Seiring berkembangnya teknologi, makanan bukan lagi sekedar kebutuhan pokok, melainkan sebuah gaya hidup. Melalui internet, setiap harinya masyarakat semakin terekspos dengan gambar makanan yang terlihat menggiurkan hingga akhirnya muncul istilah food porn (McBride, 2010:38). Istilah ini mulai muncul setelah maraknya masyarakat mengambil foto makanan untuk diunggah ke media sosial. Terlebih lagi dengan masuknya generasi Z ke usia produktif, maka media sosial semakin banyak karena generasi ini merupakan generasi yang sangat menggemari dunia maya (Putra, 2016:130). Generasi Z merupakan generasi yang terbiasa mendokumentasikan kehidupannya di dunia maya, termasuk makanan yang dikonsumsi. Food porn terkesan vulgar karena memang artinya lebih ke foto yang menampilkan bahwa makanan itu sangat menggugah selera. Meski demikian, kata porn yang agak terdengar tidak sopan, namun direfleksikan ke makanan sehingga esensinya tetap positif. Biasanya tampilan makanan dengan rujukan foodporn itu sesuatu yang berlebihan atau berlimpah sehingga membuat orang yang melihat ingin mencicipinya.
Ini menciptakan peluang bagi pebisnis untuk mempromosikan bisnis makanan dan minuman melalui gambar dan video yang menarik secara visual. Menurut penelitian Charles Spence dkk (2015:2), manusia memiliki visual hunger yang berarti ada keinginan untuk melihat makanan. Visual hunger ini terkait erat dengan gen dan merupakan hasil adaptasi evolusi karena sebelum makan, manusia akan terlebih dahulu melihat makanan yang akan dikonsumsi. Media sosial memungkinkan ini karena banyak konsumen memilih untuk mencari informasi tentang restoran sebelum mengunjunginya. Peluang untuk setiap pebisnis dapat menampilkan foto makanan yang terlihat menggiurkan atau terlihat seksi, untuk menarik minat konsumen untuk datang ke restoran guna mencobanya.
Penulis: Michael Ricky Sondak


