The Abduction of Sita di Hari Tari Sedunia.Ramayana Indonesia-Thailand Hasil Lockdown.Harian Disway.2 Mei 2021.Hal.42-43

Ramayana, sebuah epos sastra dari India, menyebar ke berbagai wilayah di Asia dan menjadi identitas budaya masing-masing, termasuk Thailand dan Indonesia. Adanya kesamaan budaya itu, membuat kedutaan besar Indonesia dan Thailand di Ottawa, Kanada, menggagas kolaborasi tari Ramayana.

Al Whitcomb, penari Thailand di Ottawa yang memiliki sanggar tari bernama The Thai Dance Trouped of Ottawa berperan sebagai Sita. Sementara Eko Nurcahyo, staf Penerangan Sosial Budaya, KBRI Ottawa, berperan sebagai Rahwana. Keduanya melakukan pengambilan gambar di embassy masing-masing dengan menggunakan green screen.

Video yang dihasilkan, kemudian diolah dan disatukan melalui teknologi video. Hasilnya adalah perpaduan yang menarik. Seakan keduanya bertemu langsung. Padahal saling berjauhan. Bertajuk Fragment Ramayana, The Abduction of Sita, pementasan yang digelar tepat pada peringatan Hari Tari Sedunia itu diunggah oleh masing-masing embassy dengan bangga.

Adegan dibuka dengan Kai yang memakai baju tari ala Thailand, bergerak anggun. Sedikit mirip dengan busana adat Indonesia dengan motif-motif menyerupai batik. la menggunakan penutup kepala yang ujungnya runcing ke atas.

Sita melenggak-lenggokkan jemari dan tubuhnya di atas terpaan lampu sorot merah. la sosok perempuan jolita yang berbanding lurus dengan keolokan wajahnya. Kecantikannya itu membuat siapa saja terpana. Termasuk Rahwana.

Adegan tiba – tiba beralih dari Bita ke suasana gelap Alengkadiraja. Maharaja Rahwana berteriak kencang. Teriakan penuh kerinduan terhadap sosok Sita yang begitu dikaguminya. Raja angkara murka itu menari dengan gerakan bertempo cepat. Gerak kejang namun meliuk-liuk garang.

Musik gamelan Jawa dan Thailand berpadu mengiringi gerak Rahwana. Merentangkan tangan dan hanyut dalam lamunan kasmaran, sosok Sita muncul, menari dengan anggunnya. Bayang Sita bergerak gemulai, memenuhi pikiran Rahwana. Senyumnya, lekuk tubuhnya, hingga ia membuyarkan lamunannya dan bergerak ke sana-kemari.

Rahwana telah bersiap. Gairahnya membuyarkan akal sehat. la hendak bergegas menemui dan menculik Sita. Tak ambil pusing meski Sita berstatus sebagai istri Rama. Dengan latar gapura pintu masuk khas bangunan Pura di Bali, Rahwana terlihat menari dan bersiap-siap.

Di Hutan Dandaka, tempat Sita menjalani pengasingan bersama Rama, suaminya, ia tampak sendirian. Gemulai geraknya mengesankan penantian dan kekhawatiran terhadap suaminya yang tak kunjung tiba. Suaminya itu sedang berburu kijang kencana. Latar pepohonan kering dan jingga senja menjadi penguat nuansa. Menjelang malam Rama belum jua pulang.

Sita masih menari namun tak dapat leluasa bergerak. la dibatasi oleh lingkaran ajaib yang dibuat oleh suaminya. Tak satupun bisa menembusnya, bahkan raksasa hingga para dewa.

Rahwana seketika muncul di balik pohon, la menari kegirangan karena berada di sekitar Sita. Rahwana menghambur ke arahnya, bermaksud mendekap, namun ia terpental. Terkena lingkaran gaib yang menyelimuti Sita.

Raja Alengka itu tak hilang akal. rasa welas asih Sita, ia mengubah dirinya menjadi seorang pengemis tua. Tampak ia berubah wujud, memakai topeng dan kain putih. Tangan kanannya meminta maaf. Di luar ajaib itu ia menemui Sita. Sita sadar akan kehadiran pengemis tua itu.

Merasa kasihan, ia keluar lingkaran. Sirnalah segala pelindung. Saat itulah kesempatan bagi Rahwana untuk merengkuh tangan Sita. Keduanya menari bersama. Rahwana dengan ekspresi girang, dan Sita dengan ekspresi ketakutan. Di akhir pementasan, Rahwana menculik Sita. Pergi menuju Alengkadiraja, daerah kekuasaannya.

Itulah pementasan yang ditampilkan oleh Eko dan Kai, yang mewakili kedutaan besar masing-masing negara di Ottawa. Kesamaan budaya antara Thailand dan Indonesia rupanya dapat dipadukan dengan apik.

Yulistiawarman Zakaria, kuasa usaha ad interim KBRI Ottawa, mengatakan bahwa pentas tersebut diselenggarakan untuk merekatkan hubungan kedua negara. “Juga memopulerkan budaya Asia. Antusiasme warga Kanada terhadap budaya Asia cukup besar,” ujar pria yang akrab dipanggil Arman itu. Sebagai perwakilan KBRI, Arman merasa bangga dengan penampilan kedua penari. Khususnya kepada Eko, alumni ISI Yogyakarta yang selama ini diperbantukan mengajar dan memberikan workshop budaya Indonesia kepada warga Ottawa.

Di Indonesia maupun Thailand, penceritaan kisah Ramayana diangkat melalui berbagai bentuk kesenian. Salah satunya adalah tarian. Sebagai contoh, di Prambanan tentu orang banyak tahu pementasan sendratari Ramayana, atau pertunjukan wayang orang yang juga identik dengan tarian.

Thailand pun demikian. Budaya di negara Gajah Putih itu menampilkan Ramayana dengan tari tradisi mereka yang memiliki nilai kisah. Adanya kesamaan antara Indonesia dan Thailand, membuat kedua kedutaan besar menggagas perpaduan wayang orang dan tarian Indonesia-Thailand. Mengangkat tema Ramayana.

Sebenarnya, mereka ingin mempertontonkan kolaborasi Ramayana pada publik Kanada. Namun karena pemerintah negara tersebut memberlakukan State of Emergency dan jumlah penderita Covid-19 meningkat, rencana tersebut terpaksa diubah.

Namun batasan lockdown tak menghambat kreativitas kedua negara. Mereka justru bisa menyelenggarakan pertunjukannya secara virtual. “Saat lockdown, maka konsep diubah menjadi lebih kreatif bukan,” ujar pria 48 tahun itu.

Tiap tahun KBRI Ottawa selalu rutin mengadakan pementasan. Tiap kali berpentas, yang hadir mencapai 4 ribu orang. Kiprah KBRI dalam bidang pengembangan kebudayaan Indonesia di Kanada memang sangat dikenal. Berbagai komunitas seni Indonesia bermunculan. Sebut saja komunitas tari Semarawinangun di Ottawa, Giri Kedaton di Waterloo, Indonesian Angklung Society di Montreal dan lain sebagainya.

Tak menutup kemungkinan, ke depan pementasan tersebut akan dilanjutkan. Bisa saja menampilkan kisah Ramayana yang utuh. “Cerita Ramayana memiliki akar sejarah dan afinitas budaya yang kuat, tidak hanya di Indonesia dan Thailand saja, tetapi juga di seluruh Asia,” pungkasnya. Kolaborasi kebudayaan diharapkan mampu mengangkat nama Asia di mata publik. Khususnya Indonesia dan Thailand. (Heti Palestina Yunani Guruh Dimas Nugraha)

 

Sumber: Harian Disway.2 Mei 2021.Hal.42-43

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *