Candra Malik_Menyemai Cinta kepada Sesama. Kompas 24 Juni 2017. Hal 16

Kehidupan dunia kian keruh oleh kebencian, kekerasan, terorisme, dan peperangan. Semua energy negative itu perlu di redam, kalau bisa dibersihkan dengan menyemai perdamaian dan cinta kasih. Semangat inilah yang dilakoni Candra Malik (39) terutama lewat music dan sastra.

Oleh Herlambang Jaluardi

 

Melalui akun twitternya @candramalik, menyatakan diri sebagai sufi. Sufisme adalah tradisi spiritualitas islam yang menekankan kesalehan prilaku, kebersihan batin, kedalaman wawasan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang mengasihi sesama. Jalan ini identic dengan pengasingan diri.

Namun Candra justru kerap tampil disorot lampu panggung hiburan pop dan membagikan pemahaman tasawufnya lewat twitter, media sosial yang amat riuh itu. Wajar sebagian warga internet penasaran. “Menurut mereka, aku tidak ada potongan seorang sufi” kata Candra ketika bertemu dilantai 8 gedung perbelanjaan mentereng Grand Indonesia, Jakarta Jumat (9/6).

Sore menjelang buka puasa itu, Candra membaca puisi bertajuk “Melodia Sastra” bersama penulis Hasan Apsahani dan pemusik Ary Juliant. Candra tidajk bersorban, rambut panjangnya tidak ditutupi oleh peci, ia berpantalon warna krem, senada dengan warna kemeja lengan panjangnnya. Kakinya beralas sneakers kanvas. Gaya bicaranyapun ceplas-ceplos.

Pada acara itu Candra yang biasa disapa Gus Can, membaca puisi berjudul “Akulah Perjumpaan”. Ia juga menyanyikan satu lagu baru ciptaannya “Kalah oleh waktu” diiringin band dibentukannya Minladunka yang diisi tiga pemuda berusia 20-an tahun.

Vokalnya tidak bercengkok dan tidak punya vibrasi layaknya biduan. Kekuatannya pada lirik lagunya. Ini bunyi bait pertama lagu “Kalah oleh Waktu” “Jika setiap rindu kuberi  nama/terketuk aku oleh wajahMu dimana-mana/Engkau seluruhnya aku cinta kepadaMu/mengaduh terluka karena rindu”

Tembang lirih itu dimasukan ke album anyar yang lagi disiapkan, cintakustik. Sebelumnya Candra mengeluarkan album religi Kidung Sufi : Samudra Cinta (2012) dan Kidung Sufi : Doa-doa (2013).

Lagu-lagu religius ciptaan  Candra mengusung prinsip keberagaman. Semangat dasarnya adalah cinta kasih. Jiwa kebaikan itu tak hanya milik agama tertentu. Dalam waktu “Syahadat Cinta”, Candra memakai potongan ayat Al-Kafirun “lakun dinukum waliyadin” yang diikuti terjemahannya. “Bagimu agamamu, bagiku agamaku”. Dimasukan juga rekaman suara mendiang KH Abdurrahman Wahid “Undang-Undang Dasar  menjamin kebebasan berfikir, kenapa? Ya, untuk melindungi kita semua. Gitu aja kok repot?”

Lagu itu menjadi latar film pop Cinta Tapi Beda besutan Hestu Saputra. Dua belas lagu di album pertama Candra itu menempatkannya di panggung industry pop. Ada semacam “kebetulan” yang membuat ia kemudian bersanding dengan nama-nama music besar di Indonesia.

 

Perintah Dakwa

Pada Ramadhan 2012, Candra mengisahkan dirinya mendapat semacam “bisikan” dan mimpi itu memerintahkan aku mendakwah cinta kasih menggunakan medium kesenian.  Padahal aku sama sekali enggak punya latar belakang kesenian. Fondasiku cuman menulis sastra” tuturnya.

Candra lantas mengajak keluarga-keluarganya pindah dari Solo ke Jakarta. Ia meminta petunjuk dari beberapa ulama. Pertama kali ia sowan ke KH Mustofa Bisri (Gus Mus) di Rembang, Jawa Tengah. Gus Mus membenarkan bahwa itu adalah bisikan Allah dan memintaku melaksanakannya” ujarnya.

Ia lalu mengunjungi Yusuf Chudori, pemimpin Pesantren API Tegalrejo, Magelang. Terakhir ia mendatangi Emha Ainun Nadjib. Candra menganggap tiga orang itu adalah tokoh agama yang lekat dengan kesenian. Ketiganya mendorong Candra menekuni music sesuai dengan “bisikan” itu. Tekadnya menguat tetepi masih perlu sokongan industi music.

Tak berapa lama, datang Yudi Syarif pemuda yang hendak jadi santri di Pesantren Asy-Syahada di Lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah yang diasuh Candra. Rupanya Yudi bekerja di management artis, salah satunya pernah mengurusi Band Gigi di Jakarta. Lalu datang lagi Rizky Sukirno dari Bandung yang pernah menjadi produser band ternama.

Jalannya tersambung. Candra dan Rizky yang dipanggul Uki bahu membahu mencipta lagu. Uki main gitar, Candra mengumamkan nada dan menulis lirik. Lagu pertama tercipta hanya 2 menit saja. dalam waktu sehari mereka menghasilkan 20 lagu.

Lagu itu diciutkan menjadi 12 lagu untuk masuk album. Candra menghubungi beberapa musisi kawakan. Kata Candra, masing-masing lagu ini “memanggil” orang-orang itu. Lagu “Jiwa yang Tenang” disbut Candra memanggil Dewa Budjana, lagu “Sifat Allah” meminta Idris Sardi. Ada 13 pemusik kawakan yang “minta” dihubungi, termasuk Addie MS.

Ia bergerilya menemui orang-orang itu. Usahanya berbuat baik. Idris Sardi menyumbangkan permainan biola. Addie MS mengaransemen dan memimpin orchestra. Dewa Budjana main gitar dan juga mengaransemen. Album tersebut diluncurkan di Gedung Usmar Ismail, Jakarta Juli 2012.

 

Panggung Besar

Gebrakan berikutnya adalah membuat konser di Bandung pada 12 Desember 2012 atau 12-12-12 yang waktu itu disinyalir “hari kiamat”. “Konsepnya adalah pertunjukan perjalanan hidup manusia dari lahir sampai mati. Aku juga “dibisiki” untuk berkolaborasi dengan Burgerkill, Koil, dan Pas Band” ucapnya.

Ketika band itu merupakan dengkot music underground di Bandung. “Aku bilang ke Otong (vokalis Koil), syair kalian sangan sufistik, sangat religius bagi umat kalian. Sampean nyanyi apapun pasti didengar penggemarmu. Bagi mereka sampean itu sufi” katanya.

Pertunjukan di Gedung Sasana Budaya Ganesha Bandung itu terbilang sukses. Entakan music keras Koil ditingkahi tarian sufi yang konstan yang berputar disatu poros itu. Tiket terjual habis. Nama Candra Malik makin melambung.

Pada Ramadhan 2013, ada sponsor yang mau mebiayai tur di 11 lokasi yang memanggungkan Candra Malik bareng Iwan Fals. Setahun berikutnya Candra sepanggung dengan band rock terbesar di Indonesia : Slank.

Aktif di panggung music, Candra tak meninggalkan pesantren. Ia masih rutin mengunjungi pesantren yang ia asuh sejak 2005. Ia juga menyambangi acara-acara budaya di banyak penjuru Indonesia sebagai pembicara. “dalam sebulan paling dirumah empat hari” katanya. Bahkan ia mengaku pernah 6 kali naik pesawat dalam sehari.

Semua itu iya lakoni demi menebarkan semangat damai dan cinta kepada sesama.

 

Candra Malik

Lahir                : Solo, 25 Maret 1978

Pendidikan      : Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang

Pekerjaan        : -Musikus Sufi, Penulis (2012-sekarang)

-Pengajar Tasawuf (2005-sekarang)

-Wartawan (1999-2011)

Pengalaman Organisasi          :-Pendiri dan anggota Persatuan Penulis Indonesia  (Satupena)(2017)

-Wakil ketua Lembaga Seni dan Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PBNU periode 2015-2020

-Deklarator dan Anggota Islam Cinta, 2012-sekarang

Karya Musik                            : -Album Cintakustik (akan beredar) 2017

-Minialbum Energy for Life 2014

-Album Kidung Sufi: Doa-doa 2013

-Album Kidung Sufi: Samudra Cinta 2012

Karya Tulis                              : -Buku Tasawuf “Makfrifat Cinta” 2017

-Novel “Layla,Seribu Malam Tanpamu” 2017

-Kumpulan puisi “Asal-Muasal Pelukan” 2016

-Kumpulan Esai “Republik Ken Arok” 2016

-Novel Mustika Naga” 2015

-Buku Tasawuf “Ikhlaskan Allah” 2014

-Buku Tasawuf “Menyambut Kematian” 2013

-Buku Tasawuf Makrifat Cinta” 2013

 

 

Sumber            : Kompas, Sabtu 24 Juni 2014

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *