Menelusuri Sejarah Jalan Stasiun Kota (1)_Penunjang Keberadaan Stasiun. Radar Surabaya. 23 Februari 2021. Hal.3. Chrisyandi.LIB

Kota Lama

Jalan Stasiun Kota sudah ada sejak dibangunnya Stasiun Surabaya Kota atau yang lebih dikenal dengan sebutan Stasiun Semut. Dinamika perdagangan di Kota Surabaya abad ke-19 sampai abad ke-20 sangat dipengaruhi oleh merebaknya perkebunan di kawasan pedalaman serta perkembangan industri.

(Mus Purmadani, Wartawan radar Surabaya)

MASUKNYA para pemodal swasta mampu meningkatkan produksi komoditas ekspor. Untuk memperlancar proses distribusi, dibangun transportasi yang modern, yakni kereta api. Yakni Staatssporwegen (SS), perusahaan kereta api negara yang pertama kali membangun jaringan kereta api di Surabaya.

Pustakawan Universitas Ciputra Surabaya Chrisyandi Tri Kartika mengatakan, Jalan Stasiun Kota merupakan penunjang keberadaan stasiun. Menurut buku Soerabaja Beeld van eet stad ada tiga stationsweg (jalan stasiun) saat itu yakni Stasiun Kota, Gubeng dan Babad. “Saat itu jalan tersebut merupakan pusat berkumpulnya kendaraan-kendaraan yang mengangkut baik hasil pertanian, perkebunan maupun industri,” ujarnya.

Pemerhati sejarah Kota Surabaya ini menambahkan, berdasarkan buku Oud Soerabaia disebutkan pada tahun 1864 kereta api pertama kali muncul dari Semarang melalui Solo ke Yogyakarta. Kemudian UU 8 April 1875 lembaran negara nomor 141 bahwa akan dimulai pembukaan jalan kereta api untuk Surabaya, Pasuruan dan Malang. “Pembukaan jalur ini berlangsung cepat karena untuk kepentingan lalu lintas barang,” ujarnya.

Chris menambahkan, sebagai titik awal jalur ini dipilih dari Stasiun Kota. Pertimbangannya karena dekat dengan kompleks perdagangan, baik melalui darat maupun jalur air. “Kesulitan pembangunan stasiun ini adalah harus merobohkan proyek pertahanan dan galiannya harus ditimbun. Sementara Gudang peluruhnya harus dipindahkan dan pemukiman Semut juga harus dihilangkan,” katanya.

Menurutnya, letak pembangunan stasiun ini sangat tidak menguntungkan karena ada muara Kalimas. Stasiun ini baru selesai tahun 1886 setelah dibangun dermaga dan Pelabuhan selesai. “jadi pembangunannya sempat berhenti sesaat,” tuturnya. (bersambung/nur)

 

Sumber: Radar Surabaya. 23 Februari 2021. Hal.3

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *