Jalan Terang Pendidikan Kewirausahaan

Oleh Jony Eko Yulianto, Dosen Universitas Ciputra Surabaya

 

Pendidikan kewirausahaan berfungsi sebagai mini ekosistem pemahaman bisnis.

Rancangan Undang-Undang (RUU) Kewirausahaan yang kini sedang memasuki fase pembahsan akhir dalam sidang pleno Kementrian Koperasi dan UKM (Kemkop UKM) dan Panitia Khusus Dewan Perwakilan Rakyat (Pansus DPR) menuai harapan bagi perkembangan perekonomian di Indonesia, khususnya bagi para pebisnis kecil dan menengah. Undang-undang tersebut diharapkan bisa menjadi medium yang mampu menstimulasi geliat kelahiran beragam usaha-usaha baru di berbagai level. Beberapa pihak yang menyambut positif prospek cerah ini salah satunya adalah dari kalangan akademisi dan praktisi yang tertarik dengan pendidikan kewirausahaan.

Ketika payung regulasi telah sampai pada taraf pengesahan, maka isu tentang bagaimana situasi ekonomi dapat tumbuh sebenarnyatelah menjadi topik prioritas nasional. Sayangnya jikat kita cermati dengan seksama, isu-isu tentang pertumbuhan start up atau usaha rintisan selama ini masih berlangsung secara sporadis. Meskipun ada beberapa rintisan usaha yang kemudian menjadi bertambah besar dan bahkan mendominasi pasar, hal tersebut sebenarnya masih bersifat kasuitik dan tidak benar-benar mempresentasikan situasi ekosistem kewirausahaan secara nasional.

Kondisi ini sebenarnya membawa kita kepada sebuah pertanyaan reflektif yang penting yang perlu mendapat perhatian. Sejauh mana kita dapat menyambut momentum ini dalam hal penyediaan bibit-bibit wirusahawan yang kompeten serta berkualitas?

Maksudnya, kita tidak lagi memandang profil ekosistem kewirausahaan sebagai sesuatu yang berada di luar kendali kita. Sebaliknya, sudah saatnya kita berpikir dengan jernih untuk menciptakan sebuah ekosistem kewirausahaan yang kondusif. Caranya adalah melalui mekanisme penciptaan desainsecara sengaja lewat pendidikan kewirausahaan.

Ekosistem kewirausahaan yang kondusif dan bersifat by design, akan menjamin usaha-usaha yang muncul bukan hanya tampil sebagai usaha rintisan yang asal berdagang saja dan mendapatkan keuntungan, malainkan start up yang mampu meberikan nilai tambah (added value) dan mengambil peran sebagai solusi bagi permasalahan kebutuhan pasar. Prinsip ini yang sebenarnya amat penting dan esensial ketika berbicara tentang hakikat kewirausahaan. Kita tentu tidak berharap Undang-Undang Kewirausahaan yang akan muncul hanya berfungsi sebagai regulasi yang tidak melindungi sisi filosofis dari kewirausahaan itu sendiri.

 

Potong Waktu

Almarhum Bob Sadino dahulu kerap mengajukan sebuah pernyataan yang kontroversial. Jika Anda ingin berbisnis, keluarlah dari kampus mulailah berbisnis. Pernyataan ini sebenarnya sedang menggambarkan bahwa membangun bisnis tidak semata cukup hanya dengan teori dari buku teks semata. Bob sedang menjelaskan bahwa kemamuan melihat peluang dan berkawan dengan resiko adalah sebuah kemampuan yang lahir berdasarkan pengalaman. Nah, pengalaman inilah yang akan membuat seorang pelaku start up semakin matang dan memiliki sensitivitas terhadap pasar di sekelilingnya.

Apalagi beberapa pebisnis besar juga dikenal memiliki kemampuan bisnisnya dari pengalaman dan bukan dari jalur pendidikan yang formal. Malah, hasilnya sungguh luar biasa.

Sebut saja Mark Zuckerberg, bos Facebook yang justru keluar dari Universitas Harvard. Lantas ada Jack Ma, bos Alibaba yang terkenal dengan video-video inspiratifnya untuk memberikan semangat kepada generasi muda untuk tidak takut gagal dan terus mencoba hal-hal yang baru. Ia mengaku mendapatakan keahlihannya justru dari berbagai pengalaman atas kegagalannya dalam menjalani sejumlah bisnis. Hal tersebut sudah barang tentu tidak sepenuhnya keliru.

Masalahnya, waktu yang diperlukan untuk mencapainya tidak sebentar. Tidak semua orang juga memiliki cukup waktu dan biaya untuk mengalaminya. Tidak semua orang juga mampu secara indipenden merefleksikan dan menarik pola-pola keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya. Padahal hal ini merupakan proses ideal yang harus dilewati untuk menjadi seorang wirausahawan yang matang. Maka, kita membutuhkan sebuah mini ekosistem yang dengan sengaja kita ciptakan melalui pendidikian kewirausahaan.

Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep, putra-putra Prsiden Jokowi, juga berwirausaha. Tapi jika kita cermati, sebenarnya mereka tidak benar-benar mulai dari nol. Mereka telah memiliki sebuah mini ekosistem melalui ayahnya semasa menjadi pengusaha mebel. Dengan mengamati dan menarik prinsip-prinsip tersebut, ditambah dengan kesempatan utnuk mendapatkan nasehat dari sang Ayah dalam waktu-waktu santai bersama keluarga, mereka hakikatnya sedang memotong waktu. Terutama waktu yang berkenaan dengan pengalaman kegagalan yang dialami oleh orang-orang yang tidak memiliki kesempatan mendapatkan nasihat bisnis seperti itu, dari orang yang langsung terjun di kewirausahaan.

Pertanyaannya kemudian, berapa orang yang memiliki hak istimewa untuk mendapatkan mentor bisnis yang kapabel dan berpengalaman? Tentu saja tidak semua orang memiliki hal tersebut. Maka, disinilah peran dari para akademisi dan praktisi untuk dapat secara serius mempersiapkan sebuah mekanisme pendidikan kewirausahaan yang mampu memotong waktu proses wirausahawan-wirausahawan muda tersebut. Pendidikan kewirausahaan itu dapat berfungsi sebagai mini ekosistem yang akan memperlengkapi anak-anak didik itu dengan berbagai pengalaman, mentor, rekan-rekan sesama pelaku, dan lain sebagainya.

Peserta didik akan belajar tentang kewirausahaan bukan semata dalam kacamata ekonomi yang menekankan tentang pemerolehan untung, tetapi juga dalam perspektif liberal arts yang mengajarkan untuk membangun bisnis yang memiliki nilai tambah dan berperan sebagai solusi yang menjawab permasalahan pasar. Pendidikan kewirausahaan juga akan berfungsi sebagai komunitas yang akan menyediakan berbagai potensi bisnis. Mulai dari jejaring, ilmu pengetahuan, diskusi tentang tren terbaru (state of the art) dan lain-lain. Selain itu, para peserta didik tidak hanya belajar tentang bagaiman pengetahuan tetapi juga memiliki peluang untuk menjalin berbagai kolaborasi.

Dalam perspektif investasi, pendidikan kewirausahaan akan menjamin masa depan ekosistem kewirausahaan kita berisi aktor-aktor kreatif yang solutif. Maka, kini kita dapat pula melihat undang-undang kewirausahaan ini sebagai representasi jalan terang ekosistem kewirausahaan di Indonesia.

 

 

Sumber:

Ekowisata Lahirkan Pengusaha

Pariwisata telah menjadi salah satu primadona ekonomi Indonesia. Sektor ini pun menjadi sektor prioritas keempat dalam pembangunan sepanjang 2017, setelah pangan, energi dan maritim.

Bahakan Menteri Pariwisata Arief Yahya sering memprediksi bahwa sektor pariwisata akan menjadi sektor penyumbang devisa terbesar pada 2019, dengan proyeksi devisa mencapai US$ 24 miliar.

Adapun pada tahun ini, Kementerian Pariwisata memiliki target kunjungan wisatawan yang cukup ambisius, yaitu 17 wisatawan mancanegara dan pergerakan lokal 270 juta wisatawan nusantara.

Gembar-gembor pariwisata memang sudah sepatutnya diiringi dengan kehadiran sejumlah pengusaha baru. Di tengah derasnya investasi asing, para pengusaha lokal tengah berupaya menjadi tuan dan nyonya di tanahnya sendiri.

Dua orang pengusaha yang lahir dari industri tersebut adalah Eliana, pengusaha asal Sumatera Barat yang mendirikan Green House Lezatta, dan Maulana Kidangjati, pendiri Orangutan Kingdom, yaitu Online travel agenttravel agent yang menawarkan paket ekowisata ke daerah konservasi, tepatnya Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah.

Kedua pengusaha itu sama-sama mengandalkan ekowisata, yaitu konsep pariwisata berwawasan lingkungan yang mngedepankan aspek konservasi alam. Selain itu, kedua usaha ini juga menerapkan aspek pendidikan dan pemberdayaan masyarakat lokal, baik sebagai mitra bisnis, maupun sebagai pekerja.

Dengan ekowisata, masyarakat tidak hanya dapat menikmati liburan yang menyenangkan. Lebih dari itu, mereka juga akan mendapatkan wawasan baru.

Dari Orang Utan Kingdom, pengunjung akan memahami pentingnya mempertahankan konservasi orang utan di habitatnya, sedangkan dari Green House Lezatta, pengunjung akan mempelajari budidaya bercocok tanam. Menyenangkan sekaligus mencerahkan, bukan?

 

 

Sumber: Bisnis-Indonesia-Weekend.4-Maret-2018.Hal_.5

Mawar Valentine

Oleh F Rahardi, Pengamat Agribisnis

 

Menjelang Hari Kasih Sayan (Valentine’e Day) 14 Februari 2018 lalu, seklompok mahasiswa Bogor berunjuk rasa, menyebut cokelat sama dengan maksiat. Orang boleh setuju atau tak setuju dengan pendapat itu. Pertanyaany, mengapa hanya cokelat?

Padahal ada dua komoditas yang identic dengan Hari Kasih Sayang: cokelat dan mawar lebih kuat dari pada cokelat. Mawar sudah dikenal sejak zaman sumeria, mesir, dan Babilonia. Sementara hari Valentin baru pada abad 14 (decade 1.300).

Pada zaman Yunani dan Romawi kuno, mawar sudah menjadi symbol kasih saying. Diduga, mawar sudah mulai dibudidayakan di daratan china pada tahun             5.000 SM. Kemudian tahun 3.000 SM mawar berkembang di Timur Tengah, sebagai elemen taman, buket, persembahan, dan didestilisasi untuk diambil minyaknya.

Belakangan, variasi mawar makin beragam. Di Jawa ada mawar tabor. Mawar merah dan putih yang ditetik setelah mekar, untuk ditaburkan di makam saat berziarah, atau saat pemakaman. Selain untuk ziarah dan pemakaman, mawar tabor juga di gunakan sebagai sarana sesasji tujuh bunga. Ada pula mawar pagar, karena digunakan sebagai pembatas taman. Mawar pagar juga dirambatkan di gerbang, gazebo, oergola, lengkungan lorong taman, dan patio.

Perkebungan mawar potong

Untuk destilasi, mawar tabor Bandungan dan mawar Damaskus, dipetik setelah mekar. Sementara mawar valentine, sama dengan mawar untuk vas dan rangkaian, dipetik saat masih kuncup, menjelang mekar.

Sebelum decade 1989, mawar belum lazim untuk vas dan rangkaian. Waktu itu agroindustri bunga masih sebatas sedap malam  dan aster untuk masyarakat bawah; dan gladiol dahlia lily putih serta krisan tunggal untuk kalangan atas. Aster diproduksi di beberapa lokasi, sedap malam di produksi di Bangil, Bandungan dan Cicuruh. Galdiol, dahlia, lily putih dan krisan tunggal diproduksi di Bandungan.

Pada decade 1980, masuklah benih, teknologi, danmodal agroinustri bunga potong dari Aalmeer, Belanda. Sejak itulah krisan sprai berkembang pesat. Mawar yang dulunya tak laku di pasaran, mulai dibudidayakan. Hasfarm salah satu pemain yang serius menekuni mawar potong, dengan membuka kebun di Goalpara, Sukabumi, Jawa Barat. Beberapa pengusaha pernah masuk ke agroindustri mawar potong, tapi bertumbang. Salah satunya haryanto Dhanutirto, mantan Menteri Negara Urusan Pangan, dan Menteri Perhubungan di era Soeharto.

Meskipun sudah ada mawar Hasfarm yang memasok ke pasar kembangRawa Belong, namun untuk memenuhi kebutuhan pada hari raya tertentu, atau ketika ada tokoh meninggal, Indonesia masih mengimpor mawar.

Pada awak decade 2000, Hasfarm memindahkan kebun mawarnya ke Dallat, Vietnam. Sejak itulah Indonesia “krisis mawar”. Padahal pada decade 2000, tren merayakan Valentine mulai marak di kalangan remaja kota besar di negeri ini. Dan, Valentine identic dengan mawar, selain cokelat.

Melihat peluang ini seorang pengusaha membangun greenhouse mawar di Pengungan Halimun, Jawa Barat. Mawar Halimun ini diberi nama Nirmala Rose, karena di lokasi itu juga ada kebun teh Nirmala. Praktis sejak itu, Bungan mawar potog yang beredar di kota – kota besar Indonesia, terutama Jakarta, merupakan produk Nirmala Rose. Sama dengan produk anggrek Phalaenopsis yang merajai pasar Indonesia, hampir 100% berasal dari kebun Ekakarya di Cikampek, Jawa Barat. Pendatang baru sulit untuk masuk ke bisnis dua jenis bunga ini.

Sejak decade 2000 itu, produksi mawar nasional terus naik, meskipun  kadang juga terjadi fluktuasi. Badan Pusat Statistik mencatat produksi mawar Indonesia 2005 sebesar 60.719.517 tangkai. Tahun 2006 turun menjadi 40.394.027 tangkai. Tahun 2007 naik lagi menjadi 59.492.699 tangkai. Tahun 2008 kembali turun ke 39.265.696 tangkai. Tahun 2009 naik lagi menjadi 60.191.362 tangkai. Tahun 2010 kembali naik menjadi 82.351.332 tangkai. Kemudian 2011 turun lagi menjadi 74.319.773. Tahun 2012 kembali turun ke angka 68.624.998 tangkai. Setelah greenhouse baru Nirmala Rose berproduksi, tahun 2013 produksi mawar nasional melonjak menjadi 152.0066.469 tangkai. Tahun 2014 naik menjadi 173.077.811 tangkai, 2015 naik lagi menjadi 188.302.152 tangkai, tapi di 2016 turun jadi 181.884.630 tangkai.

Produksi mawar tahun 2016 itu sebanyak 56,5 ton diekspor dengan nilainya Rp US$ 481.381,82. Dengan kurs Rp 13.300, nilainya Rp  6,4 miliar.

Kita agak suli memperkirakan beraoa persen produksi mawar nasional yang dikonsumsi dalam negeri, dan berapa persen yang diekspor. Sebab Kementerian Pertanian menyajikan data per tangkai, sementara Kementerian Perdagangan mencantumkan kilogram.

Tetapi praktis impor mawar kita hampi total berhenti. Selama 2016 impor mawar kita hanya 3,1 ton denga nilai US$ 39,361 (Ro 523,5 juta).

Anggrek yang justru keok. Produksi anggrek nasional 2016 sebesar 19,9 juta tangkai, berada jauh di bawah produksi mawar 181,8 juta tangkai. Bahkan disbanding produksi sedap malam yang pada tahun 2016 sebanyak 117 juta tangkai, danmelati 31 183 991 kilogram, anggrek masih sangat ketinggalan. Dampak dari kecilnya produksi anggrek nasional, selama 2016 kita masih mengimpor komoditas ini sebesar 24,3 ton dengannilai US$ 142.244 (Rp 1,8 miliar). Sebagian besar anggrek yang kit aimpor jenis Dendrobium, sebab yang dihasilkan Ekakarya jenis Phalaenopsis. Jadi produksi bunga nasional tertinggi adalah krisan, menyusul mawar, sedap malam, melati, dan anggrek. Gerbera, gladiol, anthurium, anyelir dan helikonia; masih berada di bawah anggrek.

Anggrek potong untuk Valentine selalu berwarna merah hati, sangat jarang yang warna pink atau oranye. Mawar merah memang paling umum diproduksi di dunia maupun di Indonesia. Menyusul pink, oranye, dan putih. Mawar putih biasanya masuk ke floris sebagai rangkaian atau unutk vas. Jarang orang membawakan mawar putihkepada orang yang di cintainya.

Sebenarnya, selain Nirmala Rose, tetap ada petanin yang menanam mawar potong, tetapi dalam skala kecil. Para petani krisan dan bunga potong lainnya, sebagian juga membudidayakan mawar. Tetapi disbanding Nirmala Rose, produk si mawar para petani itu relative kecil

Sumber: Tabloid-Kontan.26-Februari-4-Maret-2018.Hal_.23

Studi Model Bisnis Groupon yang Menolak Google

Oleh Jennie M Xue (Kolumnis internasional serial entrepreneur dan pengajar, bisnis, berbasis di California)

 

Berdiri tahun 2008, Groupon mempunyai masa lalu yang cemerlang dan pernah dilamar oleh Google seharga US$ 6 miliar di tahun 2010. Sayangnya, ternyata model bisnis kupon online belum matang hingga hari ini. Sehingga berbagai masalah timbul setelah penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO) prematur.

Groupon menerima Series B Investment sebesar US$ 30 juta pada Desember 2009. Setahun kemudian, Google menawarkan perusahaan ini senilai US$ 6 miliar. Tapi ditolak. Groupon melakukan IPO di Nasdag dan mencapai nilai valuasi sebesar US$ 11,2 miliar.

Manajemen Groupon dikenal berantakan, termasuk kesalahn dokumentasi pendapatan di tahun 2010 dari US$ 714 juta menjadi US$ 312 juta. Di tahun 2011, mereka berhasil mendapat investasi US$ 700 juta dan nilai penjualan saham di hari pertama mencapai US$ 12,7 miliar.

Selain masalah manajemen berantakan, factor utama kegagalan Groupon adalah model bisnis. Sebagai bisnis kupon online, Groupon mengandalkan email harian. Namun ternyatan banyak pelanggan penerimaanya yang menandai sebagai spam sehingga terjadi email bounce atau unsubscribe.

Selain itu, Groupon dikenal pemilih dalam menerima merchant yang mereka wakilli. Merchant bersedia memberi kupon kepada para prospek saat bisnis mereka sendiri sedang kembang – kempis.

Bayangkan saja bagaimana bisnis yang sedang berkembang pesat dan yang sedang menukik turun. Apakah yang pertama mengeluarkan kupon – kupon pemotong harga? Biasanya tidak. Diskon biasanya hanya dilakukan bisnis – bisnis yang sedang menghabiskan sisa stok maupun yang telah sulit bertahan.

Dalam satu tahun dari IPO, nilai saham Groupon turun 85%. Nilai total menjadi hanya US$ 2 miliar. Sehingga board of director memecat sang pendiri, Andrew Mason.

Ketika artikel ini ditulis, Groupon masih berdiri dengan nilai US$ 4,9 miliar. Bahkan Groupon telah mengakuisisi LivingSocial dari Amazon.

Amazon sendiri menanggung rugi akuisisi LivingSocial sebesar US$ 169 juta. Sebelumnya Google membeli seharga US$ 175 juta.

Satu lagi problem medol bisnis kupon online ini. Sebenarnya, berapa banyak member yang sungguh – sungguh menggunakan kupon – kupon tersebut? Sebagaimana para follower media social yang bisa jadi berjuta – juta, sebenarnya berapa yang sungguh – sungguh berinteraksi denganpemilik akun? Bisa jadi hanya beberapa.

Kondisi ini disebut vanity stat. Alias “statisik keren tapi belum tentu valid”

Belajar dari studi kasus Groupon, bisa kita simpulkan bahwa tidak semua model bisnis dapat diterapkan secara online maupun offline. Selain itu, gaya dan kualitas juga sangat menentukan reputasi perusahaan serta bahaimana setiap tahap perkembangan pertumbuhan.

Dalam kasus kupon online, merchant yang tertarik bergabung basanya terbatas atas dua jenis. Pertama, yang omezetnya telah merosot, sehingga memberi kupon merupakan cara promosi menarik konsumen.

Kedua, begitu mendapatkan jumlah konsumen yang telah diharapkan, bisa saja kerjasama dengan Groupon dibatalkan. Karena tidak lagi memerlukan diskon menarik konsumen.

Salah satu problem klasik Groupon adalah ketika salon yang berisi kursi – kursi sewaan para stylist ternyata ditolak oleh salon. Ketika salah satu stylist menggunakan Groupon dan lainnya tidak, ini bisa menjadi pemicu masalah para pengguna kpon tersebut.

Bisnis kupon adalah bisnis dengan margin sangat tipis, jadi dapat dipahami jika pertumbuhan tidak dapat dipaksakan meraksasa dalam sekejab. Dalam dua tahun pertama pendirian, hype cukup banyak karena antisipasi para investor akan sesuatu yang “baru”. Valuasi pun menggelembung dahsyat. Google termasuk salah satu pengincar awal yang terkena demam gelembung ini.

Model bisnis kupon online saat itu masih sangat gres. Dan pasar Amerika Serikat (AS) yang baru saja mengalami The Great Recession tahun 2008 mengharapkan ada senacan harapn yang membantu kondisi finansial individu. Jadilah kupon online menjadi tumpuan harapan mereka.

Suatu model bisnis dapat dianalisa dari berbagai segi, termasuk kesiapan dan animo pasar, merchant yang terlibat dan para konsumen. Bagi para pemilik bisnis, pikirkan dengan baik – baik. Mungkinkah valuasi bisnis meraksasa dalam pertama pendirian? Padahal omzet dan growth masih belum teruji?

Jika ternyata bisnis Anda divaluasi dengan demikian tinggi, bersiaplah ternyata itu hanya gelembung. Namun jika ada penawaran akuisisi sedahsyat tawaran Google sebaiknya diterima. Karena bisa saja ini hanya terjadi satu kali dalam sumur hidup.

Sumber: Tabloid-Kontan.23-February-2018

Perlukah Usaha “Cryptocurrency” Ditutup?

Oleh Adler Haymans Manurung

Belakangan ini, cryptocurrency (mata uang vitual digital) menjadi pembahasan hangat di Indonesia dan juga di banyak negara. Nilai seluruh cryptocurrency ini, yang dikenal nilai pasaranya (market capitalization), sebesar 752,45 miliar dollar AS (sumber: presentasi Bank Indonesia),  sebuah angka yang fantastis, bahkan melebihi tinggi kapitalisasi pasar dari saham – saham di Bursa Efek Indonesia.

Bitcoin sebagai salah satu dari cryptocurrency memberikan kontribusi terbesar dibandingkan dengan jenis cryptocurrency yang lain, seperti ethereum, ripple, bitcoin cash, cardano, dan NEM. Artinya, transaksi bitcoin ini sangat diminati di banyak ehara dalam rangka mendapatkan dana atau menjadi kaya lebih cepat.

Berita terakhir di 2018 ini, Korea Selatan akan melarang traksaksi yang virtual digital tersebut karena banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat. Bahkan, pemerintah Korea Selatan akan mengajukan undang – undang kepada lembaha DPR-nnya ahar melarang perdangan bitcoin tersebut dan memakan waktu yang panjang juga untuk melakukannya karena harus bekerja sama dengan berbagai instansi. Bagaimana dengan Indonesia, haruskah atau perlukah usaha cryptocurrency tersebut dilarang di Indonesia?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dahulu dilihat bagaimana harga bitcoin tersebut di beberapa negara dan juga resiko yang dihadapi masyarakat yang melakukan transakasi cryptocurrency tersebut. Harga bitcoin di Korea Selatan jatuh 21 persen menjadi 18,3 juta won atau 17.064,53 dollar AS. Selain itu, harga bitcoin juga turun 10 persen di Luksemburg menjadi 13,199 dollar AS setelah turun ke tingkat terendah 13,120 dollar AS (sumber: Finance.detik.com). Melihat harga tersebut terlihat bahwa harga dari cryptocurrency sedang turun dan investor mengalami kerugian jia melakukan pembelian pada harga tertinggi atau masuk pada belakangan ini.

Berita – berita yang beredar membuat harga mata uang digital turun karena pemegang produk tersebut menjual secepatnya lantaran takut akan kerugian lebih besar. Kebih baik menjual secepatnya karena kemungkinan untuk naik agak sulit menyusul adanya aturan yang membuat mata uang digital dilarang oleh beberapa negara.

Bank Indonesia menyebutkan bahwa resikoyang ditemukan dalam transaksi cryptourrency adalah, pertama, resiko konvertibilitas: tidak ada jaminan di tukarkan dengan fiat money, apalagi dengan viotilitas harga yang tinggi. Kedua, resiko perlindungan konsumen. Tidak ada pihak ketiga yang menangani keluhan nasabah. Ketiga, resiko operasional, yakni keaman system dan ekosistem di sekelilingnya belum terbukti. Keempat, resiko settlement, yakni nasabah melakukan transaksi melalui virtual environment sehingga tidak adajaminan settlement (sumber: bahan oresentasi BI januari 2018). Resiko yang dikemukakan Bank Indonesia bisa menjadi pertimbangan berbagai pihak yang melakukan transaksi cryptocurrency.

Pada sisi lain, banyak berita juga menjlaskan bahwa pengusaha yang menyediakan transaksi cryptocurrency turut serta mengalami kerugian dengan alasan komputer mereka di-hack oleh pihak lain sehingga walletnya hilang. Sebuah perusahaan di Jepang yang sangat terkenal melakukan transaksi bitcoin, yaitu MtGox, mengumumkan kebangkrutan pada 2014. Perusahaan ini menyatakan mengalami kerugian sebesar 0,5 miliar dollar AS akibat dompet yang dimilikinya dirusak oleh para perangkat lunak dalam computer.

Bithumb di Korea mengumumkan bangkrut karena di-hack dompet (wallet)-nya senilai 1 juta dollar AS. Bithumb merupakan salah satu bursa penukaran cryptocurrency terbesar di dunia yang mengotrol 20 persen transaksi etherium dan 10 persen transaksi bitcoin.

NiceHash kehilangan 4.700 bitcoin. Jumlah tersebut setara dengan 1.097 triliun mengingat harga satu bitcoin saat ini mencapai 234 juta. Pada 19 Desember 2017. Youbit Exchange, juga perusahaan Korea Selatan, mengumumkan bahwa perusahaannya bangkrut karena diretas oleh para peretas dengan besaran 27 persen dari asetnya. Kejadian ini merupakan kejadian kedua pada perusahaan tersebut. Dari contoh ini, seakan ada tujuan mendapatkan keuntungan dari kelemahan yang terjadi sehingga perlu mendapatkan perhatian dari Pemerintah Indonesia. Berdasarkan situs web bitcoin Indonesia, sudah ada 1.013.305 rekening (sumber: https://www.bitcoin.co.id/). Coba kita bandingkan dengan para pihak yang melakukan transaksi di Bursa Efek Indonesia, di mana transaski ini lebih aman.

Di Indonesia

Pemerintah Indonesia secara tegas melarang bitcoin sebagai alat pembayaran. Hal ini disampaikan kepada publik pada Desember 2017. Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga turut serta menyatakan bahwa transaksi dengan bitcoin tidak dapat diterima di wilaya Indonesia, pelarangan ini sesui dengan Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang serta Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (sudah mengalami beberapa perubahan). Namun, pada pihak saya duka masih terus mentransaksikan atau menawarkan transaksi cryptocurrency tersebut sehingga perlu ditegaskan dengan tindakan langsung kepada pihak yang melakukan usaha tersebut.

Salah satu model berusaha di Indonesia, sering para pemilikk dana menggandeng pejabat yang sudah pensiun untuk duduk menjadi komisaris atau adviser dari perusahaan tersebut. Para pejabat ini yang diminta untuk bernegosiasidengan pemerintah yang sedang berkuasa agar usaha tersebut tidak ditutup dan menyatakan transaksi tersebut sengat diperlukan. Bahkan, kalau diperhatikan, model ini sudah menjamur di Indonesia dan beberpa pihak mengalami kerugian.

Pemerintah harus secara tegas duduk bersama untuk menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang sedang suka melakukan transaksi cryptocurrency. Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Kementrian Perdagangan perlu memperhatikan secara seksama usaha ini karena banyak pihak mendapat izin dari salah satu lembaga tersebut.

Saling membantu atau kerja sama untuk melindungi masyarakat sangat diperlukan. Tujuan akhir dari tindakan ini adalah perlindungan terhadap masyarakat. Bahkan, pejabat yang dipakai        namanya perlu mengumumkan keluar dari lembaga tersebut untuk memperbaiki namanya. Mudah – mudahan ini bisa membuat semua pihak melakukan usaha yang lebih dapat memberikan kenyamanan kepada masyarakat.

Sumber: Kompas.3-Februari-2018.Hal_.24

Pembicaraan yang Menjual

 

Nosi Bahwa Seorang Penjualal adalah seorang yang hanya berbicara sattu arah telah lama kedaluwarsa. Mungkin anda membayangkankan para pedagang kaki lima yang memanggil – manggil pejalan kaki untuk memnonton perahaan mereka. Ya, itu masih ada dan mungkin masih berlaku di antara pedagang kaki lima.

Namun, konsep penjualan era terkini telah bergulir menjadi komunikasi dua arah. Inimembutuh pengenalan diri, pengenalan produk (product knowledge), kemampuan berkomunikasi positif, kemampuan persentasi, dan kemampuan menutup pembicaraan (closing­).

Mengapa demikian? Di era internet ini, penjual frictionless semakin menjamur. Setiap konsumen mempunya akses untuk melakukan riset, kompetisi produk, spesifikasi, dan studi kasus. Tidak ada lagi rahasia. Semua transparan.

Bagaimana seorang penjual membawakan diri merupakan faktor pembeda yang juga merupakan competitive advantage. Proses penjualan ini deikenal sebagai collaborative selling atau penjual kolaborasi.

Ada enam faktor yang mempengaruhi proses penjual kolaborasi. Petama, seorang sales perlu “melihat dunia” dengan kacamata seorang konsumen. Perspektif korporat bisa disimpan dulu sebagai pembanding. Sebaliknyam empati akan perspektif konsumen perlu dipegang sejak awal.

Dalam ilmu komunikasi bisnis, etnografi bisnis mampu menjawab bagaimana dan proses apa yang terjadi di dalam diri konsumen ketika proses komunikasi bisnis terjadi. Untuk singkatnya, seorang penjual hanya perlu mengamati bagaimana konsumen sesungguhnya menggunakan produk. Catat setiap dimensi yang terkadang overlapping.

Kedua, berpikir lebih dari keinginan dan kebutuhan (want and need). Ini merupakan dasar dari kampanye pemasaran, penjualan, dan strategi produksi. Namun, penjual perlu mengenal lebih dari sekedar apa keresahan (pain points) konsumen dan keinginan tambahannya.

Berpikir harapan (beyond) keinginan dan kebutuhan ini dapat dimulai dengan mengenali layanan – layanan tambahan, termasuk penyajian proses pemasaran dan penjualan. Kenali seperti apa pendekatanyang mereka harapkan dan hargai.

Ketiga, mempersiapkan presentasi sejak awal. Presentasi perlu dipersiapkan sejak awal dengan pengenalan keresahan secara mandala. Selain itu, bentuk dan pendekatan yang dihargai juga perlu diterapkan. Apakah sasaran pasar lebih “kena” dengan bentk Tanya – jawab ala kampus? Atau dengan pendekatan presentasi klasik? Kenali format yang lebih dihargai sasaran kelompok.

Fokus pada konsumen

Keempat, introduksi mengalir. Memperkenalkan produk baru dapat dilakukan dengan introduksi mengalir. Berbagai scenario dan format dapat dipersiapakan sejak awal, namun introduksi yang terbaik adalah intruksi yang mengali secara organic.

Ini membutuhkan strategi pemasaran yang matang. Bagi penjual, introduksi mengalir memungkinkan kesepakatan yang organic pula, dengan probabilitas yang lebih besar.

Kelima, bertanya dengan pertanyaan yang tepat dengan pertanyaan yang tepat. Seorang penjual yang baik bertanya dengan baik dan tepat tanpa faktor mendesak. Negosiasi dberjalan dengan sedirinya dalam konteks yang tepat.

Bertanya merupakan bagian dari menjual. Ketika bertanya digunakan dalam permbicaraan dalam konteks menjual, ia mampu berperan sebagai penentu arah pembicaraan yang menuju kesepakatan. Namun hati – hati dalam bertanya karena sebaiknya tidak terdengar pretensius dan “menjebak”. Kejujuran dan kesungguhan hati dalam berkomunikasi dapat terbaca jelas dari pertanyaan – pertanyaan yang dilontarkan.

Keenam, mengakhiri pembicaran denga tetap berfokus kepada konsumen. Forkuslah akan kebaikan yang akan diterima oleh konsumen, bukan ke tujuan atau misi korporat yang “ditipkan” oleh manajemen. Tentu juga bukan semata – mata fokus ke kesepakatan agar anada mendapat komisi.

Yang terakhir ini sangan “berbahaya”, karena ketika “terdengar” oleh konsumen, kepercayaan pada anda akan menurun drastic. Kuncinya adalah kejujuran dan kesungguhan dalam memberikan apa yang terbaik bagi konsumen, bagaimana produk memberikan solusi terhadap kebutuhan dan keinginan, serta bagaimana tim anda dapat memberikan sesuatu yang lebih daripada yang di harapkan.

Membangun kepercayaan bahwa anda “tidak mengejar komisi” membutuhkan ketulusan membantu. Setelah sekian banyaknya iklan – iklan deseptif, terutama di berbagai media sosial dan konten organic, konsumen semakin terasah akan berbagai bentuk desepsi (deception).

Akhir kata, memulai dan menutup pembicaraan dalam kontek menjual membutuhkan kemampuan tersendiri yang perlu direncanakan namun bergulir scara organik. Semakin berpengalaman seorang penjual, semakin ia mampu menciptaktan suasana (ambiance) yang berfokuskan kepada konsumen, baik dari kebutuhan, keinginan, hingga melampaui harapan – harapan klasik. Gunakan perspektif konsumen setiap saat.

Sumber: Tabloid-Kontan.5-February-2018

Pemain Lokal Kudu Makin Kreatif

Oleh Sigit Kurniawan

Industri makanan dan minuman terbilang. menjadi industri yang kebal krisis. Namun, pemasar kudu makin kreatif dalam menyajikan dan mengemas produknya. Apalagi di era digital ini, tingkat loyalitas konsumen makin rendah.

Salah satu industri yang kebal akan guncangan ekonomi adalah industri makanan dan minuman (mamin). Pasalnya, kebutuhan akan makanan dan minuman tetap akan ada dan berkembang dalam kondisi apapun.

Adhi S Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) mengatakan, pertumbuhan industri makan dan minuman pada tahun 2016 jauh lebih baik dibanding tahung 2015, Pada tahun 2015, boleh dibilang kondisi industri sangat datar. Sementara itu, nilai investasi tahun 2016 jauh lebih tinggi dibanding tahun 2015. Sampai September lalu, nilai investasinya sudah menyamai nilai investasi tahun 2015. “Pada tahun ini juga, ada tax amnesty yang dikatakan sukses. Tinggal kita melihat arah investasinya kemana. Selanjutnya, para pakar memprediksi industri makanan minuman ini bakal menjadi industri andalan. di beberapa negara Asia. Bahkan, industri mamin di Asia – Khususnya Asia Tengga seperti Jepang, bakal mengalahkan industri makanan yang ada di Eropa maupun Amerika Utara,” kata Adhi.

 Adhi optimis pada tahun 2017, industri makanan. dan minuman di Indonesia jauh lebih baik, Ia memprediksi sampai akhir tahun 2016 ini, industri ini akan mengalami pertumbuhan hingga 8,5% lebih tinggi dari target awal sebesar 8%. Angkanya bakal melampaui karena pada kuartal ketiga tahun ini, laporan mengatakan pertumbuhan mamin mencapai lebih lebih dari 9%. Pada tahun depan, dengan. pertimbangan naiknya. populasi dan perkembangan gatya hidup khususnya tren pangan olahan. Adhi memprediksi pertumbuhannya mencapai 8,5%.

 Terkait produk, Adhi menyebut di pasar Indonesia akan bermunculan beberapa rising stars meski secara volume masih terbilang kecil. Misalnya, produk fungsional seperti sereal breakfast. Adhi yakin, kedepannya produk – produk fungsional ini akan makin besar dan nantinya bakal menjadi bagian gaya hidup.

 Selain itu, pangan- pangan yang diproduksi secara lokal juga akan memadati pasar Indonesia dan tidak kalah bersaing dengan produk-produk luar. Bahkan, produk seperti kentang dan singkong akan memiliki pasar ekspor yang bagus, “meski merupakan makanan tradisional, tetapi kalau dibungkus dengan kemasan yang bagus dan aktivitas pemasaran yang jitu, justru pasar ekspor mampu dan mau menyerapnya,” imbuh Adhi

 Pasalnya, pangan- pangan lokal tersebut memiliki potensi luar biasa. Ia mengharapkan ada banyak pengusaha yang mengembangkan produk tersebut sebagai bisnis yang menjanjikan. Kuncinya, kemasan, pemasaran, dan produknya sendiri bagus.

 produk-produk yang mengusung gaya hidup sehat dan makanan halal juga semakin menjadi tren kedepan. Bahkan, wacana makanan halal ini juga mencadi wacana di industri secara global, khusunya negara negara non muslim, seperti jepangm China, Korea, Inggris, Amerika, dan negara- negara di Eropa. Tetapi, di tanah air, produk produk halal ini masih mengalami kendala regulasi dan sikap kehati-hatian dalam membaca pasar.

 Tren pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya, produk-produk baru. Berdasarkan penelusuran, Adhi mengatakan bahwa banyak perusahaan makanan yang sukses karena mereka mengeluarkan produk baru. Artinya, perusahaan itu selalu melakukan inovasi produk secara kontinu dan membuat lini produknya tidak statis. Inovasi ini bisa menyentuh banyak hal, dari jenis ingredient, kemasan, maupun produk yang benar- benar baru.

 Selain itu, faktor perhatian pemerintah terhadap industri ini juga cukup baik. Industri makanan dan minuman ini berkontribusi 33% terhadap Produk Domestik Bruto(PDB) non migas. Pemerintah selalu mendorong industri ini terus tumbuh. Bahkan, sambung Adhi. Menteri Perindustrian Airlangga Hartato mengangkat industri ini dalam Global Values Chain.

 “Pemerintah juga menyatakan komitmennya untuk menjaga ketersediaan bahan baku. ini bakal berpengaruh pada dinamika pasar makanan dan minuman ini.” katanya.

Tantangan nyata yang dihadapi oleh para pelaku industri ini tidak boleh lengah terhadap perkembangan standar tersebut. Termasuk di dalamnya, standar label yang berbeda dan berubah. Hal ini dikarenakan oleh entry barriers dan regulasi di setiap negara yang berbeda.

 Hal tersebut merupakan masalah konkret. Belakangan ini, di China, beberapa perusahaan yang mengekspor produknnya ke negara tersebut terpaksa mengganti labelnya. Ini juga terjadi di Australia maupun Kanada pada tahun 2016

Tantangan lain bagi pemain lokal adalah makin banyaknya pemain asing yang ikut meramaikan pasar makanan minuman di Indonesia. baik di level ingredient maupun produk jadi. Pada tahun 2015, investasi asing di industri ini mencapao US$ 1,5 miliar. Pada tahun ini, sampai September 2016, investasinya sudah mencapai US$ 1,6 milliar.

 Dengan angka tersebut, Adhi melihat pasar Indonesia diminati oleh pemain asing apalagi era Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah berlangsnug. dan Indonesia menjadi basis produksi maupun mampu menjual produknya. ke negara tetangga Beberapa tahun lalu, pemain asing meramaikan dengan produk- produk minuman. Sekarang ini, merea juga merambah pasar dairy produk, keju, pemanis, dan bahkan mayonaise

 Kudu makin kreatif

Di tengah lanskap seperti itu, Adhi mengajak para pemain di Industri ini makin kreatif. Alasannya, di era digital ini, loyalitas konsumen semakin rendah. Mereka dengan gampang berpindah dari satu produk ke produk lainnya karena penawaran yang lebih menarik.

 “Para pemasar harus waspada dan kreatif dalam mempertahankan loyalitas konsumen. Entah dengan aktivitas pemasaran below the time maupun above. the time plus bauran pemasaran yang kreatif” katanya.

 E-commerce, menurut Adhi, juga harus disikapi secara kreatif. Sekarang, banyak produk makanan dan minuman yang dipasarkan melalui kanal online tersebut. Dengan kekuatan viral, produk-produk yang dijajakan di laman online tersebut bisa mengalami pertumbuhan yang signifikan.

 Hal yang sama diakui oleh Vienno Monintja, Marketing Director MI PT Mayora Indah Tbk. Pada tahun depan, Mayora tentu harus lebih kreatif lagi dalam menghadapi pasar yang makin dijejali oleh banyak pemain ini.

 “Pada semester satu tahun ini, pertumbuhan kami sudah mencapai double digit, meskipun spending kami juga harus double digit. Di semester kedua, khususnya setelah masa ramadhan, trennya sedikit menurun dan sekarang baru naik lagi .” lata Vienno.

Menghadapi tahun. depan, Vienno optimistis Mayora bakal menghadapi pasar dengan cukup baik asal tetap menjaga good proposition, pesan yang mengena, dan kemasan yang menarik. VIenno. manandaskan. Mayora tetap akan mempertahankan double digit. Bagaimana dengan perusahaan Anda?

 

Sumber: Marketeers.Desember-2016-Januari-2017.Hal_.36-37

Ciputra Development Berekspansi untuk Tingkatkan Pendapatan

Di tengah minimnya perusahaan yang mampu menciptakan WAI positif , PT Ciputra Development Tbk. tercatat sebagai salah satu perusahaan pencetak kekayaan (wealth creators) dengan WAI Rp 5,99 triliun . Kepercayaan investor terhadap sahamnya itu bisa diraih karena , menurut Candra Ciputra , Presdir Ciputra Development , perusahaan selalu menyampaikan apa adanya kepada investor. “Bila keadaan baik , kami akan katakan baik. Begitu juga sebaliknya , kalau keadaan sedang jelek , kami juga sampaikan” ujar Candra . “Sehingga , kami terus membangun kepercayaan investor karena kalau sekali mereka tidak percaya kepada kami , kedepannya juga tidak akan percaya lagi” tambahnya .

Agar kinerjanya tetap bagus , Ciputra Development terus berekspansi meningkatkan penjualan. Tahun 2017 , menurut Candra , Ciputra Development menargetkan marketing sales sebesar Rp 8,5 triliun , naik 20 % dibandingkan tahun sebelumnya . Sebesar Rp 6,44 triliun ditargetkan berasal dari produk township / landed residential dan Rp 2,06 triliun dari high rise / non landed residential.

Untuk mencapai target penjualan tersebut , Ciputra Development akan berekspansi dengan meluncurkan produk-produk baru . Dua proyek landed residential yang diluncurkan pada Mei 2017 adalah CitraLand Cibubur (seluas 200 hektare) dan CitraLand Talassa City Makassar (69 ha) . Selanjutnya , masih di tahun ini , ada empat proyek yang akan diluncurkan , yakni Sadana-Ciputra Beach Resort seluas 4,5 ha , The Newton 2-Ciputra World Jakarta (CWJ) 2 Ekstension dengan luas 23.000 m2 , The Suites Apartment –CWJ 2 dengan luas 1.300 m2 dan Citra Plaza Batam seluas 70.000 m2.

 

Sumber: SWA, 19-Juni-5-Juli-2017.Hal-42

Mencapai Potensi Penuh

Mungkin Anda hari ini adalah pegawai, namun punya cita – cita untuk menjadi seorang etrepreneur. Ada yang membidik bisnis fashion, coaching, restoran, salon, broker properti, toko komputer, ekspor impor, dan sebagainya. Intinya, Anda ingin punya prndapatan dari usaha sendiri, sehingga tidak ada batas berapa rupiah atau dollar AS yang dihasilkan.

Sayangnya, sering kali niat ini kandas di tengah jalan karena berbagai alasan. Ada perasaan ragu, takut, dan tidak percaya diri. Padahal, selama belasan atau bahkan puluhan tahun, Anda bekerja untuk perusahaan milik orang lain dengan sangat baik.

Tentu masa transisi adalah periode palig sulit dan menantang, meningat Anda perlu berjuang ekstra untuk cash flow agar dapat bertahan hidup dan menciptakan momentum untuk bisnis. Jadi, sering kali cash flow berasal dari sumber lain, mengingat start – up Anda masih bayi.

Mindset entrepreneur bukan satu – satunya yang dibutuhkan untuk mengubah diri dari pegawai menjadi wirausahawan (wati). Isnpirasi awal untuk memulai mungkin telah semakin menipis, sehingga motivasi perlu diperbaharui setiap hari. Bagaimana bisa mencapai potensi penuh, ketika motivasi saja masih tersendat – sendat? Padahal, potensi penuh merupakan kunci sukses setiap bisnis.

Pertama, kenali, sadari, dan akui secara kognitif dan afektif bahwa seorang entrepreneur adlah power house alias serba aware, serba bisa, dan serba multifungsi. Menjadi entrepreneur bukan berarti anda hanya menyuruh – nyuruh subordinat dengan segala macam delegasi dari hal tersulit hingga hal ternudah.

Menjadi entrepreneur merupakan panggilan dan keberanian untuk bertanggung jawab bahwa semua aktivitas dan keputusan berasal dari Anda da akan bermuara kepada Anda sebagai seorang entrepreneur alias founder start – up. Jadi, ketika anggota tim tidak menjalankan aktivitas sebagaimana diharapkan, Anda turut memikul kesalahan.

Kedua, skill utama yang “dijual” dalam bisnis tersebut perlu di upgrade sesering mungkin. Misalnya Anda sedang merintis bisnis coaching. Selain menggunakan prinsip – prinsip dasar coaching, upgrade skill Anda untuk mengenali dan menerapkan metode coaching terkini. Juga perhatikan bagaimana coach lain menerapkannya.

Di era internet ini, sangat mudah untuk mempelajari tren – tren terbaru. Berbagai kelas online dan e – book dapat diakses dalam sekejap. Setiap saat, upgrade skill Anda. Jika Anda merasa tidak punya waktu, sesungguhnya Anda sedang mengalami krisis pengelolaan waktu. Sisihkan satu jam per hari untuk meningkatkan skill Anda. Ada berbagai aplikasi produktivitas yang pasti sangat membantu.

Publisitas

Ketiga, marketing perlu dilakukan setiap saat juga. Ini untuk memastikan leads baru selalu menanti tanpa perlu dicari dengan susah payah. Bagaimana cara marketing jitu? Ada banyak cara, namun prinsip terpenting adalah : Be visible all the time. Anda perlu hadir di mana – mana baik offline maupun online. Istilah popnya adalah “tingkatkan publisitas.”

Gunakan sosial media untuk cara termudah dan termurah. Tidak perlu nongkrong di depan Facebook dan Twitter, gunakan berbagai otomatisasi seperti scheduling app Buffer, Hootsuite, dan sebagainya. Kenali best practices, agar setiap posting mempunyai ROI. Bukan Cuma sebagai alat curhat belaka.

Sayang sekali jika tidak menggunakan teknologi terkini dalam membangun bisnis. Internet adalah sumber leads yang luar biasa. Dan bisnis tanpa leads dalah bisnis yag dijamin pasti gagal.

Memiliki bisnis sendiri sangat membutuhkan potensi penuh dari segi entrepreneurship, skill dan marketing. Yang pertama adalah motivasi dan determinasi terus – menerus tanpa jemu, yang kedua berhubungan dengan produk yang dijual, dan yang ketiga adalah sumber leads, sehingga selalu ada saja calon pelanggan yang dapat “digarap”.

Ketiga tiga elemen ini mencapai titik optimal, atau bahkan maksimal, Anda telah mencapai titik “potensi penuh.” Sehingga sukses bisnis sudah pasti di tangan. Setiap start – up akan dapat berkembang, sepanjang tiga elemen ini dijalankan dengan kesadaran penuh seorang founder.

Perlu keseimbangan akan ketiganya, sehingga komponen – komponen tersebut membentuk panah yang mampu menembus kesulitan dan tantangan setiap start – up. Anda hanya perlu aware dan menerapkan perubahan – perubahan dalam pola pikir dan aktivitas.

Kedengaran mudah, namun habit ini perlu dibangun hari demi hari. Tanpa jemu. Silakan mencoba.

 

Sumber: Kontan, 2-8-Oktober-2017.Hal-27

Setelah Iklan Mati

Oleh Jennie M. Xue

(Kolumnis Internasional Serial Entrepreneur dan Pengajar Bisnis , berbasis di California)

 

Banyak pengguna internet yang kenal betul dengan berbagai aplikasi pemblokir iklan atau ad blocker . Kini dapat menikmati internet melalui web browser dan aplikasi tanpa perlu terinterupsi oleh iklan. Padahal iklan-iklan tersebut merupakan sumber pendapatan dari berbagai situs termasuk raksasa pionir Google , Facebook dan Yahoo.

Dengan semakin meningkatnya pengguna ad blocker , bisa dipastikan dunia periklanan akan semakin suram , kolaps dan mati . Bisa dibayangkan di masa lalu bagaimana email menggantikan fungsi faks dan podcast menggantikan fungsi radio konvensional .

Data terakhir di penghujung tahun 2016 menunjukan sebanyak 615 juta unit komputer dan gadget mobile menggunakan ad blocker . Sekitar 11 % pengguna memblokir iklan internet.

Peningkatan pengguna ad blocker bisa 11%-30% . Ketika semua pengguna internet telah menggunakan ad blocker , televisi analog tidak lagi ditonton dan radio 100% digantikan podcast , iklan-iklan konvensional yang menginterupsi suatu tayangan akan semakin tidak mendapat tempat.

Mungkin billboard di pinggir jalan raya masih ada , tapi dengan semakin ketatnya kebijakan-kebijakan kota yang proekologi , kuantitasnya diperkirakan akan menurun. Di negara-negara maju , jumlah billboard sudah semakin menurun , kecuali di titik tertentu yang menjadi tujuan wisata.

Tren di negara-negara maju menunjukan , berbagai jenis sponsor berubah bentuk dari yang menginterupsi tanpa nilai sama sekali , menjadi sesuatu yang menambah nilai dan fungsional . Salah satu kasus iklan versi masa depan yang patut dicatat adalah City Bike di New York .

Citibank meminjamkan sebanyak 6000 sepeda secara gratis untuk dikendarai di kota Apel Besar ini , sebagai bentuk sumbangan bagi komunitas kota . Siapapun dapat menggunakan sepeda-sepeda berwarna biru dan berlogo Citibank tersebut secara gratis.

Anggaran pemasangan iklan global mencapai US$ 1 triliun per tahun , bayangkan betapa besar nilainya bagi kemanusiaan dan peradaban apabila digunakan secara efektif . Sadarilah iklan-iklan yang diinterupsi semakin mudah diblokir sehingga budget sebesar itu terbuang sia-sia tanpa return on investment (ROI).

CEO Amazon Jeff Bezos pernah berkata di “dunia lama” 30% waktu untuk menciptakan dan 70% waktu untuk memasarkan . Dalam “dunia baru” , posisi dua angka tersebut terbalik. Dan saat ini adalah “era dunia baru”

Lantas , bagaimana produk dan jasa dipromosikan ? Apakah perlu mencontoh Citi Bike  , mengeluarkan berbagai program gratis untuk kepentingan komunitas ? Bisa saja . Selain itu , terapkan inbound marketing.

Pemasaran gaya inbound ini sama sekali tidak mengandalkan interupsi iklan yang mendorong (push) tapi hanya member edukasi mengenai konteks produk dan jasa dengan menarik (pull) secara tidak langsung.

Logikanya begini , ketika seseorang mencari sesuatu via “Mbah” Google menggunakan keyword berekor panjang (longtail keyword) seperti ini : “how to put a crying baby to sleep” . Ketika tombol search ditekan , berbagai artikel , video , dan buku dengan judul dan konten bertopik tersebut akan bermunculan.

Disinilah factor inbound alias menarik pencari ke halaman situs tersebut mencapai tujuan . Semakin gencar longtail keyword yang ditanamkan dalam suatu situs , informasinya semakin tersebar di internet.

Bisa dimengerti mengapa situs-situs raksasa mempunyai jutaan halaman yang menggurita dengan jutaan keyword berekor panjang . Tangan-tangan gurita tersebut lebih powerful dalam menarik pengunjung dan konsumen , mengingat mereka memang telah memiliki benih curiositas dari awal .

Konklusinya , ketika iklan-iklan penginterupsi konvensional semakin mudah diblock , budget promosi berpindah ke berbagai bentuk sponsor penambah nilai komunitas dan inbound marketing yang organik atau menyerupai organik. Filter-filter snapchat misalnya ada yang berbayar dan tampak organik sebagai bagian dari platform.

Lantas , masih adakah tempat bagi para eksekutif periklanan dan ad agencies ? Tentu ada , namun mereka berubah bentuk menjadi digital agency atau creative agency . Berbagai sebutan baru bermunculan sesuai dengan spesialisasi mereka .

Bagi para pemasang iklan , bagaimana agar return on investment promosi meningkat ? Bergeserlah dari iklan-iklan konvensional ke sponsor , narasi dan edukasi informatif penambah nilai yang ditunggu dan diharapkan publik . Kuncinya adalah bagaimana menyenangkan konsumen sebelum mereka menjadi customer.

Akhir kata , dunia semakin independen , kritis dan kreatif. Hal-hal yang “mengganggu” semakin ditinggalkan oleh publik.

Teknologi memungkinkan pengguna memilih yang mereka sukai. Pebisnis , beradaptasilah  !

Sumber : Kontan , 22 September 2017 . Hal 19