Menyampaikan Nilai Positif Melalui Dongeng

Menyampaikan Nilai Positif Melalui dongeng. Kompas. 22 Januari 2015.Hal.11

Nuara (8) menyanyi di atas panggung diaksikan 2.500 murid SD yang datang dari beragam penjuru Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi. Putri penyanyi Riafinola dari kelompok musik Be3 itu melantunkan lirik. “Aku bisa jadi apa saja. Mengejar impian setinggi langit.”

Teman-teman sebaya yang menyaksikan kebolehan Nuara bertepuk tangan dan sorak-sorai memenuhi Gedung Griya Karya di Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta, Rabu (21/1)

Penampilan Naura merupakan bagian dari Festival Nusantara Bertutur (Nubi), sebuah ajang yang mengajarkan masyarakat bahwa pendidikan karakter bisa dicapai melalui metode dongeng. Oleh karena itu, acara tersebut dihadiri komunitas-komunitas mendongeng, seni, dan lembaga pendidikan nonformal untuk anak-anak. Turut hadir Menteri Sosial Khofifah Indar Parawangsa yang menyempatkan diri menceritakan legenda terbentuknya Danau Toba.

“Seru banget! Saya jarang didongengin di rumah, kecuali kalau benar-benar meminta ke Papa dan Mama,” kata Yudha (10), siswa kelas III SD Al-Fath, Cirendeu. Murid lainnya, Hanifia (10) dari SDN Mekarjaya 18, Depok, menuturkan, mendengarkan dongeng membuatdia bisa mengkhayal emngkuti petualangan para tokoh cerita. Dia pun menjadi bersemangat.

Konsep baru

“Penelitian kami menemukan, dalam 30 tahun terakhir, orang tua jaang mendongeng kepada anak-anak. Padahal, dongeng, selain mempererat komunikasi, merupakan moda pendidikan karakter,” ujar salah satu penggagas Nubi, Gilarsi Sestijono, di Jakarta, Rabu (21/1).

Masyarakat kerap terjebak konsep bahwadongeng harus berupa legenda pada zaman dahulu kala. Padahal, dongeng bisa berbentu narasi, nyanyian, bahkan permainan. Intinya adalah memberi pengertian kepada anak-anak mengenai nilai-nilai positif di dalam kehidupan.

Salah satu contoh ialah pojok mainan tradisional yang dikelola komunitas hong. Permainan tradisional, umumnya, mengajarkan anak bekeerja sama dan memanfaatkan lingkungan sekitar untuk bermain. Benar saja, anak anak bermain di pojok itu hampir tidak bisa dihentikan bermain gasing dan rorodaan (sejenis gerobak sodor) meskipun waktu acara habis,.

Penggagas Nubi, Arlan Septia, megatakan, perlu konsep baru soal dongeng dengan mengusung nilai-nilai yang relevan dengan kebutuhan bangsa Indonesia kini. Dongeng-dongeng klasik tetap dipertahankan karena bagian dari ientitas bangsa.

Orangtua dan guru pun mesti jeli memilah aspek-aspek positif dari dongeng klasik untuk diajarkan dan diterapkan sehari-hari, “Dongeng yang mengajarkan sifat pantang menyerah, berani bersaing, dan kreatif perlu dibuat. Nilai-nilai itu dibutuhkan untuk membentuk bangsa yang maju,” ujar Arlan.

Festival Nusantara Berrtutur pertama kali diadakan di Indonesia. Ini merupakan acara terakhir dari rangkaian kegiatan yang diadakan Nubi. Sehari sebelumnya, Nubi mengadakan lokakarya mendongeng untuk komunitas dongeng dan para pendidik, terutama pendidik untuk anak-anak usia dini dan SD. (Laraswati Aridne Anwar)

Sumber : Kompas, 22 Januari 2015, hlmn 11

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *