Pesona Brisbane dan Gold Coast

Pesona Brisbane dan Gold Coast. Kompas. 22 Januari 2015.Hal.35

Ingin berwisata ke tempat yang lain daripada yang lain, tempat yang unik, dan memiliki keindahan alam menakjubkan? Jika ini yang anda cari, Australia adalah tempat yang tepat sebagai tujuan wisata.

Selain Sydney, Melbourne, Perth, dan Adelaide, kota-kota di Queensland tak dapat dilewatkan begitu saja. Kehadiran Brisbane dan Gold Coast di negara bagian ini layak dijadikan destinasi utama untuk mengisi waktu liburan pada tahun ini.

Brisbane

Brisbane memesona dengan banyaknya ruang terbuka hijau yang ada. Para wisatawan dapat mengombinasikan seni dan petualangan ruang terbuka di Brisbane, tempat perpaduan institusi kebudayaan, serta restoran South Bank dengan taman tepi sungai dan Iaguna. Naik perahu uap atau kapal feri di Sungai Brisbane, menuruni tebing curam Kangaroo Point, dan bersepeda ke City Botanic Gardens.

South Bank di Brisbane menjadi pusat gaya hidup yang menarik banyak perhatian para wisatawan dari seluruh dunia. Berjalan-jalan atau bersepeda di South Bank di tepi Sungai Brisbane dan menikmati pemandangan terbaik kota sambil berolahraga.

Terkenal dengan beragam jenis hiburan, rekreasi, dan kegiatan santainya, South Bank mencakup lahan seluas sekitar 17 hektare yang terdiri dari taman, restoran, kafe, bar, butik, museum, dan galeri. Lahan Southbank berada dahulunya digunakan sebagai ajang World Expo ’88 yang memopulerkan kota ini ke penjuru dunia. Untuk petualangan menyenangkan lainnya di South Bank, para wisatan dapat mencoba menaiki Wheel of Brisbane setinggi 60 meter. Dari sini, wisatawan dapat melihat keindahan alam Brisbane dari ketinggian.

Selain taman-tamannya yang teduh dan penduduk setempatnya yang santai, Brisbane memiliki predikat budaya yang serius serta sajian anggur, masakan dan tarian kelas satu. Alami keseruan belanja subtropis di Queen Street, lalu jelajahi gedung-gedung bersejarah di kota ini. Nikmati pula berbagai hal yang menyenangkan di Brisbane dengan berpesiar menyusuri sungai atau dari tempat pengamatan Gunung Coo-tha. Lihatlah pertunjukan musik di Fortitude Valley atau leburkan diri dengan alam di area petualangan berpasir di Pulau Moreton.

Gold Coast

Setelah puas menjelajahi Brisbane, hanya berjarak 1 jam dari kota ini terdapat Gold Coast yang ternama. Bersenang-senang di atas pasir atau di berbagai tempat meriah yang ada di Surfers Paradise. Meskipun bernama Gold Coast, daerah ini bukanlah pantai semata, terdapat pula daerah pedalaman yang akan membawa para wisatawan menemukan nirwana ekologi purba seperti hutan hujan Gondwana, air terjun sejernih kristal, serta ngarai-ngarai berlumut yang dalam. Ikuti salah satu dari sekian banyak jalur jalan kaki melewati Taman Nasional Lamington dan Springbrook yang tercatat sebagai warisan dunia, atau jajal jelajah alam di antara kedua tempat ini dalam wisata jalan kaki Gold Coast Hinterland Great Walk.

Kemudian, temukan esona alam di bawah pohon Beech Antartika purba, saksikan burung-burung subtropis yang berwarna-warni dan berenang di kolam yang berkilauan. Setelah bercengkrama dengan alam, jelajahilah kilang anggur butik di kawasan ini atau bermalam di pemondokan hutan hujan yang rimbun. Lebih jauh ke utara, temukan desan pegunungan yang asri di pegunungan Tamborine dan air terjun Taman Nasional Tamborine yang luar biasa.

Selain itu, yang tak bisa terlewatkan lainnya adalah tujuan wisata bertema yang ternama di Gold Coast. Melihat pertunjukan lumba-lumba dan singa laut di Sea World, menaiki kereta luncur tertinggi dan tercepat di dunia yang menegangkan di Dreamland, atau terjun ke dalam kolam ombak raksasa di Wet ‘n’ Wild Water Park. Informasi lebih lengkap tentang wisata Australia dapat diakses di www.australia.com agar liburan ke Negeri Kanguru ini semakin terasa lengkap, rencanakan dari jauh-jauh hari bersama perjalanan yang dapat menjadi pilihan seperti Asia Tour.

