Menjadi Jembatan Pemasaran

Astrid Juanita Stephanie yang merupakan lulusan food technology Universitas Gajah Mada dan Johannes Kristanto yang lulusan agriculture industry di universitas yang sama, berbagi mimpi untuk membuat bisnis dengan dampak sosial.

Setelah lulus menempuh pendidikan, Astrid sempat bekerja sebagai national sales manager di suatu hotel dan restoran. Demikian pula halnya dengan Johannes.

Berbekal latar belakang ilmu dan pengalaman bekerja di perusahaan produk makanan. Keduanya, mantap mendirikan PanenID pada Januari 2017 sebagai penghubung atau direct & fair trading agriculture product dengan konsumen akhir hotel dan restoran.

PanenID merupakan platform teknologi yang memiliki model bisnis untuk memotong rantai pasar, sehingga petani dapat langsung menjual hasil pertaniannya ke konsumen akhir, khususnya hotel dan restoran.

Adapun Astrid bertindak sebagai CEO dan Johannes menjadi chief technology officer atau CTO.

Astrid memaparkan, dengan modal sekitar Rp. 100 juta dari hasil jual kendaraan mobil miliknya PanenID mencoba peruntungan di Bali. Bukan tanpa alasan, Bali dipilih karena potensi segmen market yang dibidik sangat besar.

“Kami mulai di Bali dengan alasan memiliki lebih dari 5.000 hotel dan 200 diantarnya adalah bintang 5,” ujarnya kepada Bisnis.

Dia mengatakan awalnya PanenID membina petani lalu hasilnya langsung dibawa ke pelanggan akhir (end customer). Namun, ada sedikit pembaruan saat ini PanenID mengambil posisi bekerja sama dengan para petani yang memiliki lahan dan melakuakan bagi hasil sebesar 70% dan 30%.

“Keunggulannya rantai kami pendek dan kualitas unggulan,” katanya.

Dia mengatakan PanenID masuk melalui dinas pertanian setempat untuk dipertemukan dengan petani-petani pilihan. Pihaknya kemudian membuat prototipe di satu lahan yang akhirnya berkembang.

Kini sudah ada 300 petani yang tersebar di delapan area yaitu untuk kawasan Bali ada di Auman, Pancasari, Belok atau Sidah, Ubud, Sanur untuk yang organik. Kemudian, kawasan Bogor ada dua lokasi. Selain itu, ada satu lagi di Getasan Jawa Tengah.

Saat ini, PanenID memiliki sekitar 300 komoditas pertanian dengan lebih dari 1.000 ton produk yang berhasil dikirimkan. Beberapa komoditas tersebut diantaranya, tomat, brokoli, dan cabai rawit.

Dari sisi pertumbuhan bisnis dan omzet, PanenID juga terus mengalami pertumbuhan signifikan.

“Januari 2017 vs Januari 2018, kami naik lebih dari 1.000%. [Untuk] Februari 2018 [dibanding Februari 2017] kami naik lebih dari 2.000%,” katanya.

Dia mengatakan dari sisi omzet, untuk dua bulan pertama yaitu Januari dan Februari 2018, juga melampaui omzet enam bulan pada 2017.

“Sekarang omzetnya per bulan di kisaran Rp. 500 juta. Targetnya [bisa] US$ 1 juta [untuk sepanjang] tahun ini [2018],” katanya.

Setelah dari Bali, PanenID juga mulai masuk ke Jakarta. Namun, beberapa tantangan dihadapi seperti persaingan.

Namun, pihaknya tetap optimis karena memiliki keunggulan dari sisi variasi produk yang mencapai 300 komoditas.

Selain itu PanenID juga telah memegang customer chain atau rantai pelanggan besar dari hotel dan restoran seperti Ayana, Padma, Four Season, dan Harris Group.

“Targetnya tahun ini ada di lima kota, bali, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bandung,” kata Astrid.

Baginya, untuk terjun ke bisnis di sektor ini, perlu dilakukan sesuai dengan passion atau minat karena langkah di awal akan berat sehingga jika tidak sesuai dengan minat akan mudah menyerah.

Dari sisi modal, dia juga mengatakan memang memerlukan tahanan modal yang besar bergantung dari perkembangan yang ingin dicapai. Hal tersebut karena dalam bisnis dengan target segmen market hotel dan restoran ini memiliki ketentuan pembayaran satu bulan.

PanenID juga terus melakukan inovasi dari sisi teknologi dengan mengembangkan sistem baru di lahan pertanian yang ada.

 

 

Sumber: Bisnis-Indonesia-Weekend.25-Maret-2018.Hal_.5

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *