70% luring, sehingga kesempatan hands on masih besar. Kegiatan daring meliputi jurnal reading, referat, laporan kasus dan tutorial klinik. Walau daring, kegiatan mahasiswa tetap terdokumentasi via logbook. Mahasiswa juga tetap menjaga etika, tutur kata dan tetap menggunakan jas dokter muda walau PJJ. Persiapan luring dilakukan dengan mengadakan pertemuan dengan mahasiswa dan orangtua, mahasiswa menandatangani lembar informed consent dan mengisi self assessment serta pemeriksaan PCR.

Pembicara terakhir dari FK Maranatha, dr. Dedeh Supantini, Sp.S, M.Pd.Ked., juga menyampaikan adanya dirupsi hebat dalam pendidikan profesi kedokteran. Namun, semua aspek tetap harus terpenuhi, dilakukan review RPS, hingga logbook mahasiswa untuk memastikan mahasiswa tetap bisa does tidak hanya knows how. Pendidikan di masa pandemic dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama dengan pendidikan jarak jauh dengan cara freeze. Seluruh pembelajaran diadakan dengan daring dengan platform yang familiar dengan dokdiknis. Untuk pemantauan kegiatan dilakukan rapat secara daring antara FK-komkordik-kepala bagian klinik, kemudian dengan mahasiswa dan orang tua. Saat ini FK Maranatha sedang mengembangkan learning management system dan dosen dilatih untuk menggunakan LMS tersebut. Fase kedua adalah rotasi virtual, dilakukan blended learning, dimulai dengan persiapan sarana prasarana sosialisasi LMS pada mahasiswa, dosen, serta tenaga kependidikan. Dibuat juga metode asynchronous learning, dan flipped classroom, dimana dosen membuat materi kasus dan diunggah ke LMS, sehingga mahasiswa bisa belajar mandiri dan tatap maya berfokus pada diskusi terpimpin dan tanya jawab. Penugasan berupa pembuatan poster, video edukasi ke masyarakat atau video keterampilan klinis. Disini dicapai level shows how, sehingga perlu ditunjang dengan pembelajaran daring dalam setting pelayanan klinik nyata. Fase ketiga adalah dengan blended learning, gabungan antara daring dan onsite. Diperlukan persiapan prokes seperti pemasangan heap filter, UV sterilization. Setiap hari dalam sebuah rotasi hanya satu mahasiswa yang berkesempatan untuk melakukan bimbingan dosen. Sehingga jumlah paparan pasien tetap, dan mencegah kerumunan. Dalam setiap fase, diperlukan adaptasi dengan perkembangan, keadaan untuk mempertahankan kualitas pendidikan.

Banyak tantangan dalam pandemi, resiko tertular, dan ketidakpastian kapan pandemic akan berakhir, memicu setiap institusi mengambil langkah masing-masing yang dianggap terbaik dan tetap mengakomodir kepentingan berbagai pihak. Keselamatan mahasiswa adalah prioritas utama, seluruh inovasi dilakukan untuk tetap memastikan target kompetensi mahasiswa tercapai, dan juga peran Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien.

Penulis : Florence Pribadi, dr., M.Si.

(20150221)

Artikel lain