Sumber: Kompas, 22 Januari 2015.hal 35.

Pariwisata Tak Melulu Urusan Angka

Pariwisata tak Melulu rusan Angka. Bisnis Indonesia. 20 Januari.2015.Hal.3

Lutfi Zaenudin

Kejadiannya belum lama, di pengujung akhir 2014, seorang wisatawan asing asyik mengambil gambar setiap sudut di Kampung Naga. Meski berwajah Asia, di mengaku berasal dari Eropa. Entah Belanda atau Jerman. Saya lupa.

Franky, demikian dia memperkenalkan diri, terlihat banyak bercerita mengenai kunjungannya ke beberapa negara. Khusu ke Indonesia, menurutnya, sudah beberapa kali didatangi. Namun, baru kali ini dia ke Kampung Naga. Saya malu, banyak wisatawan berjarak ribuan kilometer datang ke tempat ini. Saya yang hanya hitungan jam dari Jakarta juga baru menginjakkan kaki di kampung yang legendaris ini. Malu euy!

Kata mang Tisna, penghuni Kampung Naga yang kini merangkap jadi pemandu lokal, jumlah wisatawan asing yang mengunjungi kampungnya bisa mencapai 20-30 an orang setiap hari. Biasanya mereka ingin melihat kesedarhanaan dari penduduk setempat yang secara administratif masuk ke Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya itu.

Para wisatawan baik asing maupun dalam negeri memang tidak akan melihat pertunjukan yang lucu dan megah atau atraksi yang mendebarkan ketika mengunjungi kampung itu. Mereka justru disuguhi kehidupan sederhana dan selaras dengan alam yang khas orang desa.

Penduduk setempat menjadi istimewa karena keputusan mereka yang memilih hidup bersahaja. Tanpa televisi tanpa penghangat nasi, tanpa kompor gas, dan tentu saja tanpa listirik. “Buat apa listrik, kami tidak perlu AC. Udara masih dingin di sini.” Ujar Tisna.

Meski demikian, masyarakat Kampung Naga bukannya terisolasi, mereka terbuka tetapi mengendalikan diri. Mereka menolak tunduk dalam kehidupan berfokus pada materi. Tisna, misalnya, mengaku pernah bekerja di salah satu pabrik di Bekasi.

Meskipun menikmat kehidupannya waktu itu, dia menyerah kepada kerinduannya. Rindu pada tanah kelahirannya yang nyaris tanpa listrik. Hanya aki yang diperkenankan memasuki desa itu. “Bukan melarang, tetapi membatasi pengaruh dunia luar kesini,” katanya.

Entah sampai berapa lama mereka bertahan di tengah perubahan zaman yang tiada berhenti. Masuknya accu dan televisi hitam putih ke kampung itu sebenarnya merupakan tanda ada perubahan di kampung itu. Sedikit, tetapi ada perubahan.

Mereka yang dulu hanya mengenal bercocok tanam pun, kini memiliki beragam profesi. Selain bahasa Inggris, beberapa bahasa asing lainnya juga mereka kuasai. Hal ini merupakan buah dari kunjungan wisatawan seperti Franky. Kabarnya, paling banyak turis asal Jerman yang ke sini.

Komunikasi antarbudaya seperti ini tentu saja lambat laun akan mengubah mereka. Namun, apakah untuk istimewa harus mengurung diri dari kehidupan modern yang sangat bergantung pada pasokan listrik itu?

Mungkin pada awalnya mereka tidak menyadari keputusan memelihara budaya leluhur itu bukan hanya menjagaalam dan perhatian pengambil kebijakan di Tanah Air.

Keputusan mereka memegang tradisi membuat nama kampung yang hanya bisa ditempuh dengan menapaki ratusan tangga dari semen itu menggema ke luar negeri dan menarik wisatawan datang ke sini.

Kampung Naga yang cukup menarik ‘dijual’ sebagai wisata budaya sedikit banyak ikut menyumbang angka kunjungan wisatawan asing ke Indonesia yang menapai 9,3 juta orang pada tahun lalu.

Realisasi yang cukup mantap itu juga membuat Kementrian Pariwisata peraya diri untuk menetapkan target kedatangan pelancong dari luar negeri sekitar 10 juta orang pada tahun ini naik sekitar 7% dari realisasi 2014.

Jika turis asing dalam jumlah tersebut datang ke Tanah Air, sumbangan devisa dari sektor pariwisata bisa mencapai US12,05 miliar pada tahun ini.

Meski demikan, banyak yang harus dikerjakan oleh pengambil kebijakan dan para penggiat industri pariwisata ini mulai dari infrastruktur, kecukupan informasi, dan juga kesiapan para pelakunya. Tanah Air kita banyak yang layak dikunjungi, tetapi hingga kini hanya Bali yang paling digemari.

Selain perbaikan infrastruktur, pemerintah juga perlu membuat strategi yang lebih baik untuk membawa pembangunan ke masyarakat tanpa mengganggu budaya setempat.

Sumber: Bisnis Indonesia. 20 januari 2015. Hal 3.

Menyusuri Keindahan Alam Jepang dan Korea

Menyusuri Keindahan Alam Jepang dan Korea. Kompas. 22 Januari 2015.Hal.35

Bingung menentukan destinasi liburan? Anda bisa menjajal Jepang dan Korea sebagai destinasi liburan kali  ini. Maklum saja, menurut mereka yang pernah berkunjung ke dua negara tersebut, ada banyak hal menarik yang bisa anda jumpai di sana.

Setibanya di Tokyo, Kuil Asakusa Kannon bisa menjadi destinasi wisata pertama yang dikunjungi, terlebih lagi kuil Buddha yang terletik di area Asakusa ini melewati Imperial Palace. Setelah itu, Anda bisa memuaskan hasrat berbelanja di Ginza dan Shibuya, dan tak ketinggalan berfoto di Patung Hachiko yang fenomenal. Selain itu, Anda berkesempatan untuk melihat sakura di Ueno Park.

Keesokan harinya, setelah puas beristirahat, merupakan hari yang tepat bagi Anda mengunjungi gunung tertinggi di Jepang, Gunung Fuji. Jika kondisi memungkinkan, Anda bisa naik sampai stasiun ke 5. Kemudian dilanjutkan menuju Yatsugatake untuk berbelanja.

Setelah puas menjelajahi Gunung Fuji, hal berikutnya yang bisa dinikmati adalah pemandangan Gunung Hotaka dengan ropeway yang dilanjutkan menuju Takayama Sannomachi, untuk berbelanja. Jangan lewatkan juga kesempatan menuju Shirakawago yang merupakan salah satu desa tertua di Jepang serta kesempatan melihat pembuatan sample makanan di Gujou yang dilanjutkan dengan kunjungan ke Kuil Kiyomizu dan Fushimi Inari Shrine.

Ke Jepang belum lengkap jika Anda tidak berkunjung ke Osaka. Di sana, sempatkanlah diri berfoto di Osaka Castle dan berbelanja di Shinsaibashi area. Baru kemudian menuju Kobe dan mengunjungi Kobe China town dan Motomachi.

Tidak berbeda jauh dengan Jepang, Korea pun menawarkan sejuta pesona yang tidak kalah indahnya sebut saja Pulau Jeju. Setibanya di sana anda bisa berkeliling kota sambil mengunjungi Mystreious Road, Di mana pada jalan sepanjang 1,5 kilometer ini Anda dapat merasakan keunikan gravitasi bumi yang berubah mejadi di atas, serta Dragon Head Rock Tour. Sempatkanlah juga berkunjung ke Teddy Bear Museum.

Keesokan harinya merupakan saat yang tepat mengunjungi Seongsan Sunrise Peak-gunung berapi yang berasal dari dasar laut, Seongup Folkore Village, Hello Kitty Museum, dan Loveland. Malam harinya saatnya menyaksikan pertunjukan teatrikal komedi Nanta Show.

Selain Pulau Jeju, tempat syuting Winter Sonata, Pulau Nami juga akan memberikan kesan tersendiri. Setelah puas menjelajahi Pulau Nami, saatnya mengunjungi Gunung Sorak mengunjungi Gwokeumsung Fortress menggunakan cable car, Grand Bronze Buddha dan kuil Shinheungsa. Lanjutkan perjalanan menuju Gangneung untuk melihat Sakura, kemudian menuju Seoul untuk berbelanja di Dongdaemun Fashion Market.

Bagi pecinta kuliner, sempatkan diri Anda belajar membuat kimchi dan mengenakan pakaian tradisional korea hanbok. Usai santap siang, kunjungilah Ginseng Shop, Herb Shop, Cosmetic Shop, serta Amethyst dan Duty Free Shop. Setelah itu, kunjungi Gyeongbok Palace, National Folklore Museum atau Changdeyok Palace kemudian melewati Presidential Blue House, lalu mendatangi Trick Eye Museum dan Ice Gallery. Malam harinya, sempatkanlah berbelanja suvenir di Myeongdong Shopping Street.

Jika ingin memiliki sejuta kenangan indah saat berlibur ke Jepang dan Korea, Avia Tour akan selalu siap membantu mewujudkan impian Anda. Selamat berlibur.

Sumber : Kompas 22 Januari 2015. Hal 35