Citraland Grup Gelar Vaksinasi Covid-19 untuk 11 Ribu Warga Citraland. suarasurabaya.net. 23 Juli 2021

https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2021/citraland-grup-gelar-vaksinasi-covid-19-untuk-11-ribu-warga-citraland/

Citraland Grup bekerja sama dengan berbagai elemen, salah satunya dengan Pemkot Surabaya, menggelar layanan vaksinasi Covid-19 untuk mempercepat herd immunity.

Layanan vaksinasi Covid-19 yang digelar di Kampus Universitas Ciputra Surabaya itu digelar untuk masyarakat, khususnya di lingkungan Citraland, Surabaya, sejak Kamis (23/7/2021) kemarin.

Sampai saat ini sudah tercatat sekurangnya 11.000 kepala keluarga (KK) warga Citraland, para mahasiswa di kampus Universitas Ciputra, para siswa Sekolah Ciputra, serta masyarakat umum.

Nada Putri, City Manager Citraland menyampaikan program inisiatif Citraland Grup ini memang ditujukan untuk mendukung pemerintah dalam mempercepat herd immunity.

Pelaksanaan vaksinasi Covid-19 ini didukung Pemkot Surabaya dan Polrestabes Surabaya, melibatkan tenaga kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Ciputra, serta tim kesehatan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya.

“Vaksinasi Covid-19 ini diberikan kepada warga Citraland, pelajar Sekolah Citraland, mahasiswa Universitas Ciputra serta warga masyarakat lainnya,” terang Nada Putri, Jumat (23/7/2021).

Pada hari pertama pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di lingkungan Citraland, sebanyak 2.000 orang dijadwalkan menerima vaksinasi. Saat itu, Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya turut memantau pelaksanaannya.

Sutoto Yakobus Direksi Ciputra, Denny Bernardus Direktur Yayasan, Lauw Hendra Associate Director Citraland Surabaya, dan Yohanes Somawiharja Rektor Universitas Ciputra turut mendampingi.

Sementara hari ini, Jumat (23/7/2021), warga Citraland yang belum mengikuti vaksinasi diharap hadir bersama mahasiswa baru Universitas Ciputra.

Diperkirakan sebanyak 1.000 orang yang mengikuti vaksinasi di Kampus Universitas Ciputra di hari kedua ini.

“Kami ingin terus mendukung program-program pemerintah. Termasuk program layanan vaksinasi Covid-19 ini. Sehingga segera terwujud herd immunity, terutama di kawasan Citraland,” kata Nada.(tok/den)

Siswa-Siswi Sekolah Ciputra Antusias Ikuti Vaksinasi. jawapos.com. 23 Juli 2021

https://www.jawapos.com/surabaya/23/07/2021/siswa-siswi-sekolah-ciputra-antusias-ikuti-vaksinasi/

JawaPos.com – Vaksinasi siswa terus digenjot seiring antusiasme pembelajaran tatap muka (PTM) yang makin tinggi. Persetujuan penggunaan vaksin Sinovac untuk warga usia 12–17 tahun langsung disambut baik oleh sekolah dan siswa. Kamis (22/7) siswa-siswa Sekolah Ciputra termasuk dalam ratusan siswa yang mendapat dosis vaksin Sinovac di area Universitas Ciputra.

”Total kami dapat alokasi vaksin 1.000 dosis,” ucap Fenny Sukamto, GM Sekolah Ciputra. Alokasi tersebut dibagi untuk siswa SMP dan SMA di Sekolah Ciputra dan Sekolah Citra Berkat.

Sejatinya, dari dua sekolah itu, kebutuhannya sekitar 800 dosis saja. Sisa 200 dosis lainnya diberikan untuk siswa sekolah swasta di sekitar CitraLand. Pemberian sisa vaksin melalui sistem pendaftaran umum.

Sebagai sekolah internasional yang mengampu banyak siswa WNA, pihaknya masih memprioritaskan dosis vaksin untuk siswa WNI dulu. ”Untuk yang WNA, kami mengikuti arahan dari pemerintah pusat dan Kemenkes seperti apa,” papar Fenny.

Penyelenggaraan vaksinasi dibantu pihak Universitas Ciputra yang menjadi lokasi vaksinasi sejak Maret lalu. Wakil Rektor II Bidang Operasional UC Laij Victor Effendi menyatakan, sejauh ini ada alokasi 3.000 dosis dari Dinkes Surabaya dan 1.000 dosis dari Polrestabes Surabaya. ”Kita bagi 2.000 untuk warga CitraLand dan sekitarnya, 1.000 untuk siswa sekolah tingkat SMP-SMA, dan 1.000 untuk mahasiswa UC, calon mahasiswa baru, dan alumni kami,” tutur Victor.

Setidaknya ada 40 tenaga medis yang dikerahkan selama dua hari pelaksanaan vaksinasi tersebut. ”Petugas medis dari dinkes, Puskesmas Made, dan Fakultas Kedokteran UC. Puji Tuhan tidak kekurangan SDM untuk jumlah vaksin yang banyak ini,” ujarnya.

Ciputra Group Gelar Vaksinasi Massal untuk 4.000 Warga Citraland.surabaya.tribunnews.com. 23 Juli 2021

https://surabaya.tribunnews.com/2021/07/23/ciputra-group-gelar-vaksinasi-massal-untuk-4000-warga-citraland

SURYA.co.id | SURABAYA – Ciputra Group bekerja sama dengan Polrestabes Surabaya dan PemKOT Surabaya menggelar vaksinasi Covid-19 massal untuk warga, alumni, dan mahasiswa Universitas Ciputra (UC).

Vaksinasi ini digelar di halaman kampus UC berlangsung dua hari pada Kamis (22/7/) dan Jumat (23/7) dengan target 4.000 dosis.

Beberapa persyaratan harus dilakukan oleh calon peserta vaksin, seperti mengisi formulir, membawa fotocopy KTP, menerapkan protokol kesehatan dan datang sesuai jadwal agar tidak terjadi kerumunan.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengapresiasi pelaksanaan vaksin kali karena dianggap lancar dan tidak terjadi kerumunan.

“Saya sangat bangga karena pelaksanaan vaksin kali ini karena berjalan baik dan sangat ketat protokol kesehatannya. Semoga ini menjadi percontohan ditempat lain,” ungkap Eri saat berkunjung ke Universitas Ciputra Surabaya, Kamis (22/7/2021).

Eri berharap warga Surabaya dapat memanfaatkan kesempatan vaksin gratis yang tersedia.

“Saya heran kenapa ada warga yang takut divaksin. Saya harap program vaksinasi seperti ini mendapat support dari segala pihak termasuk warga agar mau vaksin, supaya jumlah kasus Covid-19 di Surabaya dapat melandai,” terangnya.

Sementara itu, Wakil Rektor II Universitas Ciputra, Victor Effendi mengatakan masyarakat sudah menerima vaksin kurang lebih 4.000 orang.

“Tahap pertama kuota total ada 3.000 orang. Dimana 2.000 untuk warga Citraland dan 1.000 untuk siswa sekolah,” ujar Victor.

“Sementara ditahap kedua hari ini, ada kuota 1.000 orang dikhususkan untuk mahasiswa baru dan alumni,” imbuhnya.

Sementara untuk tenaga kesehatan sekaligus vaksinator melibatkan Dokter Muda dari Fakultas Kedokteran Universitas Ciputra yang sudah mendapat izin orang tua sekaligus sudah berpengalaman menangani pasien di RSUD Dr Soewandi Surabaya.

“Dari awal mereka dari awal sudah diajari, termasuk melakukan injeksi dan tensi, ketika di RS mereka juga sudah praktik. Sangat membantu kami di vaksinasi covid-19,” ungkap dr. Charles selaku Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran UC.

Seluruh tenaga kesehatan sekitar 40 orang, ditempatkan mulai dari meja pemeriksaan, vaksinasi dan juga pasca vaksinasi.

“Jadi kami tempatkan di meja 2 ada 15 orang, di meja 3 ada 20 orang, dan beberapa di KIPI,” terang dr. Charles.

Semntara itu dilain pihak, Andi Putra Salim selaku penerima vaksin tahap satu mengaku vaksinasi kali ini bersifat tepat sasaran, lancar dan cepat.

“Alhamdulilah lega, setelah cari info vaksin di Surabaya. Ternyata dapat dari almamater sendiri. Layanan di sini sangat cepat, jadi saya merasa aman karena tidak berlama-lama disini,” ungkap Alumnus Mahasiswa Fakultas Pariwisata UC ini.

Penulis: Zainal Arif | Editor: Parmin

Percepatan Vaksinasi, Dinkes Siapkan 5.000 Dosis Vaksin untuk Warga Surabaya di Universitas Ciputra. surabaya.tribunnews.com.23 Juli 2021

https://surabaya.tribunnews.com/2021/07/23/percepatan-vaksinasi-dinkes-siapkan-5000-dosis-vaksin-untuk-warga-surabaya-di-universitas-ciputra

SURYA.CO.ID, SURABAYA – Mendukung percepatan vaksinasi yang dilakukan pemerintah guna membentuk herd immunity, Ciputra Grup memfasilitasi kegiatan vaksinasi Covid-19 yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

Memberikan tempat di Universitas Ciputra, pada kegiatan vaksinasi itu bakal diberikan sebanyak 5.000 dosis vaksin ke warga Surabaya.

Manager City Citraland, Nada Putri mengatakan, sampai saat ini vaksinasi masih berlangsung hingga Sabtu (24/7/2021).

Vaksin tersebut bakal diberikan kepada warga dan mahasiswa asal Surabaya, maupun warga luar kota yang masih berdomisili di Surabaya.

“Percepatan vaksinasi itu penting untuk membentuk kekebalan komunal menangkal virus Covid-19. Semakin banyak yang turut serta dalam vaksinasi, semakin besar peluang herd immunity terbentuk,” imbuhnya.

Selain memberikan tempat untuk vaksinasi, Ciputra Grup juga memberikan bantuan dari tim tenaga kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Ciputra.

Vaksinasi itu bakal dibuka hingga Sabtu (24/7/2021) besok, mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB.

Warga yang datang hanya akan diminta membawa fotokopi KTP dan mengisi formulir untuk dapatkan vaksinasi tersebut.

Penulis: Firman Rachmanudin | Editor: Cak Sur

CHSE di Bisnis Transportasi. Bali Post. 22 Juli 2021. Hal.1. Dewa GS

Oleh Dewa Gde Satrya

PETAKA tenggelamnya KM Yunicee di Selat Bali pada Selasa (29/6) malam yang lalu menambah kekhawatiran traveler untuk bepergian, terutama ke Bali yang digadang-gadang sebagai barometer pariwisata nasional. Wisatawan yang datang ke Bali saat ini memilih melakukan perjalanan darat (overland) dengan kendaraan pribadi, sebagai alternatif perjalanan yang dinilai minim resiko penularan Covid-19 di masa pandemi, tentu dalam konteks sebelum PPKM Darurat.

Kecelakaan demi kecelakaan moda transportasi publik yang melekat dalam perjalanan wisata seakan tiada berakhir, meski tragedi demi tragedi telah menguras air mata, empati dan evaluasi di berbagai lini. Memulihkan kepercayaan publik, dalam hal ini wisatawan domestik, untuk melakukan perjalanan di dalam negeri tidaklah mudah. Tak hanya jaminan penerapan CHSE (cleanliness, healthy, safety, environment sustainability) di setiap destinasi wisata, restoran dan akomodasi, sebagaimana selama ini telah diupayakan dengan seksama dan menjadi material promosi yang meyakinkan. Namun implementasi CHSE itu harus benar-benar terbukti di setiap mata rantai perjalanan wisata, yang kali ini tidak terbukti pada moda transportasi laut kita.

Kecelakaan maut juga berulang terjadi pada moda transportasi darat. Sekadar menyebut contoh, bus pariwisata merenggut nyawa 17 penump angnya terjadi di Cianjur, Jawa Barat, pada Rabu (27/2/2017). Faktor kelalaian sopir, kondisi jalan dan cuaca, serta jumlah penumpang yang melebihi kapasitas menjadi beberapa penyebab kecelakaan maut tersebut. utamanya kebersihan dan jaminan penyediaan layanan transportasi wisata yang sehat serta aman, kini menjadi tuntutan yang wajib dipenuhi untuk memulihkan kepercayaan dan motivasi wisatawan domestik melakukan perjalanan di berbagai destinasi di Tanah Air.

Keganasan hidup di jalanan juga tergambar dalam data yang pernah dikeluarkan Depkes yang menyebutkan, kecelakaan di jalan merupakan masalah kesehatan yang sangat serius di seluruh dunia, termasuk Indonesia (Firman, 2008). Selain CHSE, terminologi dasar bisnis jasa transportasi sebagai bisnis keselamatan adalah pentingnya penerapan prinsip-prinsip hospitality. Parasuraman (1988) dan Zeithaml et.al (1996) menjelaskan lima dimensi kualitas jasa yang seluruhnya vital bagi pemulihan pariwisata di masa pandemi ini. Pertama, reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan. Kedua, responsiveness, kesiapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberi pelayanan yang cepat dan tanggap yang meliputi kesiapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi dan penanganan pelanggan. Ketiga, assurance, kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberi pelayanan, ketrampilan memberikan informasi, dan sebagainya. Keempat, empathy, perhatian secara individu yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Kelima, tangibles, penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan front office, tersedia tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi, dan penampilan karyawan.

Melalui penerapan CHSE dan prinsip hospitality diharapkan mampu menekan angka kecelakaan, sabotase, kerawanan di perjalanan dari tindak kriminalitas, dan hal-hal buruk lainnya. Paralel dengan upaya keras yang telah lama dikoordinasikan, dievaluasi dan dipromosikan lintas instansi pemerintahan untuk memulihkan pariwisata Bali dengan aneka program, mulai dari Work from Bali, travel bubble, program We Love Bali bekerjasama dengan influencer, program Super Deal, staycation “Pay Now Stay Letter” dan strategi diferensiasi produk serta pemasaran kreatif lainnya, dibutuhkan kesungguhan di setiap pelaku di mata rantai perjalanan wisata. Keseriusan pemerintah pusat dan pemerintah daerah Bali untuk membangun trust pada wisatawan akan sia-sia bila ada mata rantai perjalanan wisata yang tidak menunjukkan performa CHSE di bidang masing-masing. Upaya serius dan detil pemda Bali dapat dilihat melalui diterapkan SOP untuk menerima wisatawan, pengetatan kedatangan wisatawan, penerapan zona hijau dan implementasi CHSE itu sendiri yang ujungnya pada citra destinasi dan mendorong minat kunjungan berulang wisatawan. Kiranya tidak ada lagi petaka pada traveler yang sedang bepergian.

Penulis Dosen Hotel & Tourism Business, Fakultas Pariwisata, Universitas Ciputra Surabaya

 

Sumber: Bali Post. 22 Juli 2021.

Bali Bangun “Trust” Wisatawan Lewat CHSE. balipost.com. 22 Juli 2021.Dewa GS

https://www.balipost.com/news/2021/07/22/205723/CHSE-di-Bisnis-Transportasi.html

Dewa Gde Satrya. (BP/Istimewa)

Petaka tenggelamnya KM Yunicee di Selat Bali pada Selasa (29/6) malam yang lalu menambah kekhawatiran traveler untuk bepergian. Terutama ke Bali yang digadang-gadang sebagai barometer pariwisata nasional.

Wisatawan yang datang ke Bali saat ini memilih melakukan perjalanan darat (overland) dengan kendaraan pribadi, sebagai alternatif perjalanan yang dinilai minim risiko penularan COVID-19 di masa pandemi, tentu dalam konteks sebelum PPKM Darurat.

Kecelakaan demi kecelakaan moda transportasi publik yang melekat dalam perjalanan wisata seakan tiada berakhir, meski tragedi demi tragedi telah menguras air mata, empati dan evaluasi di berbagai lini. Memulihkan kepercayaan publik, dalam hal ini wisatawan domestik, untuk melakukan perjalanan di dalam negeri tidaklah mudah.

Tak hanya jaminan penerapan CHSE (cleanliness, healthy, safety, environment sustainability) di setiap destinasi wisata, restoran dan akomodasi, sebagaimana selama ini telah diupayakan dengan seksama dan menjadi material promosi yang meyakinkan. Namun implementasi CHSE itu harus benar-benar terbukti di setiap mata rantai perjalanan wisata, yang kali ini tidak terbukti pada moda transportasi laut kita.

Kecelakaan maut juga berulang terjadi pada moda transportasi darat. Sekadar menyebut contoh, bus pariwisata merenggut nyawa 17 penumpangnya terjadi di Cianjur, Jawa Barat, pada Rabu (27/2/2017). Faktor kelalaian sopir, kondisi jalan dan cuaca, serta jumlah penumpang yang melebihi kapasitas menjadi beberapa penyebab kecelakaan maut tersebut.

CHSE, utamanya kebersihan dan jaminan penyediaan layanan transportasi wisata yang sehat serta aman, kini menjadi tuntutan yang wajib dipenuhi untuk memulihkan kepercayaan dan motivasi wisatawan domestik melakukan perjalanan di berbagai destinasi di Tanah Air.

Keganasan hidup di jalanan juga tergambar dalam data yang pernah dikeluarkan Depkes yang menyebutkan, kecelakaan di jalan merupakan masalah kesehatan yang sangat serius di seluruh dunia, termasuk Indonesia (Firman, 2008). Selain CHSE, terminologi dasar bisnis jasa transportasi sebagai bisnis keselamatan adalah pentingnya penerapan prinsip-prinsip hospitality.

Parasuraman (1988) dan Zeithaml et.al (1996) menjelaskan lima dimensi kualitas jasa yang seluruhnya vital bagi pemulihan pariwisata di masa pandemi ini. Pertama, reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan. Kedua, responsiveness, kesiapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberi pelayanan yang cepat dan tanggap yang meliputi kesiapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi dan penanganan pelanggan.

Ketiga, assurance, kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberi pelayanan, ketrampilan memberikan informasi, dan sebagainya. Keempat, empathy, perhatian secara individu yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Kelima, tangibles, penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan front office, tersedia tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi, dan penampilan karyawan.

Kedisiplinan setiap penyedia jasa transportasi, khususnya transportasi wisata, untuk memastikan diterapkannya standar operasional prosedur sebelum transportasi diberangkatkan. Termasuk di dalamnya pemeriksaan kebersihan, kesiapan mesin dan armada, alat pengamanan, kesiapan administrasi, dan kesiapan personalia.

Penerapan prinsip-prinsip hospitality, juga CHSE, dalam moda transportasi wisata, saat ini sangat dibutuhkan untuk meraih kepercayaan wisatawan domestik untuk melakukan perjalanan wisata dan secara nasional mendongkrak reputasi sarana transportasi publik yang dalam konteks kepariwisataan berkontribusi merengkuh kepercayaan konsumen dan meningkatkan nilai jual. Dalam World Economic Forum Report Travel and Tourism Competitiveness Index 2008 misalnya, Indonesia menduduki peringkat 80 dibanding Singapura (peringkat 16), Malaysia (peringkat 32), dan Thailand (peringkat 47).

Perolehan peringkat yang rendah itu salah satunya disebabkan kelemahan Indonesia dalam hal infrastruktur. Untuk sarana transportasi darat, Indonesia menduduki peringkat 98. Sedangkan transportasi udara berada pada peringkat 61. Sebagai pembanding, Malaysia menduduki peringkat 28 untuk sarana transportasi darat.

Melalui penerapan CHSE dan prinsip hospitality diharapkan mampu menekan angka kecelakaan, sabotase, kerawanan di perjalanan dari tindak kriminalitas, dan hal-hal buruk lainnya. Serta, meningkatkan kapasitas dan kualitas berbagai instrumen terkait di dalamnya, mulai pengelolaan secara profesional terminal, pelabuhan, bandar udara, kualitas jalan raya (penerangan, penanda dan pembatas jalan), kualitas dan estetika armada, hingga sumber daya manusia.

Paralel dengan upaya keras yang telah lama dikoordinasikan, dievaluasi dan dipromosikan lintas instansi pemerintahan untuk memulihkan pariwisata Bali dengan aneka program, mulai dari Work from Bali, travel bubble, program We Love Bali bekerjasama dengan influencer, program Super Deal, staycation “Pay Now Stay Letter” dan strategi diferensiasi produk serta pemasaran kreatif lainnya, dibutuhkan kesungguhan di setiap pelaku di mata rantai perjalanan wisata. Keseriusan pemerintah pusat dan pemerintah daerah Bali untuk membangun trust pada wisatawan akan sia-sia bila ada mata rantai perjalanan wisata yang tidak menunjukkan performa CHSE di bidang masing-masing.

Upaya serius dan detil pemda Bali dapat dilihat melalui diterapkan SOP untuk menerima wisatawan, pengetatan kedatangan wisatawan, penerapan zona hijau dan implementasi CHSE itu sendiri yang ujungnya pada citra destinasi dan mendorong minat kunjungan berulang wisatawan. Kiranya tidak ada lagi petaka pada traveler yang sedang bepergian.

Penulis Dosen Hotel & Tourism Business, Fakultas Pariwisata, Universitas Ciputra Surabaya

 

Made and Empowered by Women for Every Women. ecomogulmagazine.com. 21 Juli 2021. FPD

MADE AND EMPOWERED BY WOMEN FOR EVERY WOMEN

By: Winnie Nettabella

What we wear is having a necessary part of our identity. Because when we are wearing something on will show our personality, feelings, wealth, status, and many others. But as time goes, the clothes we buy are often become less thoughtful. They are not friendly to the environment or even not timeless and less appreciative to the well-being of the people who made our clothes.

We as generation Z feel the obligation to contribute to our earth and fashion industry where the sustainable fashion movement is the right thing to do for us as fashion students. During our project at Fashion and Sustainability course, we were challenged to collaborate with local artisans or sustainable fashion players to raise awareness and focus the campaign on the highlighting sustainable movement we chose for the Indonesian fashion industry.

Me and my friends: Brigitta, Fira, Yolanda, and Komang are fashion students at the Fashion Product Design and Business study program at Universitas Ciputra in Surabaya, Indonesia, where we were paired with Songket Deli for this collaboration project for a sustainable fashion campaign by raising our very own cultural sustainability in Indonesia.
Songket Deli is an Indonesian textile maker or artisan that produces traditional songket (hand weaving) textile of North Sumatra. Irfania Lubis, a sociopreneur, the brand’s successor is indeed a descendant of the Deli Sultanate, continuing her mother’s legacy as the founder of the brand, which is why she is devoted to her heritage culture and ancestry.

This devotion has reflected in Songket Deli’s vision, where they are creating textiles with the richness of their heritage of the Malay culture. Songket Deli is not only focusing on preserving the Indonesian culture’s sustainability, but they are also concern about women’s empowerment. For jobless women, Songket Deli has to provide weaving training for free as long as they want to learn. The provided training is to empower them out of poverty for instance, with a fair living wage and economic stability for their households. They are also allowed to work in a safe and encouraging working environment.

Made and empowered by Women for Every Women, is a collaboration project between Songket Deli and Universitas Ciputra Surabaya fashion students within the fashion sustainability scoop. Because every woman has their uniqueness, Songket Deli wanted to provide products with quality for longer wearing, value, timeless design for any Indonesian woman who wears this collection. In the process of making garments, songket textiles are becoming leftover cloth that should be able to re-use or upcycle.

We used them to reach wider markets of this songket cloth, adapting them into a capsule collection that is more comfortable and easy to mix and match for daily use. Irfania revealed that there are not many young consumers are liking the songket textile, especially for daily use. Thus this capsule collection is meant for the young market as well as an effort to preserve the songket itself. Here we celebrate sustainability and minimalism, yet remain cultured.

From this collaboration we would like to convey a message to appreciate the woman weavers who have made the songket clothes, also our values through trendless clothes that will last for longer use, clothes that will empower you to be confident in yourself presented in neutral colors that are suitable for every skin tone with adjustable size, so it is comfortable to be used by various body shapes.

Under the hashtag #SongketDeliForPluralism, we want to encourage everyone who is using Songket Deli pieces to share the same value. That kind of clothes that’s so valuable!

Siswa dan Alumni Dapat Jatah Vaksin. Jawa Pos. 23 Juli 2021. Hal.15. Rektorat

Murid WNA Tunggu Keputusan Pusat

SURABAYA, Jawa Pos – Vaksinasi siswa terus digenjot seiring antusiasme pembelajaran tatap muka (PTM) yang makin tinggi. Persetujuan penggunaan vaksin Sinovac untuk warga usia 12-17 tahun langsung disambut baik oleh sekolah dan siswa. Kemarin (22/7) siswa-siswa Sekolah Ciputra termasuk dalam ratusan siswa yang mendapat dosis vaksin Sinovac di area Universitas Ciputra.

“Total kami dapat alokasi vaksin 1.000 dosis,” ucap Fenny Sukamto, GM Sekolah Ciputra. Alokasi tersebut dibagi untuk siswa SMP dan SMA di Sekolah Ciputra dan Sekolah Citra Berkat.

Sejatinya, dari dua sekolah itu, kebutuhannya sekitar 800 dosis saja. Sisa 200 dosis lainnya diberikan untuk siswa sekolah swasta di sekitar CitraLand. Pemberian sisa vaksin melalui sistem pendaftaran umum.

Sebagai sekolah internasional yang mengampu banyak siswa WNA, pihaknya masih memprioritaskan dosis vaksin untuk siswa WNI dulu. “Untuk yang WNA, kami mengikuti arahan dari pemerintah pusat dan Kemenkes seperti apa,” papar Fenny.

Fenny juga mengatakan bahwa siswa yang mengikuti vaksinasi perlu membawa beberapa berkas untuk registrasi. Observasi KIPI juga dilakukan saat vaksinasi. Persiapan memang cukup mendadak. Mereka hanya punya waktu tiga hari untuk sosialisasi kepada siswa dan orang tua.

Penyelenggaraan vaksinasi dibantu pihak Universitas Ciputra yang menjadi lokasi vaksinasi sejak Maret lalu. Wakil Rektor II Bidang Operasional UC Lalj Victor Effendi menyatakan, sejauh ini ada alokasi 3.000 dosis dari Dinkes Surabaya dan 1.000 dosis dari Polrestabes Surabaya. “Kita bagi 2.000 untuk warga Citraland dan sekitamya, 1.000 untuk siswa sekolah tingkat SMP-SMA, dan 1.000 untuk mahasiswa UC, calon mahasiswa baru, dan alumni kami,” tutur Victor.

Setidaknya ada 40 tenaga medis yang dikerahkan selama dua hari pelaksanaan vaksinasi tersebut. “Petugas medis dari dinkes, Puskesmas Made, dan Fakultas Kedokteran UC. Puji Tuhan tidak kekurangan SDM untuk jumlah vaksin yang banyak ini,” ujarnya. (dya/c19/ady)

 

Sumber: Jawa Pos. 23 Juli 2021. Hal.15.

PPKM & Hospitality Penanganan Covid 19. Kontan. 21 Juli 2021. Hal.15. HTB. Dewa Gde S

Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia membuat pemerintah melaksanakan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada 3-20 Juli 2021. Kewaspadaan akan bahaya virus mematikan ini tidak boleh diturunkan, bahkan kali ditingkatkan dengan memakai dobel masker sebagai unsur penting protokol kesehatan. Di tengah tekanan, kekhawatiran dan derita ini, tenaga medis dan instansi pemerintah menjadi ujung tombak pelayanan penanganan bagi pasien positif Covid-19.

Aspek hospitality benar-benar dihayati dan diterapkan oleh tenaga medis kita, dan manfaatnya dirasakan oleh penderita, keluarga penderita dan seluruh masyarakat. Pengalaman terinfeksi virus korona pada keluarga saya akhir tahun, menyisakan pengalaman berharga dan pengetahuan yang praktis tentang tata kelola penanganan Covid-19 di fasilitas kesehatan pemerintah, tepatnya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

Best practice dari pelayanan kesehatan yang diberikan Pemkot Surabaya menjadi contoh hadirnya negara di tengah warga. yakin pemerintah di setiap Kami daerah dan tenaga kesehatan kita juga melakukan hal yang sama.

Setelah hasil test swab salah satu anggota keluarga menunjuk kan positif terinfeksi Covid-19, petugas Puskesmas kelurahan di area tempat tinggal kami langsung menghubungi untuk melakukan tracing dan menjadwalkan test swab sekeluarga. Seperti diduga, seluruh anggota keluarga juga terinfeksi Covid-19.

Berbeda dengan anggota keluarga yang langsung mendapat perawatan di rumah sakit rujukan Pemkot Surabaya karena memiliki gejala, anggota keluarga yang lain dikarantina di Asrama Haji karena tidak memiliki gejala. Seluruh penanganan kami sekeluarga dilakukan dan dikontrol langsung Puskesmas dan kelurahan setempat.

Tak hanya itu, sembari i menunggu hasil test swab di Puskesmas, kami melakukan isolasi mandiri di rumah dengan dukungan konsumsi sehari tiga kali dan snack sehat berupa wedang pokak disertai 15 telur rebus dari petugas Kelurahan. Sungguh pengalaman yang menyentuh dan apresiasi untuk kesigapan dan ketulusan aparatur pemerintah kota Surabaya.

Kehadiran negara melalui fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan mulai dari Puskesmas, rumah sakit rujukan dan pelayanan isolasi mandiri, terasa ‘hangat’, ramah dan meringankan beban. Terakhir, pembagian paket obat gratis bagi masyarakat yang sedang isolasi mandiri yang diluncurkan Presiden Joko Widodo, Kamis (15/7).

Bukti bahwa hospitality telah jamak dikenal dan dipraktikkan bangsa Indonesia secara naluri juga L’menjamah’ para tenaga kesehatan dan segenap aparatur pemerintah yang bekerja secara tim pada penanganan wabah saat ini. Hospitality yang telah menjadi industri, berakar pada soal hati, pada tataran kepemilikan rasa untuk melayani orang lain.

Ada semacam standar yang tidak tertulis, bahwa aktivitas jasa, perdagangan dan setiap hal yang terkait interaksi dengan orang lain, dilakukan untuk saling menciptakan dan meningkatkan nilai lebih di kehidupan.

Kesadaran akan nilai tersebut membutuhkan pembiasan terus menerus, dan penciptaan nilai lebih tersebut dilakukan dengan kerendahan hati untuk memberikan value kepada orang lain melalui pelayanan.

Dimensi Hospitality

Hospitality memang tidak sebatas keramahtamahan. Sebagai- mana didefinisikan Philip Kotler, dkk (2003), ranah bisnis yang sarat dengan service ini salah satunya mencakup penyediaan makanan dan minuman. Menurut Oxford Advance Learner’s Dic- tionary (2000), hospitality didefinisikan sebagai friendly and generous behavior towards guests: food, drink, or services that are provided an organization for by an guests, customer, etc. Melalui Saat pandemi ada standard baru yang tinggi di ranah layanan publik, yakni kesigapan, kecepatan, kecermatan, sekaligus kesungguhan hati dan bersabar saat memberi layanan kepada warga yang sedang panik, sakit dan berduka.

Inilah wajah baru pelayanan publik yang hadir terus menerus, menyertai iringan bunyi sirene ambulans, berita penanganan Covid-19 yang mengkhawatirkan. Nilai-nilai hospitality yang khas dimiliki industri perhotelan, kini menjadi kekhasan dalam penanganan wabah Covid-19 di setiap lini layanan kesehatan.

Ada kepemimpinan, integritas, kerja keras, team work, cinta, kesadaran diri dan sikap-sikap luhur lainnya pada setiap mata rantai sistem penanganan kesehatan publik. Sebagian nilai yang kian luntur di negeri ini, mencuat kembali menjadi secercah harapan di balik duka lara pandemi ini. Hospitality menjadi media yang tepat dan baik untuk mempertemukan kemanusiaan, dengan aneka problematik dan cakupan, mulai ranah keluarga hingga negara.

Lima dimensi kualitas jasa berikut ini, secara empiris terbukti ketika dipraktikkan dalam pelayanan wabah Covid-19. Parasuraman (1988) dan Zeithaml, dkk (1996) menjelaskan lima dimensi kualitas jasa yang seluruhnya vital dalam hospitality.

Pertama, kehandalan, kemampuan memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan. Kedua, responsiveness, kesiapan membantu pelanggan dan memberi pelayanan yang cepat dan tanggap yang m g meliputi kesiapsiagaan dalam melayani pelanggan, kecepatan dalam menangani transaksi dan penanganan pelanggan.

Ketiga, assurance, pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberi pelayanan, ketrampilan memberikan informasi, dan sebagainya. Keempat, empati, perhatian secara individu ke pelanggan seperti kemudahan mendapat jawaban atas pertanyaan, kemampuan berkomunikasi ke pelang gan. Kelima, tangibles, penampilan fasilitas fisik mencakup kebersihan, kerapian kenyamanan, kelengkapan peralatan komunikasi, dan penampilan.

Media hospitality dalam situasi darurat wabah Covid-19, meneguhkan kesanggupan Indonesia menjadi teladan di dunia. Bahwa Indonesia sebagai satu bangsa memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi, gotong royong saling menanggung beban penderitaan dari krisis kesehatan maupun krisis ekonomi saat ini. Secara strategis, kegentingan situasi penanganan wabah saat ini memiliki substansi yang teramat penting bagi perjalanan bangsa ini, menjadi refleksi kesanggupan Indonesia menjalankan conflict management dan conflict resolution antar anak bangsa. Mengapa demikian? Pandemi ini membuka sekat-sekat kebuntuan komunikasi antar warga. Ketidakmengertian atau ketidakpedulian publik akan kinerja para aparatur negara, bahkan rasa skeptis ke aparatur sipil negara perlahan luntur melihat kesigapan dan kesungguhan mereka melayani warga di area masing-masing. Ada relasi baru: sesama warga sesama saudara, tiada lagi sekat warga-pemerintah.

Pada akhirnya penanganan wabah tidak melulu dengan instruksi dan anjuran 5M. Tapi perlu wajah wajah aparatur pemerintah di tiap jejaring pelayanan kesehatan, yang manusiawi, hangat, ramah dan menyejukkan. Hospitality menjadi medan luas di segala bagi Puskesmas, area karantina, kantor-kantor pemerintah dari kelurahan hingga kota/kabupaten.

 

Sumber: Kontan. 21 Juli 2021. Hal.15.

Menjaga Bali di Masa PPKM Darurat. Bali Pos. 10 Juli 2021. Hal.1,7. I Dewa GS.HTB

Oleh Dewa Gde Satrya

 

Wacana pembukaan Bali untuk wisatawan mancanegara pada akhir Juli dipastikan batal karena pemberlakuan kebijakan PPKM Darurat untuk Jawa dan Bali pada 3-20 Juli 2021. Kebijakan itu diumumkan Presiden pada 1 Juli 2021 setelah ‘meledaknya’ kembali kasus Covid-19 di Tanah Air. Selama pandemi ini, perekonomian Bali menurun signifikan minus 9,31%, berdampak langsung pada PHK sebanyak 3.300 orang dan sejumlah 75.100 orang dirumahkan. Penderitaan ekonomi tak terkira pada hilangnya lapangan pekerjaan pada mata rantai pariwisata: guide, sopir, petani, UMKM, hotel, resto, tour and travel.

Memang, pengalaman Bali dalam menghadapi force majure bukan kali pertama. Namun, pandemi ini benar-benar menekan semua pihak terkait pariwisata dan perkonomian Bali pada level yang sangat dalam. Sebelum virus corona merebak, Bali pernah mengalami keadaan darurat bencana alam erupsi Gunung Agung periode 2017 hingga 2018. Kala itu, PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indone sia) Bali menyerukan agar industri hotel khususnya, tidak mengambil keuntungan dari keadaan darurat ini. Komitmen dibuktikan dengan memberikan harga terendah bagi tamu yang terpaksa memperpanjang waktu tinggal mereka. Strategi bertahan untuk menyelamatkan perusahaan telah dan terus dilakukan insan pariwisata di Tanah Air, khususnya Bali.

Ini sebagian bukti betapa Bali menjadi ‘surga’, tempat yang nyaman untuk berlindung bagi semua orang. Lebih-lebih dalam keadaan darurat, Bali menjamin keamanan dan ke selamatan jiwa-jiwa. Di masa silam, jejak Bali yang menyelamatkan bagi umat manusia masih terekam kuat. Dikisah kan, Rsi Markandya, seeorang yang suci yang hidup pada masa Majapahit, menemukan obat alami yang menyembuhkan berbagai penyakit di sebuah sungai di desa yang kini bernama Ubud. Di Ubud, terasa kuat sikap tuan rumah yang baik (be a good host) bagi setiap pendatang, memperlakukan tamu secara baik (treat your guest properly) dan membangun sebuah ‘rumah’ yang nyaman bagi turis (building a home sweet home).

Ubud, Kota Terbaik Ketiga di Asia

Hermawan Kartajaya (2009) menyatakan, karakteristik manajemen dan keseluruhan Ubud merupakan kisah sukses penerapan prinsip marketing 3.0 yang dewasa ini menjadi metode yang pas di era human-centric ini. Era customer-centric dengan pendekatan marketing 1.0 dan era customer-centric dengan pola marketing 2.0 telah berlalu. Dalam konsep marketing 3.0, sinergi antara profit oriented dengan tanggung jawab sosial penciptaan nilai-nilai positif untuk umat manusia (komunitas lokal khususnya), alam dan lingkungan hidup, kebudayaan dan kearifan lokal, merupakan suatu keniscayaan.

Karena itu, tak heran Ubud kembali menorehkan prestasi yang membanggakan pariwisata Indonesia. Destinasi berbasis pedesaan yang terletak di Kabupaten Gianyar, Bali, itu, berhasil masuk sebagai kota terbaik ketiga di Asia oleh majalah asing Travel + Leisure. Di peringkat pertama Hon An (Vietnam), dan di peringkat kedua Chiang Mai (Thailand). Sedangkan di peringkat dunia, Ubud berada di urutan 15 teratas. Model destinasi berkualitas seperti Ubud layak direplikasi di daerah lain di Tanah Air untuk merebut masa depan pasar wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara.

Akar dari kualitas destinasi Ubud terletak pada kemampuan destinasi tersebut memberikan pengalaman. yang menyenangkan dan mendalam bagi siapa saja yang berkunjung ke sana. Dalam konsep turisme, Ubud menawarkan total experience, yang mampu memenuhi kebutuhan jiwa yang mendalam bagi setiap wisatawan, yakni kesegaran jiwa, kebahagiaan.

Kini, relevansi eksistensi Bali dengan kebutuhan umat manusia modern ada pada tantangan peradaban global yang kini mengalami kekhawatiran global sebagai dampak persebaran virus corona, lebih-lebih pada akhir Juni ini angka kasus penderita Covid-19 meningkat tajam. Karakteristik turisme sebagai bagian penting dari kehidupan seharusnya difungsikan sebagai salah satu tools untuk mengobati jiwa umat manusia yang kini ‘tertekan’ dalam bahaya ancaman virus mematikan. Maka, menjaga Bali di masa PKMM Darurat ini sekiranya benar-benar menjadi langkah awal keberhasilan pengendalian Covid-19 dan akan membuahkan hasil positif setelahnya.

Persiapan pengetatan kunjungan wisatawan yang datang ke Bali dan diterapkan standard operating procedure bagi kedatangan wisatawan di Bali, nantinya dapat diterapkan secara ketat. Selain itu, adaptasi pelaku wisata di Bali dalam menerapkan new protocol Covid-19 di industri pariwisata dan perhotelan yang telah terbukti dan teruji konsisten selama masa pandemi ini, seperti face mask policy, covid cards sebagai bukti bebas Covid-19, contact less, serta distancing service policy, teruslah dijaga dan diterapkan secara konsisten.

Penulis, Dosen Hotel & Tourism Business, Fakultas Pariwisata, Universitas Ciputra Surabaya

 

Sumber: Bali Pos. 10 Juli 2021. Hal.1,7