Raynanda Gunawan.Digitalisasi Kegiatan Belajar dan Mengajar.Kompas.14 April 2021.Hal.16

Berawal dari proyek tugas akhir sekolah, Raynanda Gunawan (28) menciptakan aplikasi Qualitiva.id. Aplikasi ini memudahkan sekolah dalam menjalankan kegiatan belajar dan mengajar tanpa harus bertatap muka. Di masa pandemi Covid-19, aplikasi ini telah digunakan ratusan sekolah bahkan merambah hingga ke ujung timur Indonesia.

Pada tahun 2016, Raynanda yang mengambil Jurusan Sistem Informatika di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Palcomtech Palembang harus membuat tugas akhir sebagai syarat kelulusan. Dia mempunyai ide membuat sebuah aplikasi untuk memudahkan siswa dalam mengikuti ujian.

Raynanda terinspirasi dari sejumlah situs serupa yang lebih dulu ada di beberapa negara di dunia. Dengan bekal pengetahuan yang ia dapat selama berkuliah, dalam waktu sekitar tiga bulan, Raynanda mampu membuat situs tersebut dan diberi nama Adaquiz.com. “Di negara lain ada aplikasi untuk ujian daring mengapa di Indonesia tidak,” kata Raynanda yang ditemui pada Rabu (7/4/2021) di Palembang, Sumatera Selatan.

Aplikasi itu mempermudah siswa dalam menjalani ujian secara daring Tempat pertama yang ia gunakan sebagai lokasi percobaan tidak lain adalah kampusnya sendiri. Penemuannya itu ternyata bermanfaat dan dapat digunakan untuk internal kampus. Tertarik dengan penemuannya tersebut, pihak kampus meminta Raynanda untuk mengembangkan aplikasinya tersebut.

Dibantu oleh sejumlah rekannya, dosen pembimbing dan dukungan dana dari sejumlah pihak, termasuk Palcomtech, Raynanda mengembangkan aplikasi tersebut tidak hanya untuk ujian, tetapi bisa digunakan sebagai wadah pengelolaan sekolah daring. Tidak hanya terkait materi pembelajaran, di aplikasi ini juga ada fitur untuk pengelolaan sekolah secara umum dan terperinci,” ujar Raynanda.

Masukan dari berbagai pihak, termasuk pengeloa sekolah, dijadikan bahan untuk pengembangan sistem sekolah daring tersebut. Sampai akhirnya di tahun 2018, program Qualitiva.id pun rampung.

Aplikasi ini memiliki beragam fitur, seperti kelola sekolah, kelola siswa, kelola guru, kelola pengawasan, kelola kontributor, kelola kelas, kelola mata pelajaran, hingga kelola orangtua. Dengan fitur tersebut, baik pihak sekolah, guru, siswa, maupun orangtua dapat saling memantau dan melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar tanpa harus bertatap muka secara langsung. “Semua aktivitas dijalankan melalui sistem digital,” kata Raynanda.

Program ini juga dirancang untuk persiapan ujian secara daring, absensi siswa, bahkan bisa mengukur tingkat kesulitan soal dari setiap materi yang diberikan kepada siswa. “Dengan begitu, guru dapat menilai apakah materi yang diajarkan di mengerti oleh siswa atau tidak,” katanya.

Selain itu, kepala sekolah juga dapat melihat seberapa efektif kegiatan belajar-mengajar di sekolahnya. Ini tentu akan mempermudah kepala sekolah dalam mengambil kebijakan karena setiap data sudah terukur.

Di dalam aplikasi ini juga tersedia bank soal yang berisi 100.000 butir. Soal dari berbagai  mata pelajaran dan tingkatan. Soal tersebut dibuat oleh tim yang berisi para ahli di bidangnya masing-masing.

Yakin dengan temuannya ini, Raynanda sempat memperlihatkan aplikasi ini kepada masyarakat melalui sejumlah pameran teknologi. “Lucunya, ketika diperlihatkan mereka kira kami sedang berjualan laptop,” katanya.

Qualitiva.id ini juga pernah Raynanda tawarkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi agar aplikasi ini dapat digunakan untuk Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Namun, tawaran tersebut ditolak.

Banyak peminat

Meskipun begitu, Raynanda tidak patah arang. Dia mencoba lagi ke pangsa pasar yang lain. Incaran berikutnya adalah sekolah dasar hingga universitas. Hasilnya, banyak sekolah yang tertarik untuk menggunakannya. Sebelum pandemi, tidak banyak sekolah yang mau bermitra. “Terhitung hanya 25 sekolah yang mau menggunakan fasilitas ini,” ujarnya.

Namun, ketika pandemi Covid-19 merebak pada awal tahun 2020, kata Raynanda, jumlah sekolah yang bermitra terus bertambah bahkan kini sudah mencapai 600 sekolah dengan pengguna sekitar 160.000 individu. “Lonjakan itu mulai terjadi ketika pemerintah mulai menerapkan pembelajaran jarak jauh,” ujarnya.

Bahkan, mitranya kini tidak hanya di Sumatera Selatan, tetapi juga sudah merambah sampai ke DKI Jakarta, Lampung, Medan, Pekanbaru, Samarinda, beberapa daerah di Jawa Barat, sampai Papua.

Bukan hal mudah untuk memperkenalkan aplikasi ini kepada masyarakat. Beragam kendala ditemukan di lapangan, mulai dari sulitnya pihak sekolah beradaptasi dengan aplikasi baru atau ada daerah yang terkendala sinyal. Hal yang paling berisiko adalah ketika proses ujian dilakukan secara bersa maan. “Karena itu, butuh kemantapan server sehingga ketika digunakan secara serentak tidak ada lagi kendala,” ujarnya. Selain itu, ujar Raynanda, pihaknya juga terus membenahi program ini sesuai dengan masukan dari sekolah. Apalagi, tidak semua guru bisa menerima karena butuh pelatihan terlebih dulu. “Banyak guru yang masih mengandalkan Whatsapp untuk mengajar karena dianggap lebih mudah. Dilihat dari sisi kelengkapan, aplikasi kami jauh lebih lengkap,” kata Raynanda.

Belum lagi untuk mendapat fitur yang lengkap, aplikasi ini menawarkan program berbayar dengan dana pada kisaran Rp 300.000 sampai Rp 1,5 juta. Tergantung dari jumlah siswa dari sekolah tersebut. “Setiap siswa hanya dibebankan Rp 1.000 per bulan,” katanya. Nàmun, untuk sekolah yang hanya memiliki siswa di bawah 100 orang masih diberikan layanan secara gratis.

“Ini untuk membantu sekolah yang memiliki keterbatasan anggaran,” ujarnya. Raynanda menuturkan, dari 600 sekolah yang sudah bermitra, sekitar 25 persen di antaranya masih menggunakan layanan secara gratis.

Noverika Kriswanto, Chief Operating Officer (COO) Qualitiva.id, menuturkan, sulit untuk menggratiskan semua mitra karena dalam pengelolaan server butuh biaya besar.. Apalagi, untuk sistem pengamanan, aplikasi ini menggunakan Amazon Web Services, sebuah platform cloud paling komprehensif di dunia dengan tingkat pengamanan yang tidak diragukan.

“Ini bertujuan agar semua sistem sekolah yang bermitra tetap aman,” ujarnya.

Namun, Noverika optimistis aplikasi ini akan membantu pihak sekolah untuk mengelola lembaga pendidikannya agar lebih efisien. Sebenarnya tidak hanya untuk sekolah, program ini bisa digunakan oleh dinas pendidikan di sejumlah wilayah untuk memantau perkembangan belajar-mengajar di wilayah nya.

“Dari program ini juga bisa dipantau bagaimana prestasi setiap siswa yang belajar dari hasil penilaian setiap ujian yang siswa jalani,” ujar Noverika.

Raynanda berharap aplikasi ini bisa tetap berjalan untuk mendukung proses pendidikan, terutama di masa pandemi. “Jangan sampai pandemi menghambat siswa dalam menggali ilmu,” katanya.

 

Sumber: Kompas.14 April 2021.Hal.16

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *