Menemukan Rasa Lewat Uji Deskriptif

Penulis: Jaclyn Regina Anggara

Pernahkah kamu memperhatikan bagaimana seseorang bisa membedakan dua produk makanan yang tampak serupa tetapi memiliki rasa yang sedikit berbeda? Dalam dunia pangan, kemampuan itu disebut kepekaan sensorik, dan salah satu cara ilmiah untuk mengukurnya adalah melalui uji deskriptif.

Uji deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk menilai karakteristik sensorik suatu produk, mulai dari rasa, aroma, warna, hingga tekstur, secara sistematis. Tidak seperti uji kesukaan (hedonic test) yang menilai apakah seseorang “menyukai produk” atau tidak, uji deskriptif justru berfokus pada seberapa kuat dan bagaimana sifat sensorik itu dirasakan.

Sebagai contoh, panelis akan diberikan beberapa sampel dengan tingkat rasa yang berbeda, misalnya tiga larutan gula dengan kadar manis yang bervariasi. Mereka kemudian diminta memberi skor atau mengurutkan dari yang paling ringan hingga paling kuat. Dari data tersebut, dapat diketahui seberapa tajam indra pengecap seseorang serta perbedaan nyata antar sampel.

Menariknya, uji ini tidak hanya melatih ketepatan indra perasa tetapi juga menjadi dasar dalam membentuk panelis terlatih, yaitu orang-orang yang mampu menilai produk secara objektif dan konsisten. Dalam industri pangan, panelis terlatih berperan penting untuk memastikan produk baru memiliki cita rasa yang seimbang dan dapat diterima oleh konsumen.

Melalui uji deskriptif, kita belajar bahwa keberhasilan sebuah produk makanan tidak hanya bergantung pada resep atau bahan baku tetapi juga pada bagaimana konsumen merasakan dan menilai produk tersebut. Inilah yang membuat keterampilan sensorik menjadi salah satu kemampuan penting bagi calon ahli pangan.

Mau tahu lebih dalam tentang uji deskriptif dan cara penerapannya di industri pangan? Yuk bergabung di Food Technology Universitas Ciputra! Di sini kamu akan mempelajari metode sensoris ini secara langsung melalui mata kuliah Food Product Development.

Artikel lain
Chat With Our Ambassador