Batik Jawa Timur Belum Terakomodasi

Batik Jawa Timur Belum Terdokumentasi.Surya.30 September 2014.Hal.9,11

-Pengukuhan Pengurus Asosiasi Perajin Batik Jatim (APBJ)-

Batik Jawa Timur Belum Terdokumentasi

“Melihat motif parang pada kain batik, pikiran seseorang pasti tertuju pada batik Solo atau Yogyakarta, karena memang motif parang merupakan ciri kuat batik Jateng. Sedangkan Jatim belum mengakar kuat di mata masyarakat”

Para perajin batik di Jatim sepakat perlu pemetaan motif batik yang terdokumentasi. Hal ini diperlukan untuk merekam jejak sejarah batik Jatim yang konon usianya lebih tua dari batik Jateng. “Mulai dari pesisir barat-utara di Tuban, barat-selatan di Pacitan, barat-tengah di Ngawi, hingga di timur Banyuwangi belum ada pemetaan terdokumentasi otentik atas motif-motif batik Jatim. Kami pikir sudah saatnya melakukan hal itu,”kata Putu Sulistiani, perajin batik asal Surabaya di sela Deklarasi Pengukuhan Pengurus Asosiasi Perajin Batik Jatim (APBJ) di Rollas Café Tunjungan Plaza, Senin (29/9).

Sulistiani yang menjabat sebagai Ketua APBJ ini menuturkan batik Jatim kurang dalam hal literatur dan sudah saatnya dilakukan pengumpulan data baik corak, motif, teknik pembuatan, serta teknik pewarnaan, agar batik Jatim tidak ditiru, apalagi sampai diklaim pihak lain.

“Itu jadi agenda terdekat kami sebagai asosiasi resmi. Apalagi dua bulan lagi AFTA sudah berlaku. Kalau tidak ada proteksi dokumentasi literatur, bisa saja nanti ada pihak yang mengklaim motif asli batik Jatim sebagai motif mereka,” sambungnya.

Sulistiani menerangkan,kekurangan pengusaha dan perajin batik Jatim lainnya adalah masih belum banyak yang melakukan standarisasi batik yang aman dan ramah lingkungan. Batik yang memiliki standarisasi ini dinamakanan ‘batik mark’ yang artinya telah lulus uji sertifikasi batik yang bahan, pembuatan, serta pengemasannya sesuai dengan standar keamanan dan ramah lingkungan.

Sulistiani yabg memiliki galeri Batik Dewi Saraswati ini menjelaskan, dari sekitar 300 perajin batik di Jatim, baru 50-an perajin saja yang sudah memiliki sertifikasi batik mark itu “Lembaga yang menguji ada di Jogja. Perajin atau pengusaha batik yang memiliki tanda batik mark ini boleh mengimpor produknya ke luar negeri, terutama Eropa dan Amerika yang ketat dan sangat concern dengan isu ramah lingkungan,” ujar Sulistiani.

Perajin Batik asal Jombang, Ririn Asih Pindari, menambahkan jika ingin menembus pasar internasional, perlu dilakukan perubahan terutama penggunaan bahan pewarna. Ririn yang memiliki usaha batik Sekar Jati ini hanya menggunakan pewarna alami dari tanaman indigo, johlawe, tingi, mahoni, dan lainnya.

“Pasar luar negeri menginginkan produk yang ramah lingkungan. Agar bisa menembusnya, kita pun harus mengubah kebiasaan yang sekiranya diperlukan, seperti menggunakan pewarna alami,” tandas Ririn yang mengaku telah menggunakan pewarna alami sejak tujuh tahun silam.

Deklarasi resmi APBJ, rencananya pada Hari Batik Nasional 2 Oktober mendatang akan diadakan acara parade Batik Jatim di Balai Budaya Surabaya. Acara ini menampilkan batik-batik terbaik dari 38 kota dan kabupaten yang ada di Jatim. (irwan syairwan)

 

Sumber : Surya, 30 September 2014. Hal.9,11

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *