Bisnis Keluarga tak Harus Berhenti di Generasi Ketiga

Konferensi Internasional Tentang Kewirausahaan di Universitas Ciputra.Surabaya Post.23 Agustus 2016.Hal.1,4

Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2016 ini, telah menrubah peta persaingan bisnis. Tidak hanya di antara perusahaan mapan,tetapi juha usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia.Perlambatan pertumbuhan ekonomi global baru-baru ini terbukti menjadi tahun yang sulit bagi kebanyakan perusahaan . Oleh Karena itu,perusahaan dituntut untuk menyesuaikan strategi mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan ekonomi baru dan gejolak dalam keadaan ekonomi.Apalagi menjadi seorang Entrepreneur harus bisa menciptakan bisnis secara berkelanjutan.Berikut laporan wartawan Surabaya Pagi Ana Maharani yang mengikuti Icoen (Internasional Conference Entrepreneurship) ke – 3 di Universitas Ciputra Surabaya.

KONFERENSI Internasional tentang kewirausahaan yang digelar oleh Program studi pascasarjana Universitas Ciputra tiap tahun ini,Senin(22/8/2016) kemarin memberikan pengetahuan kepada seluruh para entrepreneur yang hadir.Sektar 100 peserta Seminar yang bertemakan “Sustainable Entreprenecurial Organization”ini antusias dengan para pembicara yang berasal dari 9 negara seperti dari Amerika Serikat,Korea Selatan,Australia,Afrika Selatan, Thailand , Meksiko ,Jamaika, hingga Yordania.

 

Mental Entrepreneur Indonesia Masih Ikut-Ikut Trend yang Ada

“Sebuah penelitian sangat penting dalam keberlanjutan berbisnis, keberlanjutan menunjukan sebuah perusahaan, baik bisnis independen maupun bisnis keluarga.

Agar selangkah lebih maju dibanding yang lain,” ucap Dr.Tina Melind,Dra.,M.M,Ketua Progdi Master Of Entrepreneurship Universitas Ciputra Surabaya kepada Surabaya pagi , di kampus UC , Jalan Made ,Citraland Surabaya.

Tina Melinda,selaku panitia acara, juga menggandeng beberapa peguruan tinggi dan Indonesia Merketing Asscoiation Chapter Surabaya agar mampu memberikan wawasan dan pandangan bagi entrepreneur yang sudah lama maupun yang akan memulai bisnis .

Dinamika Bisnis Keluarga

            Terpisah , Dr.David Sukardi Kodrat,M,M., CPM , selaku pengagas seminar ini menegaskan bahwa bisnis yang berkelanjutan itu sangat penting terutama pada bisnis keluarga atau family business di Indonesia . Pasalnya ,David melihat, prkatik bisnis keluarga di Indonesia masih sangat jarang berhasil bila sudah menapaki generasi ketiga.

“Indonesia harus pintar dalam memperthankan bisnis-bisnis yang sudah ada bisa berkelanjutan  ,” ungkapnya. Beliau juga menekannkan bahwa jangan sampai pepatah yang terekam oleh masyarakat tentang “generasi pertama membangun , generasi kedua menikmati , dan generasi kektiga menghancurkan” benar-benar terjadi.

Beliau mencontohkan perusahaan keluarga Sampoerna yang dibeli orang lain Karena kelemahan dalam pengelolaannya.Bukan berarti tidak ada bisnis keluarga yang berhasil , buktinya Nyonya Meneer dan Jamu Djago masih jaya di era saat ini.

“Family bisnis  di Indonesia yang bisa berkelanjutan kebanyakan mampu dalam menularkan values dari pemilliknya , winning spiritnya harus ditekankan pada generasi selanjutnya ,” tambah Dekan Pasca Sarjana Universitas Ciputra ini kepada Surabaya Pagi, kemarin.

Menurut David , Indonesia jauh dengan negar luar. Mental entrepreneur Indonesia kebanyakan masih ikut-ikut dengan trend yang ada. Padahal , seharusnya ketika seorang entrepreneur dihadapkan dengan pilihan , maka harus dikaji lebih dulu.” Paling mudah ketika banyak peluang dihadapan kita , lihat secara institusi , dari berbagai aspek dilihat dan dikaji ulang . Pertimbangan resiko sangat penting . Jangan sampai modal yang sudah masuk tidak menjadi apa-apa,” pungkasnya.

Dalam seminar ini, para pembicara memberikan trik pengembangan bisnis beserta pengelolaannnya sehingga mampu berkrlanjutan , tentunya dengan inovasi yang terus diciptakan . Dalam teori David MacClelland bahwa suatu negara maju harus punya minimal 2% dari warganya yang berwirausaha .Nah, saat ini Indonesia sudah berada pada 1.57%. Hal tersebut mengartikan bahwa Indonesia harus lebih berlari lagi agar tidak ketinggalan oleh negara pesaingnya,seperti Malaysia dan Singapura mengingat peningkatan prosentase kedua negara tersebut begitu cepat

 

UC- Lib Collect

Surabaya Pagi, Selasa, 23 Agustus 2016     

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *